Bumi terus mengalami perubahan sebagai akibat dari peningkatan suhu global. Salah satu perubahan itu yang terdeteksi oleh para ahli adalah adanya perubahan arus global.
Sejak tahun 1950-an, geolog dan ahli kelautan telah menemukan bukti-bukti bahwa perubahan di sirkulasi lautan sebagai penanda penting terjadinya perubahan iklim. Hal ini terbukti dari hasil pengeboran inti es dari Greenland yang menunjukkan adanya perubahan sirkulasi arus ketika terjadi perubahan suhu secara dramatis di akhir zaman es.
Riset terbaru dari University College London (UCL) and Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) menemukan data penting tentang kenapa terjadi perubahan arus laut global tersebut. Studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada 12 April ini menunjukkan, pelambatan pergerakan AMOC (The Atlantic meridional overturning circulation) hingga titik paling rendah dalam 1.600 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pergerakan arus laut global secara bolak-balik dari tropis ke atlantik dan kembali ke tropis. Studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada 12 April ini menunjukkan, pelambatan pergerakan AMOC (The Atlantic meridional overturning circulation) hingga titik paling rendah dalam 1.600 tahun terakhir.–Sumber: Intergovernmental Panel on Climate Change
Menurut penjelasan Kepala Laboratorium Data Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP) Widodo S. Pranowo, AMOC merupakan aliran arus laut yang secara alami mengalir dari daerah tropis yang lebih hangat ke arah utara. Ketika mendekati Kutub Utara, massa air laut yang mendingin akan menyusup ke bawah karena menjadi lebih berat sebelum kemudian mengalir lagi ke selatan.
Studi tim dari UCL dan WHOI ini menemukan, dalam 150 tahun, pergerakan arus AMOC telah melambat 15-20 persen. “Studi kami untuk pertamakalinya memberikan analisis komprehensif tentang perubahan endapan laut, yang menunjukkan adanya pelemahan arus balik Atlantik dimulai menjelang akhir Zaman Es Kecil, yaitu periode dingin selama berabad-abad yang berakhir sekitar tahun 1850,” kata Delia Oppo, ilmuwan senior dari WHOI yang terlibat dalam penulisan paper yang diterbitkan di jurnal Nature pada 12 April.
Ketua tim peneliti dari UCL David Thornalley menyebutkan, perubahan ini disebabkan menghangatnya Laut Atlantik Utara menjelang Zaman Es Kecil. Akibatnya es dan glaisier di sekitar Antartika mulai meleleh dan menyebabkan masukan airs tawar dalam jumlah besar ke Atlantik Utara. Air tawar ini memiliki massa jenis lebih ringan sehingga tidak gampang tenggelam lebih dalam dan pada akhirnya memperlambat sistem AMOC. Semakin lambat aliran AMOC, artinya volume es yang meleleh semakin banyak. (Sciencedaily.com /AIK)
Sumber: Kompas, 13 April 2018