Pendidikan Kedokteran; Pembinaan Belum Dijalankan

- Editor

Jumat, 13 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi belum menerapkan konsep pembinaan fakultas kedokteran. Padahal, konsep itu ada sejak akhir 2015 serta dibahas bersama Konsil Kedokteran Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia.

Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Prof Bambang Supriyatno, Kamis (12/5), di Jakarta, mengatakan, tahun lalu KKI memberikan konsep pembinaan fakultas kedokteran (FK) ke Kemristek dan Dikti. Pembahasan teknis usulan konsep itu dilakukan beberapa kali dan anggaran telah disiapkan. Kenyataannya, Kemristek dan Dikti justru membuka delapan program studi kedokteran pada Maret 2016.

“Mari kita perbaiki pendidikan kedokteran di Indonesia. Menristek dan Dikti tinggal mengerjakan konsep pembinaan yang sudah ada,” ujar Bambang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, Kemristek dan Dikti diharapkan segera melaksanakan moratorium pembukaan FK baru dan menetapkan kuota penerimaan mahasiswa FK. “Itu harus tercantum dalam surat keputusan menteri, jangan hanya berupa ucapan lisan menteri,” ujarnya.

Konsep pembinaan yang dibuat KKI, ujar Bambang, intinya mengutamakan pembinaan FK yang akreditasinya C agar naik menjadi B dalam satu-dua tahun. Dari 75 fakultas kedokteran yang ada, 36 persennya berakreditasi C. “Dengan pembinaan, harapannya FK yang akreditasinya C jadi hanya 20 persen,” ucapnya.

Secara teknis, pembinaan itu dilakukan delapan tim yang mewakili Kemristek dan Dikti, KKI, AIPKI, ARSPI, IDI, dan Kementerian Kesehatan. Setiap tim membina satu-dua fakultas kedokteran. Tim itu akan memantau dan mendampingi FK akreditasi C untuk meningkatkan mutunya.

Ketua AIPKI Prof Hartono menambahkan, banyaknya FK berakreditasi C menjadi beban berat AIPKI. Perbaikan harus meliputi masukan, proses, dan luaran. Untuk masukan atau input calon mahasiswa, misalnya, perlu penerapan kuota yang jelas dan terukur.

Pembenahan pada aspek proses juga penting dilakukan, terlebih masih ada FK yang belum memiliki rumah sakit pendidikan utama dan jumlah dosennya kurang. “Pendirian FK tak hanya untuk mengatasi distribusi dokter. Pembinaan harus dilakukan. Ini tak mudah,” kata Hartono.

Pihaknya berharap FK berakreditasi A mencapai 40 persen dan FK berakreditasi B 60 persen. Sementara FK berakreditasi C hanya bagi FK baru.

Menristek dan Dikti Muhammad Nasir sebelumnya memaparkan, Kemristek dan Dikti bekerja sama dengan FK yang sudah mapan dalam membina FK baru atau lama yang bermasalah. Misalnya, Universitas Cenderawasih dibina Universitas Hasanuddin; Universitas Indonesia membina Universitas Papua dan Universitas Bosowa. Pembinaan berupa peningkatan kapasitas pengajaran dan pengelolaan kampus. Adapun ketersediaan peralatan dibantu pemerintah.

Selain itu, para dosen dari FK mapan hadir sebagai dosen kontrak. Sistemnya, dosen yang dipinjam dari FK besar ditempatkan di FK baru atau FK yang butuh bimbingan satu-tiga tahun. Syaratnya, FK yang ditinggalkan tak kekurangan dosen jika dosen itu dipinjam. (ADH/DNE)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Mei 2016, di halaman 14 dengan judul “Pembinaan Belum Dijalankan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB