Peneliti muda Indonesia raih penghargaan bidang kimia di Hawaii

- Editor

Senin, 21 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bersama 40 peneliti lainnya, karya enam peneliti dan dosen dari sejumlah PT di Indonesia dianggap inovatif pada tahun ini.
Enam peneliti dan dosen muda dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia meraih penghargaan Early Chemist award di Kongres kimia internasional Pasifik Basin di Honolulu, Hawaii, AS.

Bersama 40 peneliti lainnya, karya penelitian mereka dinilai paling inovatif 2015 dalam acara simposium terbesar bidang kimia dan ilmu spektroskopi di wilayah Asia Pasifik ini.

“Penerima penghargaan ini dipilih berdasarkan novelti makalah, dan pengalaman penelitian serta hasil publikasi di bidangnya,” kata Ali Khumaeni, dosen fisika di Universitas Diponegoro, Semarang, kepada BBC Indonesia, Senin (21/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adapun Early chemist Award merupakan penghargaan bagi para peneliti muda bidang kimia dan ilmu spektroskopi.

Keenam peneliti dan dosen muda Indonesia itu adalah Ali Khumaeni (jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang), Sri Fatmawati (jurusan Kimia ITS Surabaya), Noviyan Darmawan (jurusan Kimia IPB), Lukman Hakim dan Aprilia Tasfiyati (Universitas Brawijaya), serta Dave Mangindaan (jurusan Teknik kimia Universitas Parahiayangan, Bandung).

Meneliti tentang apa?
Dalam simposium Pacifichem 2015, yang berakhir hari Minggu, 20 Desember 2015, Khumaeni membahas metode baru spektroskopi plasma laser (laser-induced breakdown spectroscopy) untuk analisis pengotor logam berat pada tanah “secara cepat dan hasil sensitivitas tinggi”.
“Dengan metode baru ini, serbuk tanah tidak perlu dibuat pelet atau perlakuan sampel yang rumit,” ujar Khumaeni.

151221041309_peneliti_muda_indonesia_640x360_alikhumaeniMetode LIBS, menurutnya, saat ini telah berkembang pesat sebagai alat deteksi cepat kandungan unsur dan molekul dengan konsentrasi rendah pada berbagai material.
“Baik itu di bidang lingkungan, geologi, kesehatan, industri logam, industri farmasi, industri makanan, dan industri lainnya,” katanya.

Sementara, Darmawan membawakan topik pembangkitan emisi fosforesensi daerah dekat-ultraviolet dari Iridium (III) kompleks.

Obat tradisional
Adapun peneliti Fatmawati menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan ekstrak berbagai tanaman Indonesia (obat tradisional indonesia) untuk komplikasi anti-diabetik.
Di hadapan tim penilai, Mangindaan menguraikan makalahnya tentang penggunaan polyimide membranes dehidrasi pervaporasi acetone.

Wakil dari Universitas Brawijaya, Aprilia mengemukakan topik monolith berbasis polimer organik untuk pemisahan sampel DNA secara cepat, efisien, dan ramah lingkungan.
Dan Lukman Hakim mempresentasikan penelitiannya tentang penyimpanan hidrogen molekular pada struktur es yang terisi.

Pacifichem 2015 merupakan simposium terbesar bidang kimia dan ilmu spektroskopi khususnya di wilayah Asia Pasifik.

Simposium yang berlangsung sejak 1984 ini berlangsung setiap 5 tahun sekali. Pada Pacifichem 2015 ini, ada lebih dari 18.000 makalah dari 71 negara yang didaftarkan.

Sumber: BBC Indonesia, 21 Desember 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB