Peritel Dukung Plastik Berbayar

- Editor

Jumat, 20 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Surat Kementerian LHK Direspons Berbeda-beda
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mendukung rencana pemerintah membatasi pemberian kantong plastik belanja. Namun, pemilik gerai ritel meminta pemerintah dan para pihak melakukan sosialisasi dan edukasi, serta memberi contoh penggunaan kantong belanja yang dapat digunakan kembali, sebelum diterapkan.

Tanpa sosialisasi matang, kebijakan itu berpotensi menimbulkan keributan antara petugas kasir dan konsumen yang terbiasa mendapat kantong plastik gratis. Setelah penerapan, pembeli harus membayar kantong plastik belanja.

“Prinsipnya kami mendukung pemerintah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah mulai kampanye soal pembatasan plastik yang jadi bagian rantai perdagangan,” kata Roy N Mandey, Ketua Umum Aprindo, Kamis (19/11), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain baik bagi lingkungan, pembatasan pemberian kantong plastik juga mengurangi biaya operasional perusahaan. Selama ini, pemberian kantong plastik bagian dari layanan toko untuk memudahkan konsumen.

Bertahun-tahun dimanjakan kantong plastik, membentuk kebiasaan atau perilaku konsumen yang tak mudah diubah. “Gencarkan sosialisasi, kami peritel dengan senang hati siap dilibatkan dan mendukung. Dengan sosialisasi atau kampanye kepada konsumen, pelaksanaan di lapangan akan lebih mudah,” kata Roy.

Penerapan pembatasan kantong plastik bisa dimulai setahun mendatang. Syaratnya, terus sosialisasi. Bisa juga dalam jangka waktu enam bulan evaluasi penyempurnaan kebijakan.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia juga mendukung pembatasan kantong plastik dengan syarat ada sosialisasi nyata pada publik. “Perlu agar Kementerian LHK menyediakan hotline pengaduan serta memberi sanksi dan pengawasan tegas,” kata peneliti YLKI, Natalya Kurniawati.

Contoh praktik
Kota Bandung, satu-satunya kota dengan peraturan daerah sejak tahun 2012 sebagai dasar pengurangan sampah kantong plastik, juga bisa mulai “tancap gas”. Pengalaman Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, saat Carrefour menerapkan pembatasan kantong plastik sehari pada 22 Juni 2013, menghasilkan Rp 12 juta dari 25 gerainya. Di Circle K, pembatasan kantong plastik setahun (2010-2011) menghemat kantong plastik 8.233.930 lembar, setara Rp 897,5 juta, serta terkumpul Rp 117 juta dari pembeli yang tetap ingin kantong plastik.

Contoh lain, pembatasan kantong plastik di Washington DC, Amerika Serikat, sejak 2011 mengurangi 78 persen kantong plastik. Konsumen dikenai biaya 5 sen (Rp 700) untuk setiap kantong plastik yang dibutuhkan.

Perilaku warga juga berubah, dari semula mengonsumsi 270 juta kantong plastik selama setahun menjadi 55 juta kantong plastik. Terjadi penurunan konsumsi plastik dari 450 lembar per orang menjadi 92 lembar per orang selama setahun.

Screenshot_2015-02-23-05-53-11Berdasarkan data European Parliament 2010, penduduk di Finlandia dan Denmark sangat minim kantong plastik. Setiap tahun kurang dari 10 lembar per orang. Paling “buruk” warga Ceko yang mengonsumsi hampir 300 lembar per tahun.

Di Indonesia, studi Greeneration 2009, setiap orang menggunakan 700 kantong plastik per tahun. Meski sebagian ritel menggunakan kantong plastik ramah lingkungan, Kementerian LHK menyebut kantong plastik itu tetap menggunakan bijih plastik yang sulit terurai.

Di Bogor, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan siap mengajukan peraturan pemerintah untuk membatasi pemakaian kantong plastik. “Regulasinya harus peraturan pemerintah,” kata Siti saat meninjau Bendung Ciliwung Katulampa.

Sebagai awal, Siti sepakat jika pembatasan kantong plastik mulai diterapkan di toko atau pusat belanja ritel dengan membebankan biaya kepada konsumen. Ia pernah membuat surat edaran kepada gubernur, bupati, dan wali kota untuk pengurangan konsumsi plastik dan styrofoam.

“Sikap pemerintah daerah menyikapi upaya pengurangan konsumsi plastik berbeda-beda, ada yang setuju, ada yang cuek,” kata Siti. Pemerintah daerah yang peduli terhadap pengurangan plastik biasanya berhasil dalam pengelolaan sampah.(ICH/BRO)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 November 2015, di halaman 13 dengan judul “Peritel Dukung Plastik Berbayar”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB