Perguruan di Tiongkok Dilirik

- Editor

Rabu, 3 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahasiswa Indonesia Berminat Belajar Sastra dan Budaya
Pesatnya perkembangan ekonomi di Tiongkok membuat negara itu mulai menjadi destinasi pendidikan dunia, termasuk tujuan belajar anak-anak Indonesia. Sejak tahun 2010, sebanyak 13.689 mahasiswa Indonesia belajar di beberapa perguruan tinggi Tiongkok.

Tiap tahun, jumlah pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke Tiongkok naik 10 persen. Selama ini, destinasi belajar ke luar negeri yang populer ialah Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.

“Sebagian besar mahasiswa Indonesia mengambil jurusan bahasa Tiongkok,” kata Sudjadi, Ketua Panitia Pelaksana China Education Exhibition (CEE) 2015 atau Pameran Pendidikan Tiongkok yang diselenggarakan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (27/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejak dibuka tahun 2010, CEE sudah 12 kali menggelar pameran pendidikan di Indonesia. Pameran bertujuan menarik minat mahasiswa Indonesia untuk berkuliah di perguruan tinggi ternama di Tiongkok.

Pameran dibuat atas kerja sama lembaga di bawah Kementerian Pendidikan Republik Rakyat Tiongkok, Chinese Service Center for Scholary Exchange (CSCSE) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Berdasarkan data CSCSE, tiap tahun jumlah mahasiswa Indonesia berkuliah di Tiongkok meningkat sekitar 10 persen. Selain berminat pada bahasa dan sastra Tiongkok, mahasiswa Indonesia juga mulai melirik jurusan-jurusan lain, seperti teknologi industri, industri, dan kedokteran.

Pameran
Pameran tahun ini diikuti 36 perguruan tinggi terbesar di Tiongkok yang mempromosikan paket kuliah dan beasiswa di setiap tempat.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu Yandong berharap ke depan program-program studi di bidang lain, seperti bidang teknologi, pertanian, dan kesehatan, juga diminati peserta didik.

“Kita ingin mempererat hubungan antara mahasiswa, dosen, dan seluruh sivitas akademika Indonesia dan Tiongkok,” kata Liu setelah membuka pameran pendidikan tersebut.

Program seperti ini merupakan program Pemerintah Tiongkok sebagai sarana berinteraksi dengan negara lain, termasuk Indonesia. “Ini seperti jembatan utama untuk dua negara ini dalam dunia pendidikan,” ujar Liu.

Ciri budaya
Beberapa mahasiswa Indonesia yang tertarik belajar ke Tiongkok bertujuan ingin mempelajari lebih dalam kebudayaan Tiongkok. “Majunya teknologi tidak membuat Tiongkok melepas budayanya. Jadi, kita nanti belajar opera dan sejarah Tiongkok juga,” kata Tiur Nabilah Nasution (20), mahasiswa Program Studi Cina UI.

Tiur bersama dua temannya menghadiri pameran untuk mencari informasi beasiswa dan program summer camp yang diadakan tiap tahun. “Saya berharap bisa melanjutkan S-2 di sana mengambil jurusan sastra Tiongkok,” lanjut Tiur.

Lain lagi Rizki Arif (18). Mahasiswa jurusan Fisika UI tersebut ingin mengambil kuliah program magister Fisika di Tiongkok. “Menurut saya, Tiongkok punya banyak terobosan dan lebih maju di bidang Fisika, selain Jerman,” katanya. Pada pameran tersebut, Arif mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang beasiswa program magister.

Dalam kesempatan pameran tersebut, CSCSE juga memaparkan, setiap perguruan tinggi di Tiongkok menggunakan standar internasional yang berciri khas budaya. Mereka juga menceritakan keunggulan-keunggulan perguruan tinggi di sana. “Sistem tersebut sudah dibangun selama 60 tahun lebih di Tiongkok, mahasiswa yang sekolah di sana harus belajar sejarah dan budaya Tiongkok,” kata Sudjadi. (B09)
————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Mei 2015, di halaman 11 dengan judul “Perguruan di Tiongkok Dilirik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB