Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengenalkan varietas padi IPB 3S. Varietas itu diklaim mampu menghasilkan beras jauh lebih banyak ketimbang varietas padi lain.
Varietas padi tersebut hasil riset Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, selama lebih kurang enam tahun. “Varietas padi itu bisa mendorong swasembada beras nasional,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jumain Appe seusai jumpa pers di gedung BPPT Jakarta, Jumat (11/3).
Menurut rencana, pengenalan varietas padi itu akan dilakukan di IPB, Sabtu ini. Namun, diundur karena Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi serta Menteri Pertanian tidak bisa hadir bersamaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahapan pengembangan varietas padi IPB 3S meliputi serangkaian proses, yaitu pengambilan bibit, uji coba di IPB Seed Center, dan uji coba di sawah seluas 1-2 hektar untuk menjadi benih berwarna kuning. Uji coba berikutnya dilakukan di sejumlah petak sawah melewati pergantian musim. “Itu semua dilakukan hingga benih mendapat label biru (siap edar),” kata Jumain.
Varietas padi IPB 3S di lahan uji coba disebutkan tahan hama dan hasilnya 13,5 ton per hektar. Satu batang padi IPB 3S dapat menghasilkan sekitar 350 butir padi. Lama tanam sekitar 105 hari. “Potensi hasilnya dapat mencapai dua kali lipat daripada padi biasa,” tuturnya.
Namun, padi itu masih memiliki kelemahan, yaitu tingginya mencapai sekitar 1 meter. Itu bisa membuat padi mudah rebah tertiup angin. “Kami sudah mengembangkan varietas jenis 4S yang tingginya sekitar 70 sentimeter,” kata Jumain.
Menurut rencana, varietas padi itu akan dikembangkan di lahan sekitar 2 juta hektar pada 2017. Total benih yang diperlukan 50.000 ton.
Komoditas lain yang jadi prioritas pengembangan Kemristek dan Dikti untuk mewujudkan swasembada pangan adalah jagung dan kedelai.
Kepala Bagian Komunikasi Publik Kemristek dan Dikti Munawir Razak mengatakan, Menristek dan Dikti Muhammad Nasir serta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan menandatangani kesepakatan kerja sama penerapan inovasi di bidang pertanian dan peternakan.
Kerja sama itu pula yang direncanakan berlangsung Sabtu ini di IPB. Namun, acara tersebut diundur hingga waktu yang belum ditentukan. “Kami menunggu jadwal yang tepat antara Menteri Pertanian dengan Menristek dan Dikti,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, produksi padi Indonesia pada 2015 sebanyak 75,36 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu mengalami kenaikan 4,51 juta ton (6,37 persen) dibandingkan dengan tahun 2014.
Saat ini, Pemerintah Indonesia masih mengandalkan impor beras dari beberapa negara, seperti Vietnam dan Thailand. Selain itu, impor dari Pakistan sebanyak 1 juta ton dengan nilai 400 juta dollar AS selama 2016-2019. Penandatanganan dilakukan antara Trading Corporation of Pakistan dan Perum Bulog (Kompas, 9/1). (C08)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Kemristek dan Dikti Kenalkan Varietas Padi IPB 3S”.