Perokok Pemula Semakin Muda

- Editor

Kamis, 28 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kenaikan Cukai Rokok Bisa Menurunkan Konsumsi
Usia seseorang saat pertama kali merokok kian muda. Dalam jangka panjang, hal itu akan menyebabkan ketergantungan terhadap rokok makin kuat dan risiko terkena penyakit terkait rokok pun kian tinggi. Jika sudah terkena penyakit seperti kanker dan penyakit kardiovaskular, biaya pengobatan menjadi mahal.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany saat berkunjung ke redaksi harian Kompas, di Jakarta, Rabu (27/5).

Konsumsi rokok di Indonesia terus naik. Ironisnya, sebagian besar rokok dikonsumsi kelompok usia 19 tahun ke bawah. “Anak muda menjadi sasaran pemasaran industri rokok,” ujar Hasbullah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasbullah menyebutkan, angka usia pertama kali merokok penduduk kelompok umur 15-19 tahun 33,1 persen pada 2007, naik menjadi 43,3 persen tahun 2010. Begitu juga kelompok usia 10-14 tahun di periode sama, dari 10,3 persen menjadi 17,5 persen.

Hal yang mengkhawatirkan ialah kemunculan perokok di kelompok usia 4-9 tahun yang pada 2007 ada 1,2 persen, naik menjadi 1,7 persen tahun 2010.

“Industri rokok menjadikan anak muda sebagai target karena ini adalah investasi jangka panjang. Ketika anak muda loyal, sulit untuk berhenti,” kata CEO Indonesia Medika Gamal Albinsaid pada Forum Pemuda The 2nd Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) 2015, kemarin.

Adapun Riset Kesehatan Dasar menunjukkan tak ada penurunan prevalensi merokok penduduk berusia 15 tahun ke atas dari 2007 ke 2013. Prevalensi merokok justru naik dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen. Selain itu, ditemukan 1,4 persen perokok berusia 10-14 tahun.

Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perlindungan Anak dari Zat Adiktif Nina Mutmainnah Armando menyatakan, pemerintah belum mampu melindungi anak-anak dari “serangan” industri rokok. Pemerintah justru membiarkan dan malah menikmati keuntungan dari industri rokok.

Iklan rokok
Mengutip data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, di Indonesia lebih dari 80 persen anak usia 13-15 tahun terpapar iklan rokok di televisi, iklan luar ruang, koran, dan majalah. “Makin dini anak merokok, kian besar keuntungan bagi industri rokok. Anak-anak adalah basis konsumen jangka panjang,” kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tersebut.

Meski iklan rokok dibatasi, iklan produk tembakau itu muncul dalam bentuk lain. Contohnya, industri rokok menjadi sponsor kegiatan anak muda, seperti festival musik, olahraga, budaya, dan aksi sosial. “Saya heran, olahraga yang bertujuan untuk kesehatan malah sponsor utamanya ialah perusahaan rokok,” ujarnya.

Industri rokok dinilai mengeksploitasi anak muda Indonesia demi meraup laba. Iklan rokok ditampilkan menarik agar masuk alam bawah sadar dan membentuk pola pikir anak muda.

Eko Prasetyo, penulis buku Jangan Tanya Mengapa Perusahaan Rokok Untung Besar, mengatakan, pendapatan negara dari industri rokok amat besar. Setahun, pendapatan negara dari cukai rokok Rp 141,7 triliun. Itu membuat pemerintah kalah dari industri rokok.

Pemerintah dinilai tak kreatif dan takut kehilangan pendapatan dari rokok. Padahal, biaya kesehatan yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai pengobatan penyakit terkait rokok tinggi. “Kekayaan industri rokok mengalahkan kekuasaan pemerintah,” kata Eko.

Menurut Hasbullah, cara paling efektif mengontrol konsumsi rokok ialah menggunakan instrumen fiskal. Itu bisa dilakukan dengan menaikkan harga rokok dan merevisi aturan cukai rokok yang membatasi cukai maksimal 57 persen. “Jadikan besaran cukai saat ini bukan sebagai batas maksimal, melainkan minimal. Selain itu, naikkan harga rokok hingga dua kali menjadi sekitar Rp 30.000 per bungkus,” ujarnya.

Hasbullah berkeyakinan, kenaikan harga rokok akan menurunkan konsumsi rokok karena mayoritas perokok berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Harga rokok yang lebih mahal juga diharapkan bisa mengerem kemunculan perokok pemula di kalangan remaja dan anak-anak. (ADH/MZW/B04)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2015, di halaman 13 dengan judul “Perokok Pemula Semakin Muda”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Sejarah Ilmu Kedokteran
Resep Panjang Umur: Kurangi Kolesterol
Vitamin E dan Awet Muda
Junghuhn dan Sejarah Penemuan Kina di Indonesia
Virus Korona Pemicu Flu Babi Berpotensi Menular ke Manusia
Aplikasi Pelacakan Pasien Belum Ramah pada Penggunanya
Rata-rata Korban Covid-19 Berumur 58,2 Tahun
Obat Racikan BUMN Farmasi untuk Pasien Covid-19 Siap Digunakan
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:27 WIB

Sejarah Ilmu Kedokteran

Jumat, 10 Desember 2021 - 09:44 WIB

Resep Panjang Umur: Kurangi Kolesterol

Minggu, 14 November 2021 - 12:51 WIB

Vitamin E dan Awet Muda

Selasa, 20 April 2021 - 21:31 WIB

Junghuhn dan Sejarah Penemuan Kina di Indonesia

Kamis, 15 Oktober 2020 - 11:17 WIB

Virus Korona Pemicu Flu Babi Berpotensi Menular ke Manusia

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB