Pengelola Perguruan Tinggi Diminta Matangkan Kurikulum

- Editor

Kamis, 11 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengelola program studi baru diminta mematangkan kerangka kurikulumnya. Hal ini bertujuan agar lulusannya relevan dengan kebutuhan dunia kerja ke depan. Karena itu, diperlukan komunikasi intensif antara pemangku kepentingan, khususnya sektor industri, untuk menyusun kurikulum yang tepat.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Para peserta mengikuti ujian tulis berbasis komputer Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2019 gelombang I di SMKS Yapan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/4/2019).

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar mengingatkan kepada para PTN agar menyiapkan kurikulum prodi-prodi tersebut sebaik mungkin. Masukan dari para pemangku kepentingan dinilai amat penting.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Prodi-prodi dituntut bekerja sama dengan pemangku kepentingan agar menerima masukan dalam penyusunan kurikulumnya,” ujarnya kepada Kompas, Rabu (10/7/2019).

Dengan kerangka kurikulum yang tepat tujuan itu, diharapkan kualifikasi dan kompetensi dari para lulusannya akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, terlebih pada sektor industri. Ia mendorong agar strategi tersebut terus diintensifkan. ”Tentu kita berharap lulusan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan industri serta masyarakat,” katanya.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar dalam sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana di Jakarta, Kamis (18/4/2019).

Menurut Ismunandar, lulusan dari bidang-bidang baru saat ini sudah banyak dicari industri. Hanya saja, jumlah lulusan tersebut masih terbatas. Bidang-bidang itu contohnya ekonomi digital, animasi, serta data sains.

Adapun Kemristek dan Dikti saat ini masih melakukan evaluasi untuk mengetahui lebih mendetail minat masyarakat terhadap prodi-prodi baru tersebut. ”Saat ini, kami tengah melakukan evaluasi pada prodi-prodi baru itu,” ujarnya.

Perlu kajian
Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, ada sejumlah hal yang mesti disiapkan sebelum perguruan tinggi membuka prodi baru. Perlu ada kajian mengenai landasan filosofis, epistemologi, dan aksiologi.

Pada prodi ekonomi digital, misalnya, perlu ada dosen berkualifikasi S-3 di bidang ekonomi digital tersebut. Jika dipaksakan membuka prodi tanpa didampingi akademisi yang mumpuni di bidangnya, bisa jadi akan gagal. Selain itu, penting juga menyiapkan desain kurikulumnya secara matang. ”Membangun prodi tidak bisa hanya karena butuh. Harus ada landasan filosofis, keilmuan, dan materi-materi pembelajarannya,” katanya.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Pemerhati pendidikan Doni Koesoema (kanan) dalam diskusi kebijakan pendidikan di Jakarta, Senin (19/6/2017).

Menurut Doni, membuka prodi baru tidak selalu menjadi jalan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM). Prodi-prodi rumpun yang sudah ada juga bisa diubah sisi materi pembelajarannya sambil menyiapkan dosen yang memiliki kualifikasi di bidang tersebut.

”Misalkan ilmu komunikasi, desain interior, dan teknologi informasi sudah mulai mengembangkan materi yang aktual,” katanya.

Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan, sebaiknya prodi-prodi baru tak hanya dibuat sekadar mengikuti tren pasar dunia kerja. Perguruan tinggi perlu melakukan analisis kebutuhan pada bidang prodi tersebut, terutama untuk melihat relevansinya pada 10-20 tahun mendatang.

”Perlu dipetakan apakah prodi-prodi serupa yang ada sudah mencukupi kebutuhan dunia kerja atau belum. Jika tidak begitu, bisa jadi hanya akan menghasilkan penganggur berpendidikan,” katanya.–FAJAR RAMADHAN

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 10 Juli 2019
————————————–
Prodi Baru Jadi Tuntutan Dunia Kerja

Kehadiran program studi atau prodi baru dalam seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau SBMPTN didasarkan pada kebutuhan dunia kerja. Pemerintah akan mengevaluasi semua prodi yang ada dalam daftar SBMPTN 2019.

KOMPAS/INSAN ALFAJRI–Pengumuman hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2019, di Jakarta. Dari 714.652 pendaftar, yang lulus hanya 168.742 orang.

Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Ravik Karsidi, dalam konferensi pers pengumuman hasil SBMPTN 2019, di Jakarta, Selasa (9/7/2019), menyatakan, jumlah prodi di seleksi kali ini sebanyak 3.186. Dari jumlah itu, 226 merupakan prodi baru. Adapun perguruan tinggi yang membuka prodi baru pada SBMPTN kali ini antara lain strata 1 (S-1) Pengelolaan Hutan di Universitas Sebelas Maret, S-1 Bioteknologi di Universitas Negeri Malang, serta S-1 Aktuaria di Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Rektor ITB yang juga Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Indonesia Kadarsah Suryadi menyebutkan, Aktuaria merupakan satu-satunya prodi baru di ITB. Dia menilai, Aktuaria sangat dibutuhkan di dunia kerja. ”Permintaan terhadap Aktuaria itu sangat tinggi. Oleh sebab itu, ITB juga membuka prodi itu,” katanya.

Suryadi menuturkan, pembukaan prodi itu merupakan usaha untuk mewujudkan link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara dunia pendidikan dan dunia industri.

Menurut dia, prodi S-1 bersifat dinamis. Di satu sisi, lulusan S-1 boleh menjadi pengembang ilmu dengan melanjutkan studi. Namun, mereka juga dimungkinkan terjun langsung ke lapangan kerja untuk mengaplikasikan ilmunya.

KOMPAS/INSAN ALFAJRI–Rektor Institut Teknologi Bandung Kadarsah Suryadi

Dia menilai, S-1 yang terjun ke lapangan kerja tidak tumpang tindih dengan lulusan vokasi atau terapan. Sebab, lanjutnya, lulusan vokasi berbekal pengetahuan praksis. Sementara S-1 mempunyai kompetensi analisis dan rancangan.

”Kalau perusahaan hanya diisi dengan karyawan berpengetahuan praksis, kasihan perusahaannya jadi tidak berkembang,” ucapnya.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan akan mengevaluasi prodi yang terdaftar dalam SBMPTN kali ini. Akan disigi jumlah peminat prodi tersebut. Jangan sampai ada prodi yang tidak ada peminatnya sama sekali. Evaluasi akan dilakukan setelah proses SBMPTN selesai dilaksanakan.

Mengutip data Kemenristekdikti, pendaftar SBMPTN berjumlah 714.652 orang. Mereka yang lulus seleksi berjumlah 168.742 orang, yang tersebar di 85 perguruan tinggi negeri (PTN).

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Suasana perkuliahan di Politeknik Manufakturing Astra, Jakarta, Kamis (1/11/2018). Kurikulum kampus ini disusun berdasarkan kebutuhan industri.

Dalam 10 daftar prodi yang paling diminati di bidang sosial humaniora, S-1 Hukum di Universitas Diponegoro menempati urutan tertinggi dengan jumlah peminat 3.702 orang. Sementara di bidang sains teknologi, S-1 Pendidikan Dokter Universitas Udayana menjadi pemuncak dengan peminat 2.301 orang.–INSAN ALFAJRI

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 9 Juli 2019
————————
Sistem Seleksi Membuat Pelamar Rasional

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Para peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 gelombang I di SMKS Yapan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/4/2019). Jumlah total pendaftar UTBK 2019 gelombang pertama melalui Universitas Indonesia adalah 28.528 peserta dan gelombang kedua 34.940 peserta. Materi UTBK 2019 adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kemampuan Akademik (TKA).

Pemerintah menyatakan, sistem Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 terbaik sepanjang sejarah Indonesia. Selain menutup potensi kecurangan, sistem seleksi yang menggunakan Ujian Tulis Berbasis Kompetensi (UTBK) membuat pendaftar menjadi rasional dalam memilih tempat kuliah.

Dalam konferensi pers pengumuman hasil SBMPTN 2019, di Jakarta, Selasa (9/7/2019), Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menyatakan bahwa UTBK membuat pendaftar rasional. Jika nilai UTBK pendaftar pas-pasan, mereka tidak akan mengambil risiko dengan mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik.

Hal ini tercermin dari data Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tentang SBMPTN 2019. Perguruan tinggi paling diminati pelamar adalah Univesitas Brawijaya, yang berada di peringkat 12 nasional versi Kemenristekdikti 2018. Sementara perguruan tinggi terbaik, Institut Teknologi Bandung, hanya diminati 11.910 pelamar.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Menteri Ristekdikti M Nasir (tengah) bersama Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Herry Suhardiyanto, Sekjen Kemenristek Dikti Ainun Naim, Dirjen Belmawa Intan Ahmad, dan Ketua Panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 Ravik Karsidi (kiri ke kanan) secara simbolis meluncurkan dimulainya kegiatan SBMPTN 2017 dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta, Jumat (13/1). Pendaftaran SNMPTN akan berlangsung 21 Februari – 6 Maret 2017 sedangkan SBMPTN 11 April – 5 Mei 2017, diikuti 85 perguruan tinggi negeri.

“Ini merupakan sistem seleksi yang lebih terbuka dan pelamar bisa mengukur kemampuan diri,” katanya.

UTBK mulai diberlakukan tahun ini. Sebelumnya, SBMPTN dilakukan serentak pada hari yang sama. Dengan sistem sekarang, sebelum mendaftar SBMPTN, pendaftar terlebih dahulu mengikuti ujian UTBK. Nilai ujian inilah yang menjadi dasar pendaftar untuk memilih prodi. Mereka mempunyai waktu dua minggu untuk berpikir sebelum memilih prodi. (Kompas, 10/6/2019).

Rektor ITB yang juga Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Indonesia (MRPTNI) Kadarsah Suryadi, menyambut baik UTBK. Dengan sistem ini, calon mahasiswa bisa mengetahui nilainya sebelum mendaftar. Dengan demikian, mereka bisa memilih prodi yang mampu dicapai oleh nilai UTBK-nya.

Hadirnya UTBK ini juga bertujuan agar pendaftar tidak salah jurusan. Minat dan bakat pendaftar akan tergambar dari hasil tes UTBK. Untuk mendukung hal ini, ITB, kata Suryadi, akan terus menyesuaikan strategi pembelajaran agar selaras dengan perkembangan dunia.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Ismunandar menambahkan, pelamar kian dimudahkan dengan adanya aplikasi “PDDikti Mobile”. Aplikasi itu memberi informasi detail tentang daya tampung PTN berserta prodi-prodi yang terakdreditasi.

Berdasarkan data Kemenristekdikti, peserta UTBK 2019 berjumlah 877.853. Dari jumlah itu, yang mendaftar SBMPTN sebanyak 714.652. Sementara mereka yang lulus seleksi SBMPTN 2019 berjumlah 168.742, tersebar di 85 PTN.–INSAN ALFAJRI

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 9 Juli 2019
————————-
Evaluasi Kurikulum Prodi Per Dua Tahun

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (tengah, berbatik hijau) mengumumkan hasi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 di Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Program studi di perguruan tinggi mutlak mengembangkan kecakapan yang dibutuhkan di dunia usaha dan industri serta mendidik mahasiswa ilmu secara mendalam, dengan membangun jiwa pemelajar. Setiap dua tahun kurikulum perguruan tinggi akan dievaluasi.

“Program studi (prodi) yang langsung mengarah pada keterkaitan dan kesepadanan (link and match) tentunya adalah di perguruan tinggi vokasi yang memang bermitra dengan sektor industri,” kata Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar di kala pengumuman hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 di Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Meski demikian, jurusan ilmu murni di perguruan tinggi tetap mengembangkan pola pikir ilmiah yang terus mengasah pengetahuan dan kompetensi. Pendidikan kesarjanaan bertujuan membangun pengetahuan mendalam, sekaligus karakter mudah beradaptasi, sehingga bisa dipakai dalam sektor apapun.

“Baik prodi vokasi maupun ilmu murni tetap harus memutakhirkan kurikulum sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan menghadapi permasalahan di masyarakat yang kian menantang. Oleh karena itu, setiap dua tahun diadakan evaluasi kurikulum prodi,” tutur Ismunandar.

Ilmu lama
Dalam pengumuman tersebut, 185.645 calon mahasiswa dinyatakan lulus SBMPTN di 85 PTN. Mereka diseleksi dengan memasukkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dilangsungkan sepanjang Maret dan April. Melalui cara ini, pendaftar SBMPTN sudah mengetahui kemampuan akademis mereka, sehingga bisa seksama memilih prodi dan PTN yang sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Prodi terpopuler relatif sama dari tahun ke tahun yaitu kedokteran, teknik kimia, agroteknologi, hukum, manajemen, dan ilmu komunikasi. Tercatat, ada 3.186 prodi di PTN, dan 226 di antaranya adalah prodi yang baru dibuka sejak tahun 2017.
Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi sekaligus Guru Besar Pendidikan Universitas Sebelas (UNS) Maret Ravik Karsidi menerangkan, prodi baru tidak berarti ilmu baru. Prodi yang baru dibuka tersebut adalah ilmu lama yang sebelumnya tidak diajarkan di kampus itu. Contohnya, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada membuka prodi Aktuaria, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa membuka prodi kedokteran, dan UNS membuka ilmu kehutanan.

“Setiap ilmu sejatinya terus berkembang, tetapi keterampilan teknis di dalamnya yang bisa kadaluarsa. Oleh sebab itu, negara wajib memiliki peta pendidikan tinggi. Tidak hanya untuk memastikan perguruan tinggi sejalan dengan zaman, tetapi juga menghitung kebutuhan jumlah tenaga kerja agar setiap prodi bisa menyeimbangkan kuota,” ujarnya.

Kebijakan pemerintah diperlukan untuk mengatur kuota penerimaan per prodi. Ravik menerangkan, ada tiga sektor pendidikan tinggi yaitu vokasi, akademik, dan profesional. Vokasi memang cara tercepat untuk memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan sesuai bidang-bidang industri. Akademik dibutuhkan untuk pengembangan ilmu maupun membentuk fleksibilitas bekerja.

“Adapun profesional adalah melahirkan orang-orang seperti guru dan dokter yang kebutuhan per lima tahunnya harus dihitung agar tidak terjadi surplus,” ucap Ravik.

Dinilai efisien
Pelaksanaan SBMPTN berbasis UTBK dinilai Menristek dan Dikti Mohamad Nasir efisien. Selain para peserta mendapat nilai UTBK sepekan setelah ujian sehingga mereka bisa menakar kemampuan, SBMPTN daring ini meniadakan keramaian yang mengakibatkan kemacetan, serta kalang-kabut di tiap-tiap PTN.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO–Peserta sedang mengerjakan ujian tulis berbasis komputer (UTBK) untuk memasuki perguruan tinggi, di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (13/4/2019).

“Lebih penting lagi, metode daring ini mencegah kecurangan seperti penggunaan joki,” katanya. Terdapat beberapa kasus peserta UTBK berhasil menyelundupkan ponsel ke ruang ujian, memotret tampilan soal di layar komputer, lalu menyebarkannya di media sosial. Namun, tiap sesi UTBK memakai paket soal yang berlainan.

Pola baru SBMPTN ini juga menggeser popularitas PTN. Dulu, ITB, UGM, Universitas Indonesia, IPB University, dan Universitas Padjadjaran selalu menjadi pilihan terpopuler. Sekarang, PTN dengan pelamar paling banyak adalah Universitas Brawijaya, UNS, Universitas Diponegoro, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Negeri Semarang. Dengan demikian, otomatis keketatan seleksinya juga meningkat.

“Berkat UTBK, pendaftar bisa mengukur kemampuan sehingga tidak memilih prodi dengan membabi buta,” ucap Nasir. Adapun PTN senior seperti UGM, UI, ITB, Unpad, Undip, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember tetap tercatat sebagai penerima mahasiswa dengan nilai UTBK tertinggi, yaitu di atas 610.

Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia Kadarsah Suryadi yang juga Rektor ITB mengatakan, bagi mereka yang gagal di SBMPTN masih bisa mengikuti ujian mandiri di setiap PTN. Umumnya, kegagalan di SBMPTN ialah karena membidik prodi dengan persaingan terlalu ketat. “Ujian mandiri adalah kesempatan kedua khusus bagi peserta SBMPTN. Syaratnya adalah membawa hasil UTBK ketika mendaftar,” tuturnya. (DNE/FAI)-+LARASWATI ARIADNE ANWAR/INSAN AL FAJRI

Sumber: Kompas, 10 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB