Peran Pemerintah Mengembangkan Teknologi Tepat Guna Ditunggu

- Editor

Selasa, 8 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah punya peran besar dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi tepat guna. Namun, belum semua pemerintah sadar pentingnya peranan mereka.

Pemerintah, khususnya pemerintah daerah punya andil besar dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi tepat guna (TTG). Namun, belum semua pemerintah daerah sadar TTG bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Kesadaran pemda (pemerintah daerah) sangat bergantung pada pimpinan dan aparatur yang menerjemahkan kebijakan pemimpin daerah,” kata Kepala Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nurul Taufiqu Rochman di Jakarta, Senin (7/5/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat pemimpin dan yang mengelola TTG berganti, kebijakannya pun sering berubah hingga pengembangan TTG tak berkesinambungan.

TTG adalah teknologi yang sesuai kebutuhan masyarakat, dapat dikelola dan dipelihara masyarakat secara mudah dan mandiri, tidak merusak lingkungan, serta menghasilkan nilai tambah ekonomi dan lingkungan. Teknologi ini tersebar di banyak bidang.

KOMPAS/RIZA FATHONI–Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga dari kanan) dan Seskab Pramono Anung (kedua dari kanan) mencoba mobil pedesaan yang diproduksi oleh PT Kiat Mahesa Wintor pada pameran otomotif Indonesia International Motor Show 2018 di JI Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (19/4/2018).

Peran pemda itu penting khususnya untuk mengenalkan TTG pada masyarakat yang punya sumber daya ekonomi, namun akses informasinya untuk mengolah sumber daya itu terbatas. Pemda menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dengan peneliti dan perekayasa yang mengembangkan TTG.

Dalam konteks Indonesia yang sangat luas dan besar penduduknya, pengetahuan tentang TTG itu sangat bervariasi. Sebagian kelompok masyarakat sudah mampu berkembang sendiri tanpa campur tangan pemerintah dan menumbuhkan TTG yang bersumber dari pengetahuan masyarakat. Namun, lebih banyak masyarakat yang masih butuh intervensi pemerintah untuk bisa maju.

“Masyarakat yang kurang aktif, terbatas akses informasinya, atau tinggal di wilayah tertinggal butuh intervensi khusus dari pemerintah,” kata Nurul. Intervensi itu akan membuat pembangunan makin merata dan mengurangi kesenjangan.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Pembuatan Alat Pertanian – Pekerja menyelesaikan pembuatan alat perontok padi di Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (24/7/2017). Teknologi tepat guna pertanian tersebut mulai banyak digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan lebih efisien.

Profesor riset bidang informasi dan komunikasi pertanian di Pusat Pengembangan TTG LIPI Subang Jawa Barat Rachmini Saparita menambahkan, peran aktif pemda penting mengingat intervensi dan pendampingan lembaga penelitian dan pengembangan yang memperkenalkan TTG di suatu daerah hanya bersifat sementara.

“Sembari memperkenalkan TTG ke masyarakat, kapasitas aparatur pemda juga perlu dibangun sehingga bisa jadi rujukan saat program intervensi sudah selesai,” katanya.

Selain itu, keterlibatan pemda penting karena banyak persoalan dalam pengembangan TTG yang tidak mungkin dilakukan masyarakat sendiri, khususnya terkait penyediaan infrastruktur pengembangan TTG, seperti pembiayaan program, riset dan pengembangan produk, pembangunan bengkel dan balai pelatihan, hingga penyediaan air bersih.

Selama ini, lanjut Rachmini, pemda yang antusias memanfaatkan dan mengembangkan TTG justru yang punya kapasitas anggaran terbatas dengan banyak warganya miskin. Sebaliknya, pemda dengan kapasitas anggaran besar kurang tertarik dengan TTG meski masih banyak rakyatnya miskin.

Belum meluasnya pemanfaatan TTG berimbas pada belum tumbuhnya budaya inovasi di daerah. Dikenalnya TTG itu diharapkan jadi pemicu munculnya inovasi-inovasi baru guna mempercepat kemajuan dan kesejahteraan daerah.

Antardaerah
Terbatasnya peran pemerintah dalam pengembangan TTG bukan hanya terjadi di daerah, tetapi juga pusat. Padahal, TTG bisa dijadikan penggerak pembangunan daerah seperti yang dicita-citakan dalam Nawa Cita Presiden Joko Widodo.

Hingga kini, Indonesia belum memiliki rencana besar pengembangan wilayah berbasis pada pemanfaatan TTG, khususnya dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0. Lembaga khusus pengoordinasi pengembangan TTG juga belum ada.

Nurul menilai, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi keterbatasan itu adalah dengan membangun kerja sama atau kemitraan antardaerah. Daerah-daerah dengan pemanfaatan TTG yang baik dan memiliki kemiripan kondisi wilayah bisa membantu daerah yang masih terbatas.

Cara lainnya adalah dengan mengoptimalkan Pusat Taman Sains dan Teknologi (STP) yang sudah digagas pemerintah dan balai latihan kerja yang ada di berbagai daerah.

Di Jepang, lembaga sejenis yang bernama pusat teknologi industri daerah punya peran besar dalam mengelola dan mengoordinasikan sumber-sumber teknologi, melakukan pelatihan, hingga melatih ribuan usaha kecil menengah dan mikro (UMKM).

“UMKM itulah yang justru jadi penopang industri di Jepang,” tambah Nurul. Kondisi itu juga bisa diterapkan di Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 yang menekankan pada pembangunan industri manufaktur di sektor industri makanan dan minuman, otomotif, elektronik, kimia, dan tekstil.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 8 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB