Data luas lahan persawahan dan tingkat pertumbuhan padi dinilai kurang akurat dan tak konsisten dengan fakta di lapangan. Itu karena lemahnya metodologi estimasi luas panen padi. Untuk itu, metode Kerangka Sampel Area berbasis informasi geospasial dan penginderaan jauh diterapkan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengemukakan hal itu, Selasa (9/2), di Jakarta, dalam acara penandatanganan nota kesepahaman BPS dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta penyerahan hasil uji coba metode Kerangka Sampel Area (KSA). Kerja sama itu untuk mengembangkan KSA dalam penyajian data statistik pangan dan pertanian.
Ia mengungkapkan, ketidakakuratan terlihat pada data produksi beras. “Dalam lima tahun terakhir, data itu selalu disebutkan. Namun, dalam kurun waktu yang sama, selalu terjadi impor beras,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Uji coba KSA
Pada tahap uji coba, KSA digunakan untuk mengestimasi luas lahan sawah dan masa panen di Kabupaten Indramayu dan Garut. “Dari hasil pengujian, disimpulkan metode baru ini layak diimplementasikan skala provinsi hingga nasional,” ucap Kepala BPPT Unggul Priyanto.
Data produksi padi berdasarkan angka ramalan berbasis KSA lebih akurat. Data itu bisa tersaji dalam 4-8 bulan. Untuk memprediksi luas panen padi secara nasional dengan metode baru itu, butuh waktu tiga tahun.
“Metode KSA mengintegrasikan data citra satelit beresolusi tinggi, antara lain satelit Ikonos, data koordinat dari GPS, dan data statistik,” kata Mubekti, pakar sistem informasi geografis dan penginderaan jauh dari BPPT.
Untuk menghasilkan data estimasi itu, serangkaian kegiatan dilakukan, antara lain membuat kerangka atau penetapan lokasi survei, penyiapan tenaga survei, pengiriman data survei lapangan dengan SMS gateway, pengolahan data memakai server komputer, dan penyajian hasil. Unit sampel lokasi yang disurvei berukuran 300 x 300 meter persegi yang diambil secara acak. Verifikasi data memerlukan survei petugas ke lapangan.
Hasil estimasi dengan pengiriman data secara online bersifat near realtime. Pendataan luas sawah dan tingkat pertumbuhan berdasarkan ekstrapolasi sampel ke populasi lahan. Semua proses itu butuh waktu sepekan. “Dengan pola survei dan pengolahan data otomatis, sistem KSA tak bisa diintervensi demi kepentingan tertentu,” ucap Mubekti.
Unggul menambahkan, metode KSA bisa mendukung penyusunan data statistik untuk sektor lain, seperti energi dan pertambangan. Suryamin berharap, BPS dapat terlibat dalam penyusunan indikator ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi berdasarkan data statistik terkait. (YUN)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Metode Baru Prediksi Panen Padi Diterapkan”.