Pemelajaran digital diharapkan bisa menutup kesenjangan mutu pendidikan di wilayah perkotaan dengan daerah terluar, terdepan, tertinggal. Melalui modul belajar daring dan luring, siswa beserta guru bisa mengakses materi yang sama dengan yang diajarkan di wilayah lebih maju.
Sebagai langkah awal, Rabu (18/9/2019), Kementerian Pendidikan dan kebudayaan membagikan 1.142 tablet elektronik kepada 25 SD, 9 SMP, 3 SMA, dan satu SMK di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Tablet dikhususkan untuk dipakai siswa kelas VI, VII, dan X ketika belajar di kelas.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (berbatik hijau) dikelilingi siswa SDN 012 Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, seusai peluncuran program Pemelajaran Digital, Rabu (18/9/2019). Para siswa kelas VI diberi fasilitas tablet elektronik untuk pengayaan pemelajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada 2019, Kemdikbud akan memberi bantuan sarana pemelajaran teknologi informasi dan komunikasi beserta tablet melalui anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja kepada 6.004 sekolah dan 692.212 siswa. Sementara bantuan melalui anggaran BOS Afirmasi untuk 30.277 sekolah dan 1.061.233 siswa.
”Pembagian tablet elektronik ini sebenarnya adalah pendekatan struktural guna ’memaksa’ wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) menggiatkan literasi digital,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy ketika meluncurkan Pemelajaran Digital di Ranai, Kabupaten Natuna, Rabu.
Muhadjir mengatakan, modul pemelajaran digital tersedia secara luar jaringan (luring) melalui aplikasi Rumah Belajar. Adapun modul dalam jaringan (daring) bisa diakses melalui laman rumahbelajar.kemdikbud.go.id.
Aplikasi Rumah Belajar mengandung modul, video, dan grafis yang interaktif bagi siswa dan guru. Materi pelajarannya juga memakai pendekatan penalaran tingkat tinggi (high order thinking skills) yang menekankan kepada pemahaman materi, analisis, dan praktik. Bukan menghafal seperti metode klasik yang lazim diterapkan di kelas.
Guru-guru juga bisa membuat bahan ajar sendiri yang kemudian diunggah ke aplikasi ataupun laman Rumah Belajar. Materi ini bisa dilihat oleh siswa dan guru dari wilayah lain sehingga terjadi saling mempelajari dan memberi inspirasi.
”Semestinya, cara ini bisa mendekatkan guru dari seluruh penjuru Tanah Air. Berbagi ragam materi dan cara mengajar hendaknya mampu meningkatkan mutu pemelajaran dan memberi guru kemampuan mengembangkan impian siswa karena bisa melihat dari contoh-contoh di luar,” tutur Muhadjir.
Melatih guru inti
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Supriano mengatakan, pihaknya sudah melatih guru-guru inti yang akan menjadi tutor sesama guru di setiap zona pendidikan. Para guru inti ini yang memastikan terjadinya pelatihan berkesinambungan dan memberi evaluasi terhadap hasil pelatihan serta praktik di kelas.
Keberadaan tablet disertai bantuan komputer, proyektor, peladen, dan disket eksternal tidak untuk menggantikan fungsi guru beserta buku pelajaran. Justru, literasi digital memperkuat keberadaan guru selaku fasilitator yang membantu siswa membangun cita-cita dan meletakkan dasar pendidikan karakter.
Dari segi infrastruktur, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mengungkapkan, wilayahnya sudah memiliki jaringan internet melalui sinyal telepon seluler, termasuk di Pulau Laut yang berada di dekat Vietnam. Hanya tinggal satu kecamatan yang jaringan telekomunikasinya sedang dibangun.
”Target Pemelajaran Digital adalah membangun Natuna dari sektor kelautan, perikanan, dan pariwisata. Menurut rencana, literasi digital melalui sekolah, terutama SMK, akan diarahkan ke sistem nelayan modern dan pengembangan pariwisata bahari,” ujarnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Para siswa SD di Natuna, Kepulauan Riau, sedang mengecek aplikasi Rumah Belajar melalui tablet elektronik pemberian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu (18/9/2019). Pemelajaran daring diharapkan bisa mengatasi kesenjangan mutu pendidikan.
Filter
Para guru antusias menerima bantuan gawai elektronik. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Bunguran Batubi, Nurhiar, mengatakan, fitur yang ingin dicobanya ialah membuat dan mengunggah soal ke Rumah Belajar. Cara ini memudahkan siswa agar bisa mengerjakan tugas tanpa perlu memakai buku tulis. Dia juga ingin melihat soal-soal buatan guru Bahasa Inggris dari berbagai sekolah di Indonesia sebagai inspirasi.
”Biasanya, saya yang menyaring berbagai teks di internet dan dikumpulkan menjadi modul pemelajaran di sekolah. Semestinya, kalau ada aplikasi dari Kemdikbud kualitas materi ajarnya lebih terjamin,” katanya.
Guru SDN 002 Tapau, Kusmayadi, mengungkapkan, siswa kelas VI umumnya diberi telepon pintar oleh orangtua mereka masing-masing. Alih-alih melarang mereka memakai di kelas, ia justru mengajak siswa memanfaatkan gawai untuk belajar.
Mereka hanya boleh membuka kanal Youtube yang direkomendasikan Kusmayadi. Isinya adalah video tutorial, seperti cara mencangkok tanaman dan animasi pendidikan misalnya siklus air. ”Biasanya malam sebelum sekolah saya browsing mencari video-video yang aman dikonsumsi siswa,” katanya.
Sahara Wita, siswi kelas X-IPA 2 di SMAN 1 Bunguran Timur Laut, mengatakan, di sekolahnya siswa sudah biasa memakai telepon pintar untuk mengerjakan tugas. Akan tetapi, baru beberapa guru memiliki silabus alamat situs internet ataupun kanal Youtube yang bisa diakses siswa.
Kebanyakan guru masih menyuruh siswa mencari sendiri informasi di internet. Akibatnya, ia terkadang bingung mencari tahu informasi yang diakses itu akurat atau tidak.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 19 September 2019