Peran ASEAN dalam Melawan Ebola

- Editor

Jumat, 26 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sepuluh tahun berlalu sejak pertama saya ikut misi Medecins Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas (MSF) ke Monrovia, Liberia.

Saat itu perang saudara Liberia kedua baru saja selesai, perang yang dianggap masyarakat lokal sebagai perang dunia ketiga. Pertempuran masih kerap terjadi, PBB melakukan perlucutan senjata dan demobilisasi.

MSF adalah salah satu dari lembaga kesehatan yang menyediakan bantuan perawatan kesehatan primer dan sekunder, mengisi kekosongan sistem kesehatan umum yang lumpuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini, apa pun yang telah Liberia capai setelah luluh lantak akibat perang kembali di ambang kehancuran akibat wabah ebola. Konflik lain pun menghadang Liberia: pertempuran hidup dan mati melawan virus.

Sejak awal wabah Maret silam, MSF telah menyalakan alarm tanda bahaya. Namun , tanggapan sangat lambat. Tujuh bulan kemudian, situasi tak terkendali ketika ribuan orang tewas, kasus ebola terus meningkat, pusat isolasi kewalahan, dan rekan-rekan kami di lapangan kelelahan.

Infrastruktur kesehatan umum lumpuh dengan banyaknya petugas kesehatan di garda depan yang terinfeksi dan meninggal. Lainnya melarikan diri karena  takut, meninggalkan masyarakat tanpa perawatan, bahkan untuk penyakit paling umum seperti malaria atau infeksi saluran pernapasan. Seluruh sistem kesehatan runtuh.

Persediaan makanan mulai berkurang karena terhentinya perdagangan dan roda ekonomi.

Di negara tetangga, Sierra Leone, situasinya sama saja. Jumlah kasus mulai meningkat di ibu kota Sierra Leone, Freetown, dan tanpa kecepatan tanggap. Risiko terdampaknya kota berpenduduk padat lain cukup besar.

Di Guinea, walau sistem kesehatannya belum separah Liberia, situasinya rentan. Meski pemerintah telah memiliki rencana ambisius melawan wabah ini, mereka membutuhkan dukungan logistik dan sumber daya manusia yang signifikan.

Sehari tanpa aksi berarti lebih banyak kematian dan kehancuran masyarakat. Joanne Liu, Presiden Internasional MSF, pada pengarahan khusus PBB di New York, Amerika Serikat, 2 September 2014, mengimbau Amerika Serikat untuk segera mengirim bantuan terkait ebola.

Kami meminta bantuan dalam peningkatan pusat isolasi, pengiriman laboratorium keliling untuk memperbaiki kemampuan diagnosis, adanya ”jembatan udara” khusus untuk memindahkan personel dan peralatan ke dan di Afrika Barat, serta membangun jaringan regional rumah sakit lapangan untuk mengobati tenaga medis yang terinfeksi ataupun yang dicurigai terinfeksi.

Kontribusi ASEAN?
Presiden AS Barack Obama telah berjanji untuk mengirim 3.000 tentara dan aset lain ke Liberia, tetapi kesenjangan masih terdapat di daerah lain. Apa yang bisa dilakukan ASEAN?

Dengan pengalaman SARS di Asia serta sepanjang satu dekade merencanakan Kesiapsiagaan Pandemi di ASEAN yang menggunakan pendekatan multisektoral; ASEAN dan negara anggotanya mampu memainkan peran dalam kepemimpinan, menunjukkan solidaritas regional dan berbagi pengalaman dalam mengoordinasi pelbagai sektor. Pengetahuan yang diperoleh ASEAN dalam 10 tahun terakhir dapat menjadi aset penting sekaligus mendukung bagi negara-negara Afrika Barat yang terkena dampak.

Kesempatan untuk membendung bencana ini kian mengecil. Dibutuhkan lebih banyak negara lagi untuk mengambil bagian. Respons besar-besaran ini harus terkoordinasi, terorganisasi, dan dieksekusi dengan rantai komando yang jelas.

Ini adalah krisis transnasional, yang memiliki implikasi kesehatan, sosial, ekonomi, dan keamanan bagi semua benua. Untuk itu, Asia Tenggara dapat membuat perubahan pada hasilnya.

Maria Guevara, Regional Humanitarian Representative Medecins Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas (MSF) untuk Asia di Hongkong

Sumber: Kompas, 26 September 2014

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB