Peminat Mesin Penyulap Plastik Jadi BBM Berasal Kalangan Industri

- Editor

Kamis, 2 Mei 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi pembuatan bahan bakar minyak (BBM) berbahan baku limbah sampah plastik sudah menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Selain sejumlah guru SMK turut mengembangkan, namun teknologi itu bahkan sudah diperjualbelikan secara bebas.

Salah satu yang eksis adalah Danan Eko Cahyono. Sang pencipta sekaligus penjual alat pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak memberikan nama alatnya ‘Biomass Machinery’ yang lebih banyak digunakan oleh perusahaan industri besar yang ada di Jakarta.

Berbekal pengalamannya selama dua tahun bekerja di perusahaan pengolah limbah menjadi bahan bakar di Korea Selatan, pria lulusan UK Petra Surabaya jurusan elektro ini ingin memperkenalkan ke dunia bahwa Indonesia juga mampu menciptakan teknologi ramah lingkungan dan menghasilkan bahan bakar minyak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sejak perjuangan saya door to door memperkenalkan teknologi yang saya sempurnakan berhasil menjual 40 alat dalam kurun 2007-2009. Semuanya kepada industri berskala besar,” katanya kepada detikOto, Kamis (2/5/2013).

Dengan Biomass Machinery ciptaannya mampu mengubah 1 Kg sampah plastik menjadi 0,5 liter bahan bakar minyak solar atau bensin ataupun minyak tanah yang mampu digunakan indutri menjalankan mesin.

“Di Jakarta misalnya, salah satu pabrik yang pengolahan limbahnya menggunakan alat saya mampu menghasilkan 1 juta liter solar perhari. Mereka tiap hari mempunyai limbah pabrik 6o ribu ton sehari, 1/3 nya merupakan sampah plastik,” ungkapnya.

Pria yang kini tinggal di Singosari, Malang, Jawa Timur, ini mempunyai berbagai ukuran alat yang bisa digunakan industri menengah ke atas untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak. “Harganya mulai Rp 900 juta hingga paling besar Rp 8 miliar,” katanya.

Ia mengaku sangat menyesal karena alat yang diciptakannya lebih disukai pihak industri, dibandingkan pemerintahan yang menurutnya mempunyai masalah sampah plastik lebih besar.

“Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Jakarta juga pesan ke kita,” kata Danan.

Menurut Danan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Jakarta sudah memesan jauh-jauh hari lantaran melihat efektifnya alat tersebut. Diakui Danan biaya investasi alat ini Rp 900 juta – Rp 8 miliar.

“Mereka melihat alat kita sangat berguna dan mereka beli, sampai saat ini belum ada lagi yang tertarik beli alat tersebut,” ucapnya.

Di dalam strategi pemasarannya, Danan yang sudah mamatenkan ciptannya itu selalu menyampaikan sejumlah pesan. Bunyi 4 poin pesan itu sebagai berikut:

1. Limbah / sampah plastik adalah jenis sampah berbahaya yang sangat susah untuk diurai oleh tanah, membutuhkan lebih dari 100 tahun agar lastik bisa terusai oleh tanah. Dan setiap hari sampah kota menghasilkan jutaan ton sampah plastik, yang akan terus mencemari tanah. Sehingga konversi sampah plastik akan sangat mengurangi sampah plastik.

2. Konversi dari plastik menjadi BBMP akan menghasilkan sebuah produk yang sangat diminati masyarakat. Berbeda dengan kompos dan sampah logam, yang hanya memiliki pangsa pasar tertentu saja. Sehingga konversi dari plastik menjadi BBMP akan mudah terjual dan volume sampah plastik di perkotaan akan menurun drastis.

3. Sudah diteliti dan diuji coba oleh banyak kalangan tentang manfaat konversi plastik menjadi BBMP. Dari Jepang, Mr. Akinori Ito sendiri sebagai penemu teknologi ini juga berjuang mengkampanyekannya, di Indonesia sudah popular dan beberapa SMK berhasil mengaplikasikannya dengan teknologi sederhana.

4. Saya hanya menyempurnakan system kampanye tersebut dan system Teknologi konversi tersebut untuk skala Industri, skala UKM, dan Skala otomatisasi dari system. Dimana dari seluruh percobaan yang ada di media, tidak pernah mengekspose / mengungkapkan berapa biaya energy yang dikeluarkan untuk memanaskan dan menyuling plastik. Mereka tidak menyebutkan bahwa harga pemanasan dengan LPG dan Heater Listrik cukup mahal juga. Apalagi bila menggunakan kayu bakar, maka akan merusak ekosistem. Saya menggunakan teknologi Biomass Furnace ciptaan saya untuk memanaskan dan mendestilasi plastik menjadi BBMP. Hasilnya jauh lebih murah dan lebih efektif untuk skla Industri dan UKM.

(ze/ddn)

Zainal Effendi – detikOto
Sumber: detik.com, Kamis, 02/05/2013 15:53 WIB

——————-

Penyulap Sampah Plastik Jadi BBM Harganya Mulai Rp 900 Juta
Budi Sugiharto,Muhammad Ikhsan – detikOto
Kamis, 02/05/2013 15:15 WIB

Teknologi pembuatan bahan bakar minyak (BBM) berbahan baku limbah sampah plastik sudah menjadi buah bibir ditengah masyarakat. Selain sejumlah guru SMK turut mengembangkan, namun teknologi itu bahkan sudah diperjualbelikan secara bebas.

Pantauan detikcom di internet, banyak yang menawarkan perangkat teknologi menyulap sampah plastik menjadi solar ataupun premium itu.

Salah satunya Danan Eko Cahyono, pemilik perusahaan Santoso Rising. Sebagai penjual alat penyulap sampah mengatakan alat tersebut dibanderol mulai Rp 900 juta – Rp 8 miliar.

“Harga Rp 900 juta – Rp 8 miliar dan itu tergantung kebutuhan. Kalau yang 8 kg per jam itu Rp 900 juta, dan kalau yang 200 kg per jam itu harganya Rp 8 miliar,” ucap Danan ketika dihubungi detikOto, Kamis (2/5/2013).

Dia mengklaim, teknologi ini sudah diteliti dan diuji coba oleh banyak kalangan tentang manfaat konversi plastik menjadi BBMP.

“Dari Jepang, Akinori Ito sendiri sebagai penemu teknologi ini juga berjuang mengkampanyekannya, di Indonesia sudah popular dan beberapa SMK berhasil mengaplikasikannya dengan teknologi sederhana,” paparnya.

Apa beda alatnya dari yang lain? Danan menuturkan dirinya menggunakan teknologi Biomass Furnace ciptaan sendiri untuk memanaskan dan mendestilasi plastik menjadi BBMP. “Hasilnya jauh lebih murah dan lebih efektif untuk skla Industri dan UKM,” ujarnya.

Danan menambahkan bensin olahan alat tersebut sangat baik digunakan oleh setiap kendaraan bermotor. Selain itu dia menjelaskan, dengan menggunakan alat tersebut proses perubahan cukup ringkas yakni dengan 30 menit, hasil olahan sudah bisa keluar dari alat tersebut.

“Hasilnya sangat baik untuk semua jenis kendaraan. Dan 30 menit saja sudah keluar hasilnya,” imbuhnya.

Peralatan yang dibuat sejak 2003 itu menurutnya membuahkan hasil. Sudah banyak limbah yang diolah dan berubah menjadi BBM solar dan bensin.

(gik/ddn)

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 20 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB