Digitalisasi Pemelajaran Butuh Guru Cakap Pedagogis

- Editor

Selasa, 24 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Integrasi teknologi digital ke dalam pemelajaran merupakan metode pemajuan pendidikan secara cepat. Perkembangan teknologi bukan momok yang harus ditakuti, melainkan senjata menghadapi perubahan zaman dengan percaya diri. Oleh karena itu, butuh guru yang cakap pedagogis, sosial, dan kognitifnya sebagai navigator teknologi di sekolah.

Guru yang mahir berteknologi bisa mengoptimalkan teknologi tidak hanya sebagai sarana berkomunikasi, tetapi juga penunjang pengayaan pemahaman, pengasahan kreativitas siswa, dan pengembangan potensi. Perkembangan potensi memungkinkan terjadinya personalisasi pendidikan, suatu hal yang sulit dicapai apabila hanya mengandalkan teknologi analog.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Direktur Pusat Penelitian Pendidikan dan Kebijakan Najelaa Shihab (berkerudung) dan Wakil Direktur PT Samsung Indonesia Lee Kang-hyun (berbatik) menjelaskan pentingnya guru yang cakap secara pedagogis untuk bisa menavigasi pemakaian teknologi digital untuk pemelajaran. Diskusi berlangsung di Jakarta, Senin (23/9/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Personalisasi adalah kunci pemelajaran masa kini dan masa depan. Setiap siswa tidak tumbuh secara seragam. Mereka memiliki jalur tersendiri yang dibuat berdasarkan minat dan bakat masing-masing.

Tugas guru sebagai fasilitator ialah membantu siswa mencari jalur yang merepresentasikan kepribadian dan kemampuannya serta membuat program pengasahan keterampilannya. Informasi itu kini tersebar di mana-mana, apalagi dunia maya dan menunggu untuk diakses serta dipakai dengan tepat.

”Walaupun begitu, kalau gurunya tidak punya kecakapan pedagogis, sosial, dan kognitif, ia akan kebingungan mengenal potensi dan bakat setiap siswa. Tidak mungkin ia kemudian bisa membantu siswa mengembangkannya sesuai jalur masing-masing,” kata Direktur Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan Najelaa Shihab dalam diskusi pendidikan di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Kegiatan itu bagian dari acara ”Samsung Indonesia Cerdas”, yaitu penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama PT Samsung Electronics Indonesia dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait digitalisasi pemelajaran, pelatihan guru, dan pendidikan vokasi.

Najelaa mengatakan, pelatihan literasi digital hendaknya jangan hanya fokus kepada aspek teknis pemakaian gawai, harus diintegrasikan dengan pengembangan karakter guru agar kian mumpuni.

”Teknologi membuat guru yang baik menjadi guru hebat. Akan tetapi, teknologi di tangan guru yang tidak baik tentu tidak bermanfaat. Malah bisa merugikan siswa dan guru itu sendiri,” katanya.

Wakil Direktur PT Samsung Electronics Indonesia Lee Kang-hyun menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia memberikan pelatihan kepada guru. Setidaknya sudah ada 50.000 guru yang mengikuti pelatihan. Mereka tidak hanya guru dari wilayah urban, tetapi juga guru-guru dari perdesaan yang sebelum pelatihan bahkan belum pernah menyentuh telepon pintar.

Guru-guru itu tidak ketakutan ketika disodori gawai elektronik. Justru mereka penasaran dan meminta diajari cara pemakaiannya. Setelah itu mereka asyik mengutak-atik berbagai fitur gawai untuk pemelajaran. Lee menghitung sudah ada 1.000 unggahan pembahasan materi pelajaran sekolah dan praktiknya berupa audio, video, dan grafis oleh para guru.

”Saya kaget. Tidak menyangka cepat sekali para guru ini mau bereksperimen dalam memproduksi konten pemelajaran,” ujarnya.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN/DELIMA LESTARI–Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Didik Suhardi bersama Direktur Utama PT Samsung Electronics Indonesia Jae Hoon Kwon seusai menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Selain pelatihan guru, juga ada penerapan digitalisasi pemelajaran kepada 69 SMK, delapan SMA, satu SMP, dan satu SD. Selain itu, juga ada dua Samsung Technology Institute yang memberikan pelatihan kerja kepada pemuda yang putus sekolah ataupun memerlukan pelatihan tambahan.

Menurut Lee, sistem pembinaan SMK mencakup melatih siswa merakit tablet elektronik. Siswa juga dimungkinkan magang ke PT Samsung Electronics dan apabila kemampuannya memuaskan juga bisa ditarik bekerja di sana setelah lulus sekolah.

”Tahun 2019 kami menginginkan agar jumlah SMK yang dibina mencapai 100 sekolah,” kata Lee.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemdikbud Didik Suhardi mengemukakan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta tidak hanya dalam membantu akses informasi dan pemberian perangkat pendidikan. Kerja sama juga perlu untuk memastikan sinergi kurikulum akademik dengan perkembangan di dunia profesional.

Khusus untuk siswa SMK, mereka butuh mengetahui dinamika bahwa dunia usaha dan industri di level lokal, nasional, dan internasional.–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 24 September 2019
————————
Digitalisasi Pemelajaran Membuka Cakrawala Keragaman Budaya

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Para siswa di Natuna, Kepulauan Riau, mengacungkan tablet elektronik yang diberikan ke sekolah-sekolah di pulau itu dalam acara peluncuran program Digitalisasi Pemelajaran di Ranai, Kamis (18/9/2019).

Pemelajaran digital memungkinkan siswa di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal mengakses materi pelajaran dari daerah lain dan lebih memahami bahwa mereka bagian dari Indonesia.

Pemberian tablet elektronik untuk digunakan 1,6 juta siswa di sekolah melalui bantuan operasional sekolah kinerja dan afirmasi selain ditargetkan bisa memeratakan pendidikan juga membuka wawasan siswa mengenai kekayaan budaya Nusantara. Aplikasi Rumah Belajar yang ada di dalam tablet itu memungkinkan mereka mempelajari suku-suku bangsa yang ada di Tanah Air.

”Siswa antusias sekali melihat video mengenai pakaian adat ataupun tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka pertama-tama bingung melihat budaya yang berbeda dari budaya di Natuna, tetapi justru akhirnya menghasilkan diskusi mengenai keragaman di masyarakat,” kata Nuriah, guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Bunguran Batubi, Natuna, Kepulauan Riau, ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (22/9/2019).

Pada Kamis (19/9), Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy memberikan 1.142 tablet elektronik kepada sekolah-sekolah agar digunakan oleh kelas VI, VII, dan IX di Kabupaten Natuna selama jam belajar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program digitalisasi pemelajaran, yaitu agar semua wilayah Indonesia mendapat akses kepada materi pelajaran yang bermutu dan kaya.

Konten dalam tablet elektronik tersebut disediakan oleh Rumah Belajar, aplikasi yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan bisa diakses secara daring maupun luring. Keunikan aplikasi ini, para guru bisa menggunakannya untuk mengunggah tugas-tugas sekolah bagi siswa di sekolah masing-masing. Pada saat yang sama, guru-guru juga bisa mengunggah materi, soal, ataupun kiat pemelajaran yang mereka kembangkan agar bisa digunakan secara nasional oleh pemakai Rumah Belajar.

”Awalnya saya menyangka melalui digitalisasi pemelajaran lebih kepada mendapat materi pelajaran yang dikemas menarik, seperti dalam bentuk video, animasi, atau grafik ilustratif. Ternyata, ada lebih banyak hal yang harus bisa difasilitasi oleh guru agar siswa tidak menyalahgunakan perangkat teknologi,” kata Nuriah.

Ia mengungkapkan, di saat siswa mengakses materi pelajaran, guru harus menjelaskan mengenai tata tertib pemakaian gawai. Hal ini untuk membangun kesadaran siswa mengenai tanggung jawab menggunakan internet. Melihat berbagai materi di aplikasi Rumah Belajar membuat siswa tertarik mencari materi serupa di internet. Guru harus cakap mengarahkan siswa ke situs-situs yang baik dengan informasi akurat.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto menunjukkan cara menggunakan aplikasi Rumah Belajar kepada siswa-siswa SDN 012 Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (18/9/2019).

Sementara itu, guru Pendidikan Kewarganegaraan SMAN 1 Bunguran Timur Laut, Natuna, Safrijal, menuturkan, akses pemelajaran digital memungkinkan siswa mempunyai pandangan bahwa mereka bagian dari negara yang besar.

”Siswa umumnya tidak percaya diri karena dicap sebagai anak dari wilayah tertinggal. Mereka lupa kalau Natuna ini berbatasan dengan tiga negara, Singapura, Vietnam, dan Malaysia. Mereka jauh lebih punya akses internasional dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia,” ujarnya.

Ia mengarahkan siswa menggunakan perangkat digital ini untuk membahas makna menjadi warga Natuna sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sekaligus masyarakat regional di Asia Tenggara. Materi aplikasi dikaitkan dengan fakta, misalnya keberadaan markas TNI di pulau ini, arti nasionalisme dan patriotisme, tetapi tidak merendahkan bangsa lain.

”Penting juga mengoneksikan anak-anak Natuna dengan anak-anak se-Indonesia agar mereka benar-benar merasa sebagai bagian dari bangsa,” ucap Safrijal. Apalagi, ketika lulus SMA mereka harus keluar dari Natuna untuk kuliah. Jangan sampai mereka tidak percaya diri di rantau karena akan memengaruhi performa akademik dan sosialnya.

Evaluasi berjalan
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Supriano mengatakan evaluasi guru dalam memanfaatkan digitalisasi pemelajaran dilakukan secara berjalan. Pemerintah pusat telah melatih guru-guru inti yang kemudian akan menyebarluaskan pengetahuan kepada rekan-rekan mereka di sekolah.

Kepulauan Riau termasuk provinsi yang sudah menerapkan pelatihan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran bersistem ”lima in” dan ”tiga on”. ”Artinya dalam satu permasalahan dibahas lima kali pertemuan dan di sela-sela itu solusi yang diutarakan dalam pertemuan diterapkan setidaknya tiga kali di kelas. Demikian seterusnya sehingga pelatihan bersifat dinamis,” tuturnya.–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 23 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB