Permainan Konsol; Menyambut Generasi Kedelapan

- Editor

Jumat, 17 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KALAU Anda mengikuti perkembangan ”video game” konsol, sejarahnya bisa ditarik ke belakang hingga tahun 1950. Permainan elektronik ini dimainkan di rumah, bukan lagi di arena ketangkasan, menggunakan berbagai medium dari ”cartridge”, hingga kepingan cakram Blu-ray. Selama 60 tahun dengan perusahaan yang bermunculan sekaligus bertumbangan, kini generasi kedelapan permainan konsol sudah tiba.

Sejak tahun 1990-an, tinggal tiga pemain besar yang bertahan, yakni Sony, Microsoft, dan Nintendo. Sony merilis seri Playstation, Microsoft dengan seri Xbox, sedangkan Nintendo adalah pemain senior yang terus bertahan sejak generasi ketiga pada tahun 1983.

Peluncuran Sony Playstation 4Apa makna dari generasi kedelapan? Tentu saja perangkat keras mulai dari prosesor berkinerja kencang hingga mampu menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi di layar. Hasilnya, permainan elektronik yang mampu memberikan pengalaman yang lebih nyata hingga melebur bersama di dalamnya. Generasi kali ini juga menandai integrasi multimedia lebih baik, yang berarti pengguna konsol tidak hanya bisa memainkan game, tetapi juga menonton film secara streaming.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Memanfaatkan media penyimpanan cakram Blu-ray, Playstation 4 memiliki prosesor delapan inti dengan memori 8 gigabyte. Koneksi internet memungkinkan perangkat konsol ini terhubung dengan Playstation Network untuk mengakses layanan tambahan seperti membeli konten ataupun game secara digital di sana.

Meskipun baru seumur jagung, sudah ada setidaknya 30 judul permainan yang bisa dinikmati. Beberapa judul andalan seperti Call of Duty: Ghost atau Battlefield 4 bergenre aksi menembak. Ada game genre balap mobil, seperti Need for Speed Rivals atau Assassin’s Creed: Black Flag yang merupakan game aksi petualangan. Semuanya adalah game bertitel AAA atau label untuk game yang dibuat perusahaan besar dengan dana tidak main-main.

Sony tidak sendirian, Microsoft dengan produk Xbox One juga tersedia dalam waktu yang tidak berjauhan. Dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda, Xbox One juga menawarkan rangkaian judul eksklusif, seperti Dead Rising 3, Fable Legends, atau Ryse: Son of Rome. Bedanya, baru Playstation 4 yang resmi diluncurkan di Indonesia.

Terpadu
Indonesia resmi mendapatkan Sony Playstation 4 pada Januari 2014. Peluncuran dihadiri oleh Hiroyuki Oda, Deputy President Sony Computer Entertainment Japan Asia, dan Hiroshi Sakai, Head of Marketing Division Sony Indonesia, yang memperkenalkan rangkaian produk permainan konsol Playstation di sebuah hotel di Jakarta. Tidak hanya Playstation 4, mereka juga menawarkan produk lainnya, seperti PS Vita, PS Vita TV, dan HMZ-T3.

PS Vita adalah konsol portabel dengan sederet game khusus dengan kualitas menyamai Playstation 3, bedanya bisa dibawa ke mana-mana. PS Vita TV adalah PS Vita berbentuk mikro-konsol yang dihubungkan dengan televisi untuk bisa dinikmati, kelebihannya adalah harga yang tak sampai Rp 2 juta. Sementara itu, HMZ-T3 adalah perangkat display yang dipasang di kepala sehingga memungkinkan penggunanya menikmati permainan atau konten multimedia dengan cara yang baru.

Sekilas, Sony tampak menjual beberapa produk yang berbeda. Namun, sebetulnya perangkat-perangkat itu bisa saling terhubung. Itulah yang dimaksud dengan gaya hidup Playstation yang ingin mengintegrasikan aktivitas dalam kamar, kamar tamu, dan luar ruangan untuk terikat dengan produk mereka. Bahkan, Sony baru-baru saja meluncurkan jasa layanan streaming game Playstation Now yang bisa memainkan game-game lawas mereka baik di televisi maupun smartphone.

Inilah pesona yang ditawarkan konsol generasi kedelapan, integrasi dengan berbagai layanan internet serta perangkat yang lebih luas, yang menghadirkan pengalaman bermain yang sungguh menyenangkan.(Didit Putra Erlangga Rahardjo)

Sumber: Kompas, 17 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB