Pembaruan di Sel Otak

- Editor

Kamis, 28 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekian lama berjuang melawan penyakit degeneratif, terutama yang menyerang memori otak, akhirnya para ahli bernapas lega. Muncul harapan karena ada penelitian yang menyimpulkan ada pertumbuhan neuron dalam otak orang dewasa.

Neuron adalah sel saraf pengantar impuls dalam sistem saraf dan studi itu fokus pada pembentukan neuron dalam bagian otak yang disebut hippocampus. Hippocampus berperan dalam kegiatan mengingat—disimpan menjadi memori—dan navigasi ruangan.

KOMPAS/RIANA AFIFAH–Seorang ibu sedang menjalani tes deteksi dini demensia alzheimer di pelayanan kesehatan yang berada pada acara Jalan Sehat Peduli Alzheimer, di Jakarta, Minggu (21/9/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasil penelitian para ilmuwan Spanyol itu dimuat di jurnal Nature Medicine yang serentak disebarluaskan Scientific American, Science Magazine, dan BBC News, 25 Maret 2019. Temuan itu mungkin bisa menolong para penderita depresi dan post traumatic stress disorder (PTSD), memperlambat munculnya alzheimer, memperluas wawasan tentang epilepsi, serta membuka cakrawala baru tentang memori dan kemampuan belajar setiap orang.

Selama berpuluh-puluh tahun, ilmuwan berdebat tentang kemungkinan neurogenesis, yaitu tumbuhnya sel-sel neuron baru di area otak yang bertanggung jawab untuk belajar, memori, dan pengatur mood. Soalnya, yang mereka tahu, pertumbuhan neuron hanya berlangsung pada usia anak balita dan berhenti sesudahnya. Bahkan, dengan semakin bertambahnya usia, semakin berkurang juga neuron di dalam otak.

Oleh karena itu, sebagian ilmuwan tidak serta-merta menyambut gembira temuan ini. Alvarez-Buylla, Guru Besar Bedah Saraf di Universitas California, San Francisco, AS, masih meragukan hal itu. ”Sepanjang karier saya, belum pernah ada pertumbuhan neuron yang meyakinkan,” katanya.

Sepanjang karier saya, belum pernah ada pertumbuhan neuron yang meyakinkan.

Beberapa periset lain menyebutkan, metodologi penelitian itu dirancang dan diaplikasikan secara hati-hati. ”Ini justru menunjukkan kemampuan teknik yang tinggi,” kata Michael Bonaguidi, asisten profesor di Universitas Southern California Keck School of Medicine.

Para peneliti dari Spanyol itu mengamati jaringan otak yang diawetkan dengan pelbagai metode. Jaringan otak berasal dari beragam orang dan usia (43-87 tahun), baru saja meninggal ataupun yang sudah lama diawetkan. Ternyata metode yang berbeda bisa menghasilkan kondisi yang berbeda, termasuk tumbuhnya sel-sel neuron baru.

Menurut ilmuwan ahli saraf María Llorens-Martín dari Pusat Biologi Molekuler Severo Ochoa di Madrid, problem utama penelitian itu adalah cairan paraformaldehida yang digunakan untuk mengawetkan otak. Cairan ini mengubah sel menjadi gel sehingga tidak terbentuk doublecortin (DCX), protein penanda bibit neuron. Sejumlah sel yang positif DCX segera rusak 48 jam dalam paraformaldehida.

Namun, dengan waktu fiksasi lebih pendek, 24 jam, ditemukan 10.000 sel positif DCX di hippocampus. Neuron muda itu bahkan belum tumbuh cabang-cabangnya. Neuron muda ada dalam berbagai umur, terbanyak pada usia sampel termuda 43 tahun, menurun pada usia semakin tua.

Masih diperlukan penelitian dengan skala lebih besar untuk mengonfirmasi kesahihan dan mengeksplorasinya. Namun, jika hasil ini benar, dunia kesehatan akan menghasilkan banyak terobosan pengobatan baru.

Oleh AGNES ARISTIARINI

Sumber: Kompas, 27 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB