Percepat Penyusunan Peta Desa

- Editor

Kamis, 18 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lebih dari 73.000 desa di Indonesia belum terpetakan berbasis informasi geospasial dasar yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial. Hingga kini, badan informasi itu baru menghasilkan peta berskala 1:5.000 untuk 1.000 desa di Indonesia berbasis citra satelit resolusi amat tinggi.

Untuk mempercepat pembuatan peta desa, Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, dan pemerintah daerah. Itu diungkapkan Kepala BIG Priyadi Kardono pada peluncuran Peta Desa oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar, Selasa (16/2), di Jakarta.

Peta desa itu untuk mempercepat pencapaian target pembangunan. “Sasaran pembangunan ialah berkurangnya sedikitnya 5.000 desa tertinggal dan kenaikan sedikitnya 2.000 desa mandiri,” ucap Marwan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Batas wilayah
Peta desa skala besar disusun BIG bekerja sama dengan Kementerian Desa PDTT. Informasi geospasial dipakai untuk perencanaan penetapan batas wilayah, inventarisasi sumber daya alam, merancang tata ruang pedesaan, dan daerah transmigrasi.

Priyadi menjelaskan, peta desa disusun memakai citra penginderaan jauh (inderaja) beresolusi 50 sentimeter atau 50 cm x 50 cm setiap piksel. Itu jadi dasar pemetaan tematik dasar wilayah desa, terdiri dari batas administrasi, sarana dan prasarana, penutup, dan penggunaan lahan.

Penyediaan citra inderaja itu bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Pada 2015, dihasilkan citra satelit bagi luas wilayah 925 kilometer persegi atau 50 persen total wilayah Indonesia. “Tahun ini, semua wilayah akan tersedia citranya,” kata Priyadi.

Terkait hal itu, BIG bekerja sama dengan pemerintah kabupaten. Bupati mengumpulkan semua kepala desa untuk menggambarkan batas desanya sesuai kesepakatan desa tetangga. Lalu, BIG memetakan desa sesuai standar pembuatan peta dan masuk sistem pemetaan nasional.

Karena jumlah personel dan dana terbatas, BIG bekerja sama dengan instansi seperti BPN dalam pembuatan peta. Jadi, peta desa seluruh Indonesia disusun pada 2017. Kini, banyak peta bisa diakses di internet, tetapi tak punya titik koordinat berstandar. “Peta desa dari BIG ada titik koordinat sesuai standar sehingga masuk sistem pemetaan nasional,” ujarnya. (YUN)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Percepat Penyusunan Peta Desa”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 15 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB