Pendidikan tinggi berperan besar dalam pengembangan ekonomi sekaligus menciptakan peluang kerja baru di tengah pesatnya perubahan zaman. Karena itu, pendidikan tinggi dituntut beradaptasi dengan paradigma baru untuk menyiapkan profesional berkelas dunia.
Itu mengemuka dalam acara Higher Education Summit 2016 di New Delhi, India, yang dimulai Kamis (10/11). Wartawan Kompas, Ester Lince Napitupulu, melaporkan, konferensi dan pameran global ke-12 bertajuk “Education for Tomorrow: Learn on India-Learn for the World” itu wujud kolaborasi dari Kementerian Pengembangan Sumber Daya, Kementerian Perdagangan dan Industri India, dan Federation of Indian Chambers of Commerce & Industry (FICCI).
Program tahunan ini jadi kesempatan bagi Pemerintah India untuk menjalin kemitraan dengan berbagai institusi dari sejumlah negara dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumlah mahasiswa India mencapai 31 juta orang. Adapun jumlah penduduk berusia 18-23 tahun sekitar 144 juta. Pada 2020, Pemerintah India menargetkan peningkatan angka partisipasi kasar (APK) menjadi 30 persen dari saat ini 22,5 persen.
India juga berupaya menarik mahasiswa asing untuk belajar di India. Sejumlah perwakilan perguruan tinggi (PT) dan pemerintah serta institusi lainnya dari 55 negara ambil bagian dalam acara yang berlangsung 10-12 November ini.
Presiden FICCI Harshavardhan Neotia mengatakan, di perubahan yang pesat, terutama karena faktor teknologi, banyak mengubah cara belajar masyarakat sekarang dan di masa depan. Bagi India, tersedianya pendidikan tinggi bermutu sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan tenaga kerja di era baru. Hal ini mendukung upaya negara ini tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Sementara itu, Union Minister Human Resources Development India Prakash Javadekar mengatakan, kemajuan pembangunan yang berkelanjutan di suatu negara dapat diraih jika institusi pendidikan tinggi memiliki riset dan inovasi yang baik.
Martine Reicherts, Director General, European Union, Education, & Culture, mengatakan PT harus mulai fokus juga dalam memperkuat softskills mahasiswa untuk siap berkompetisi dan berkolaborasi dalam era global.
Dengan melengkapi softskills mahasiswa, termasuk lewat program internasionalisasi, seperti pertukaran mahasiswa, peluang besar bagi mahasiswa untuk mudah mencari kerja. Mereka mampu beradaptasi ke pasar kerja, lebih toleran pada orang atau hidup yang berbeda, percaya diri, memiliki rasa ingin tahu, memiliki jiwa wirausaha, serta mampu memecahkan masalah.
Rajana Saxena, Ketua Komite Pendidikan Tinggi FICCI, mengatakan, teknologi, perubahan sosial ekonomi, dan persaingan global memengaruhi ketenagakerjaan dengan adanya jenis-jenis pekerjaan baru di masa depan. Hal ini membutuhkan sistem pendidikan tinggi yang mencetak generasi yang andal dengan tuntutan baru. “Perlu pendekatan baru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dan menarik keterlibatan industri,” katanya. (ELN)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 November 2016, di halaman 12 dengan judul “Pendidikan Tinggi Dituntut Beradaptasi”.