Nurul Taufiqu Rochman memperoleh penghargaan inovasi teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award 2014. Ia berdedikasi dan menghasilkan manfaat nyata lewat inovasi-inovasi nanoteknologi.
”Pak Nurul tidak hanya membuat penemuan, tetapi juga inovasi agar penemuan bisa diaplikasikan industri dan digunakan masyarakat. Ini tidak mudah karena juga butuh jiwa kewirausahaan,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Unggul Priyanto, di Jakarta, Kamis (21/8).
Nurul yang juga Kepala Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah memublikasikan 15 hak kekayaan intelektual berupa hak cipta dan merek bidang nanoteknologi. Tujuh di antaranya telah diaplikasikan industri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nanoteknologi adalah teknologi rekayasa partikel material berukuran sepermiliar meter menjadi material baru dengan fungsi lebih istimewa dan sesuai dengan yang dikehendaki. Penerapan teknologi ini meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia guna memperkuat daya saing industri nasional.
Nurul mempelajari nanoteknologi dan rekayasa produksi pada jenjang sarjana, magister, dan doktor di Universitas Kagoshima, Jepang. Studi doktoral bidang manajemen dan bisnis di Institut Pertanian Bogor.
”Dengan tambahan ilmu manajemen dan bisnis, saya mendapat teori persaingan usaha serta pemasaran. Saya bisa lebih tahu kebutuhan industri,” kata Nurul. Ia juga aktif menggaet industri, tidak hanya menunggu.
Tiga tahun lalu, ia menyurvei pasir besi (besi oksida) untuk pigmen pewarna merah cat yang digunakan salah satu industri cat di Cibinong. Ia membuat bahan itu dengan nanoteknologi.
Dua kilogram bahan yang ia hasilkan dicoba industri itu. Hasilnya, bahan buatannya lebih tahan korosi (karat) dari yang biasa digunakan. Harganya pun lebih murah 0,5 dollar AS per kg, menjadi sekitar 1 dollar AS (setara Rp 11.707) per kg. ”Mereka lalu minta 5 ton,” ujar Nurul.
Selanjutnya, ia mencari pemodal guna mendirikan pabrik pigmen pewarna merah cat agar bisa produksi massal. Menurut rencana, pabrik akan beroperasi di daerah Cibubur, Jakarta Timur.
Menurut Unggul, nanoteknologi sebagai teknologi maju sangat bermanfaat untuk segala bidang, termasuk pertanian, kosmetik, dan obat-obatan. Namun, pengembangan teknologi itu di Indonesia tergolong terlambat. ”Singapura, Malaysia, dan Thailand lebih dulu mengembangkan,” tuturnya. (A03)
Sumber: Kompas, 22 Agustus 2014