Perguruan Tinggi Negeri Tetap Jadi Pilihan Utama

- Editor

Minggu, 24 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meskipun banyak perguruan tinggi swasta yang berlomba menawarkan kualitas, perguruan tinggi negeri tetap menjadi pilihan utama sebagian besar calon mahasiswa. Terdapat berbagai seleksi untuk masuk perguruan tinggi negeri. Salah satunya melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tingi Negeri.

Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di SMA/SMK sederajat telah diumumkan secara daring, Jumat (22/3/2019). Sebanyak 92.331 siswa lolos dari seleksi mahasiswa baru dengan jalur prestasi rapor ataupun non-akademik ini. Jumlah tersebut disaring dari 478.608 pendaftar.

Nadhifa Marsaa (17), siswa SMA Negeri 48 Jakarta, adalah salah satu siswa yang lolos dari seleksi tersebut. Ia diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sejak masuk bangku SMA, ia memang sudah berkeinginan masuk ke PTN, terutama di UI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/AGUS SUSANTO–Laman situs snmptn.ac.id menjadi salah satu laman yang bisa diakses untuk mengetahui hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2019. Sebanyak 92.331 siswa lolos dari seleksi mahasiswa baru dengan jalur prestasi rapor ataupun non-akademik ini.

”Kalau untuk aku pribadi, (perguruan tinggi) swasta itu kurang kompetitif, apalagi untuk melanjutkan S-2 ke luar negeri nanti. Selain itu, biayanya juga bertubi-tubi lebih besar dibandingkan PTN,” katanya.

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Siswa SMAN 2 Surabaya, Jawa Timur, mengikuti Ujian Sekolah Berbasis Komputer, Senin (4/3/2019).

Hal serupa disampaikan Rizka Amalia (17). Ia yang tidak lolos pada SNMPTN tetap berupaya masuk ke PTN melalui jalur lain, yaitu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) ataupun seleksi mandiri dari PTN yang diinginkan.

”Siapa yang enggak mau masuk (perguruan tinggi) negeri. Perguruan tinggi swasta itu harganya selangit, apalagi perguruan tinggi yang sudah punya nama dan bagus,” ucapnya.

Sebagai pilihan, Rizka menargetkan untuk bisa diterima di Program Studi Manajemen dan Administrasi Negara UI. Ia merasa dua jurusan itu bisa membantunya untuk berbisnis di masa depan. Ia memang sudah memiliki pilihan perguruan tinggi swasta sebagai cadangan, yaitu Universitas Binus Internasional dan Universitas Pertamina.

”Tetap saja mahal untuk masuk universitas itu. Kalaupun saya masuk jalur mandiri di PTN yang biasanya lebih mahal daripada jalur prestasi, kedua universitas itu tetap saja lebih mahal,” kata siswa asal Jakarta ini.

Kuota berkurang
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Rifelly Dewi Astuti, menyampaikan, sebanyak 1.656 mahasiswa baru S-1 reguler telah diterima melalui hasil SNMPTN. Jumlah yang lolos itu dari 18.733 peserta yang mendaftar.

Mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNMPTN pada 2019 lebih banyak daripada tahun lalu. Tahun 2018 tercatat mahasiswa yang diterima 1.628 orang. Namun, dilihat dari jumlah pendaftar lebih besar pada tahun lalu, yaitu 24.243 perserta.

KOMPAS/RIZA FATHONI–Juru bahasa (kanan), yang menerjemahkan materi kuliah ke dalam bahasa isyarat, mendampingi mahasiswa berkebutuhan khusus (kiri) di ruang kuliah Kampus Fakultas Ilmu Bahasa Jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia, di Depok, Jawa Barat. UI telah meresmikan unit pelayanan untuk mahasiswa penyandang disabilitas.

Menurut Rifelly, jumlah tersebut menurun karena adanya perubahan peraturan pemerintah yang mengurangi kuota siswa yang mendaftar SNMPTN 2019. Untuk sekolah dengan akreditasi A, pendaftar dibatasi menjadi 40 persen siswa terbaik di sekolahnya dari sebelumnya 50 persen. Untuk akreditasi B menjadi 25 persen siswa terbaik di sekolahnya dari sebelumnya 30 persen. Kemudian sekolah akreditasi C dan lainnya memilik jatah 5 persen siswa terbaik di sekolahnya dari sebelumnya 15 persen.

Rifelly menambahkan, sesuai arahan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti), siswa yang telah diterima di jalur SNMPTN tidak diperbolehkan mendaftar pada jalur SBMPTN. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya bangku kosong pada kuota SNMPTN karena calon mahasiswa kembali mendaftar di SBMPTN.

”Bagi siswa yang sudah diterima di PTN lewat SNMPTN tidak bisa mendaftar lagi di SBMPTN. Sudah dikunci,” ucapnya.–DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 22 Maret 2019
——————————————
Kuota SNMPTN Diturunkan

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (ketiga dari kiri) bersama Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Ravik Karsidi (keempat dari kiri) mengumumkan hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta, Jumat (22/3/2019).

Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri telah diumumkan. Siswa yang lulus harus masuk ke universitas yang dipilihnya tersebut.

Kuota mahasiswa yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini karena Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengetatkan kuota dengan tujuan jalur ini benar-benar diperuntukkan bagi siswa SMA/SMK sederajat dengan prestasi akademik dan non-akademik istimewa.

Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di SMA/SMK sederajat diumumkan secara daring pada Jumat (22/3/2019), pukul 13.00. Dari 478.608 siswa yang mendaftar SNMPTN, sebanyak 92.331 siswa atau 19,29 persen dinyatakan lulus. Pada 2018, siswa yang diterima melalui jalur SNMPTN sebanyak 110.946.

“Untuk SMA dengan akreditasi A yang pada tahun lalu diberi kuota 50 persen, kini turun menjadi 40 persen,” kata Menristek dan Dikti Mohamad Nasir dalam jumpa pers mengenai pengumuman SNMPTN di Jakarta, Jumat (22/3/2019). Adapun SMA berakreditasi B mendapat kuota 25 persen, tahun 2018 mendapat kuota 30 persen. Sedangkan kuota untuk SMA berakreditasi C dan yang belum terakreditasi 5 persen.

Penurunan kuota tersebut dimaksudkan agar jalur SNMPTN benar-benar memastikan bahwa calon siswa yang terpilih memang memiliki bakat. Jalur ini menggunakan evaluasi nilai siswa sejak semester pertama di SMA beserta prestasi akademik dan non-akademik.

Selain itu, melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, Kemristek dan Dikti bisa memastikan siswa yang lulus SNMPTN tidak mendaftar untuk mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Jadi, peluang siswa yang lulus SNMPTN untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri sudah tidak ada lagi. Sanksi memasukkan sekolah ke daftar hitam PTN pun tetap diberlakukan apabila siswa yang diterima SNMPTN tak mengambil haknya.

“Jangan sampai ada kursi kosong di PTN karena siswa yang sudah diterima berubah pikiran. Di dalam kursi itu ada hak orang lain,” ujar Nasir.

Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi yang juga Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Ravik Karsidi menambahkan, perguruan tinggi ingin memastikan bahwa mahasiswa yang lulus di jalur SNMPTN memang sesuai dengan kriteria prestasi dan konsisten memiliki nilai rapor bagus.

Anak TKI
Dalam SNMPTN tahun ini, Kemristek dan Dikti memfasilitasi anak-anak tenaga kerja Indonesia yang berada di Arab Saudi, Singapura, dan Hong Kong. Tujuannya memastikan agar anak-anak ini mendapat kesempatan mengenyam pendidikan tinggi guna memutus rantai kemiskinan dan tidak menjadi TKI.

“Dari 80 orang yang mendaftar, 31 orang dinyatakan lulus SNMPTN. Umumnya mereka mendaftar di PTN yang dekat atau satu provinsi dengan kampung halaman masing-masing,” tuturnya.

Ia mengatakan, anak-anak TKI itu masuk ke dalam skema Bantuan Pendidikan Mahasiswa Miskin (Bidikmisi). Secara umum, ada 26.217 mahasiswa baru yang dinilai layak mendapat Bidikmisi. Jumlah total pendaftar Bidikmisi SNMPTN adalah 137.149 orang.

Ravik mengingatkan para siswa yang lulus SNMPTN agar memastikan benar waktu untuk pendaftaran ulang mahasiswa baru. Para siswa dapat memastikan jadwal setiap PTN di laman resmi SNMPTN.

Minati PTN
Salah satu peserta yang lolos SNMPTN, Nadhifa Marsaa (17), siswa SMA Negeri 48 Jakarta, akan mengambil kursi di PTN tersebut. Ia diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sejak masuk bangku SMA, ia memang sudah berkeinginan masuk ke perguruan tinggi negeri, terutama di Universitas Indonesia.

Nadhifa bercita-cita kuliah di PTN karena biaya kuliah lebih murah daripada di perguruan tinggi swasta. Selain itu, dia beranggapan kuliah di PTN akan lebih kompetitif jika ingin melanjutkan kuliah S2 di luar negeri.

Hal serupa disampaikan Rizka Amalia (17). Ia tidak lulus pada SNMPTN ini. Ia ingin tetap berupaya untuk masuk ke PTN melalui jalur lain, yakni Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau pun seleksi mandiri dari PTN yang diinginkan.

“Siapa yang enggak mau masuk (perguruan tinggi) negeri. Perguruan tinggi swasta itu harganya selangit, apalagi perguruan tinggi yang sudah punya nama dan bagus,” ucapnya.

Sebagai pilihan, Rizka menargetkan untuk bisa diterima di Program Studi Manajemen dan Administrasi Negara UI. Ia merasa dua jurusan itu bisa membantunya untuk berbisnis di masa depan. Ia juga memiliki pilihan dua perguruan tinggi swasta sebagai cadangan.

“Kalaupun saya masuk jalur mandiri di PTN yang biasanya lebih mahal dari jalur prestasi, kedua universitas itu tetap saja lebih mahal,” kata siswa asal Jakarta ini.

Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti menyampaikan, sebanyak 1.656 mahasiswa baru S1 Reguler telah diterima di UI melalui hasil SNMPTN. Jumlah yang lolos itu dari 18.733 peserta yang mendaftar.

Mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNMPTN tahun 2019 lebih banyak dari tahun lalu. Tahun 2018 tercatat, mahasiswa yang diterima 1.628 orang. Namun, dilihat dari jumlah pendaftar lebih besar tahun lalu, yakni 24.243 perserta. Jumlah tersebut menurun karena adanya perubahan peraturan pemerintah yang mengurangi kuota siswa yang mendaftar SNMPTN 2019.

Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR / DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 23 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB