Pasar Hanya Akan Siap Saat Produsen Mulai Memasarkan Mobil Listrik

- Editor

Senin, 29 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mobil listrik generasi terbaru dari Nissan, New Nissan Leaf, saat diluncurkan di Gedung Konvensi Makuhari Messe di Prefektur Chiba, Jepang, Rabu (6/9). Nissan berupaya mempertahankan kepemimpinan dalam penjualan mobil listrik dunia di tengah kian tumbuhnya segmen mobil jenis tersebut saat ini.

Kompas/Mohamad Final Daeng (ENG)
06-09-2017

Mobil listrik generasi terbaru dari Nissan, New Nissan Leaf, saat diluncurkan di Gedung Konvensi Makuhari Messe di Prefektur Chiba, Jepang, Rabu (6/9). Nissan berupaya mempertahankan kepemimpinan dalam penjualan mobil listrik dunia di tengah kian tumbuhnya segmen mobil jenis tersebut saat ini. Kompas/Mohamad Final Daeng (ENG) 06-09-2017

Era baru telah datang di Indonesia. Pasar mobil listrik kian meluas seiring dengan langkah sejumlah agen pemegang merek meluncurkan mobil-mobil berteknologi EV (electric vehicle) mereka di Tanah Air. Beberapa APM lainnya pun siap menyusul.

Salah satu APM yang berjanji segera memasukkan mobil listrik ke Indonesia adalah PT Nissan Motor Indonesia. Senior Vice President Nissan Asia & Oceania Vincent Wijnen mengumumkan bahwa Nissan Leaf akan dipasarkan di Indonesia pada tahun depan. Pengumuman ini disampaikan Wijnen saat pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019, Kamis (18/7/2019), di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/EDDY HASBY–Mobil listrik Nissan Leaf dipajang di panggung utama Nissan dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE BSD, Tangerang, 18-28 Juli 2019. Nissan menjanjikan meluncurkan mobil ini ke pasar Indonesia pada tahun 2020.

Nissan Leaf adalah mobil listrik murni yang benar-benar hanya mengandalkan tenaga listrik dari baterai sebagai tenaga penggeraknya (battery electric vehicle/BEV). Leaf generasi pertama dipasarkan Nissan di dunia sejak 2010 dan saat ini Nissan telah memasarkan Leaf generasi kedua.

Bagaimana strategi Nissan untuk memasarkan Leaf di Indonesia mengingat situasi di sini yang belum mendukung, baik secara regulasi maupun infrastruktur? Benarkah Indonesia sudah siap untuk menerima mobil-mobil listrik di pasar?

KOMPAS/DAHONO FITRIANTO–Senior Vice President Nissan Asia & Oceania Vincent Wijnen memberikan paparan seputar rencana Nissan memasukkan mobil listrik Nissan Leaf (kiri) ke Indonesia pada 2020 dalam pembukaan pameran GIIAS 2019 di ICE BSD CITY, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019).

Kompas mewawancarai secara eksklusif Vincent Wijnen di sela-sela GIIAS 2019 dan berikut ini paparan utuhnya.

DOK NISSAN–Vincent Wijnen, Senior Vice President Nissan Asia & Oceania

Bagaimana Anda melihat pasar otomotif di Indonesia sejauh ini?

Pasar Indonesia secara umum tentu saja memiliki potensi yang sangat besar. Dari jumlah penduduknya saja, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk total di seluruh ASEAN, Indonesia adalah pasar terbesar. Kami yakin pasar di sini akan terus tumbuh dan saya mendengar sendiri bahwa Pemerintah Indonesia sangat fokus pada industri ini. Tidak hanya untuk urusan menjual mobil, tetapi juga untuk memastikan kemajuan industri otomotif dan teknologinya. Pasar Indonesia adalah pasar kunci bagi kami di masa depan.

Bicara soal masa depan, Anda menyatakan Nissan akan memasukkan Nissan Leaf tahun depan. Apakah menurut Anda pasar di Indonesia sudah siap untuk menerima mobil-mobil listrik?

Apa sebenarnya definisi dari siap? Pasar mana pun di dunia tidak pernah siap saat kami pertama kali menjual Leaf di sana. Karena sebelumnya mobil (listrik) seperti itu belum pernah ada di pasar mereka. Kamilah yang pertama membawa mobil listrik produksi massal ke pasar.

Jadi, bahkan di negara-negara yang kini didominasi mobil listrik, seperti Norwegia, misalnya, di mana separuh mobil yang terjual di sana adalah mobil listrik, dulunya juga belum ada apa-apa saat kami pertama memperkenalkan Leaf.

Jadi, terkait pertanyaan, apakah sebuah pasar sudah siap menerima mobil listrik, jawabannya adalah, itu hanya akan siap saat para produsen memasarkan mobil-mobil listrik mereka. Kami akan memasukkan mobil listrik ke Indonesia dan saya yakin beberapa merek lain pun juga akan mendatangkan mobil listrik mereka.

KOMPAS/JAMES LUHULIMA–Generasi pertama mobil listrik Nissan Leaf untuk pertama kali dipajang di Eropa dalam pameran otomotif Geneva Motor Show 2010.

Persoalannya sekarang, agar pemasaran mobil listrik ini bisa berhasil, atau agar mobil listrik bisa diterima oleh pasar, kita butuh dua hal.

Pertama adalah infrastruktur. Dan infrastruktur tidak hanya diartikan sebagai jaringan pengecasan baterai di tempat umum (public charging) saja, tetapi juga kemampuan untuk mengecas baterai mobil di rumah ataupun di tempat kerja.

Dan kedua, jika kita ingin mengakselerasi, jika negara ini meyakini mobil listrik adalah bagian dari masa depan mereka, pada awalnya akan dibutuhkan sejumlah insentif. Memberi insentif agar masyarakat tertarik untuk membeli mobil listrik.

Ongkos produksi sebuah mobil listrik sudah turun drastis dalam beberapa tahun terakhir.

Ongkos produksi sebuah mobil listrik sudah turun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kami memulai memasarkan Nissan Leaf pada 2010, jadi sudah hampir 10 tahun lalu. Sejak saat itu, ongkos per kWh, atau pada dasarnya ongkos untuk memproduksi baterai, telah menurun secara drastis.

Sekarang ada proyeksi, walaupun ada berbagai kalkulasi berbeda, bahwa pada tahun 2021-2022, ongkos produksi mobil listrik dan mobil konvensional (dengan mesin pembakaran internal atau internal combustion engine/ICE), akan sama, bertemu di satu titik. Karena teknologi baterai telah menjadi sangat efisien dan ongkos rata-rata per kWh sudah menjadi sangat kompetitif.

Jadi, pada akhirnya, untuk memasuki pasar yang belum ada mobil listriknya, akan sangat membantu jika pada tahap awal ada berbagai insentif untuk meyakinkan masyarakat agar membeli mobil berteknologi ini. Hingga suatu saat nanti, (insentif) itu tak akan diperlukan lagi. Karena semua akan berpulang pada pilihan pribadi, apakah mau membeli mobil listrik, mobil konvensional, mobil hybrid, atau apa pun yang Anda inginkan.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO–Mobil Listrik Nissan Leaf dipamerkan dalam acara Nissan Futures di Hong Kong, 7-11 Maret 2019. Mobil yang sepenuhnya digerakkan oleh tenaga listrik ini tidak menghasilkan emisi gas buang.

Indonesia belum memiliki dua hal itu, baik infrastruktur maupun insentif. Jadi, akan seperti apa strategi Nissan?

Ya, ini memang seperti dilema ayam dan telur, mana yang lebih dulu. Contohnya, hari ini saya bertemu dengan salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia. Mereka menyatakan sangat tertarik untuk segera mulai membangun infrastruktur mobil listrik, tetapi mereka kemudian menanyakan proyeksi kami tentang berapa banyak mobil listrik yang kami jual di Indonesia. Jadi, ini seperti, semua orang ingin melakukannya, tetapi siapa yang harus memulai lebih dulu?

Jadi, apa yang dibutuhkan? Ini butuh semua pemangku kepentingan, seperti perusahaan energi, dan juga pemerintah, untuk memfasilitasi, untuk mendorong agar ini semua terwujud. Ini bukan semata soal jumlah uangnya, tetapi lebih untuk memastikan bahwa infrastruktur dan situasi untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan lain-lain menjadi menarik bagi pelaku usaha. Tidak hanya bagi perusahaan kami, tetapi secara umum bagi semua pelaku usaha otomotif dan infrastruktur.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI–Stasiun penyedia listrik umum (SPLU) milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terpasang di Jalan Kemayoran Gempol, Jakarta Pusat, Senin (28/8/2017). SPLU merupakan salah satu infrastruktur yang disiapkan PLN untuk mendukung penggunaan kendaraan dengan tenaga listrik.

Tetapi, sebenarnya ada banyak contoh situasi seperti ini dunia saat pertama kali mobil listrik diperkenalkan ke pasar. Saya dulu bekerja di Jerman dan di sana didominasi merek-merek mobil Jerman. Pada awalnya mereka menertawakan kami saat memperkenalkan mobil listrik pertama. Mereka bilang, mobil listrik bukanlah masa depan. Menurut mereka, masa depan adalah mesin diesel bersih (superclean diesel) atau mobil hybrid.

Well, ternyata mereka salah dan kami yang benar. Saat ini bisa Anda lihat, merek-merek Jerman memasarkan mobil listrik dari berbagai tipe.

Jadi, kita bisa lihat, Jerman sebagai sebuah negara awalnya tidak tertarik dengan EV, tetapi sekarang tiba-tiba infrastrukturnya sudah sangat cepat dibangun. Karena Jerman punya banyak perusahaan, seperti VW Group dan lain-lain. Jadi, saat mereka berinvestasi di elektrifikasi, tentu saja pemerintahnya juga akan berinvestasi. Intinya adalah, ini butuh peranan dua pihak.

Kalau tidak ada kebijakan tertentu, tidak ada ketertarikan pada hal ini, tentu saja (elektrifikasi) akan sulit terjadi karena (jumlah mobil listrik) akan selalu berada pada volume rendah.

KOMPAS/RIZA FATHONI–Uji kendara mobil listrik Nissan Leaf dalam rangkaian program acara Nissan Futures di Centre of Excellence for Testing and Research of Autonomous Vehicles (Cetran) di kompleks Nanyang Technological University, Singapura, Rabu (7/2/2018).

Tetapi, kami meyakini ada dua keunggulan mobil listrik. Yang pertama tentu saja adalah emisi karbonnya yang nol (zero emission), itu penting. Dan hal lainnya yang juga penting saat mengemudikan sebuah EV adalah Anda akan merasakan pengalaman yang berbeda.

Saya tidak tahu apakah Anda sudah pernah mengemudikan EV sebelumnya, tetapi mengemudikan mobil listrik bisa sangat menyenangkan. Akselerasinya spontan, dan khususnya pada Leaf, stabilitasnya sangat bagus karena baterainya disimpan di lantai mobil sehingga pusat gravitasinya sangat rendah.

Kalau tidak ada kebijakan tertentu, tidak ada ketertarikan pada hal ini, tentu saja (elektrifikasi) akan sulit terjadi karena (jumlah mobil listrik) akan selalu berada pada volume rendah.

Kami berpandangan ingin membawa kendaraan elektrik sebanyak mungkin ke sini. Jadi, kami juga akan meluncurkan (seri kendaraan) e-Power di Indonesia. Mobil-mobil e-Power pada dasarnya digerakkan listrik 100 persen, tetapi ada mesin (konvensional) kecil di mobil yang berfungsi untuk mengecas baterai.

Jadi, mesin tersebut tidak langsung terhubung dengan roda karena rodanya digerakkan oleh motor listrik. Mesinnya hanya berfungsi sebagai generator listrik. Jadi, Anda akan tetap merasakan segala keunggulan EV, seperti akselerasi spontan dan stabilitas.

Mobil ini akan membuat orang mudah memahami dan menggunakan EV, terutama bagi masyarakat di pasar yang mungkin belum memiliki infrastruktur mobil listrik, untuk mulai merasakan mengendarai sebuah EV. Kami berpandangan, mobil-mobil e-Power ini akan mempercepat penerimaan masyarakat terhadap mobil listrik di masa depan.

DANIAL ADE KURNIAWAN UNTUK KOMPAS–Mobil berpenggerak listrik Nissan Note e-Power diuji perdana di trek pengujian Bridgestone Proving Ground Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat, Senin (23/10/2017).

Sebagai catatan, Kompas sudah pernah menguji kendara secara terbatas salah satu produk Nissan yang menggunakan teknologi e-Power ini, yakni Nissan Note e-Power, pada 23 Oktober 2017 di Karawang, Jawa Barat.

Bicara soal Nissan Leaf, apakah membutuhkan perlakukan khusus untuk mengecasnya?

Mobil ini memiliki dua cara pengecasan. Cara paling dasar adalah Anda tinggal mencolokkan charger ke stop kontak listrik di rumah Anda. Tetapi, cara ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengecas baterai sampai penuh. Misalnya Anda ingin mengecas penuh baterainya yang berkapasitas 40 kilowatt (kW), dibutuhkan waktu sekitar 12 jam.

Tetapi, kami juga menjual peranti wallbox untuk mengecas Nissan Leaf. Wallbox ini membutuhkan daya yang kira-kira setara dengan sebuah mesin cuci. Saat membeli mobil ini sudah termasuk paket wallbox dan pemasangannya. Wallbox ini dipasang pada jaringan terpisah pada instalasi listrik di rumah Anda untuk melindungi instalasi listrik secara keseluruhan.

Memang buat orang yang tidak tinggal di rumah tapak, misalnya mereka yang tinggal di apartemen, ceritanya akan berbeda dan menjadi lebih kompleks. Karena Anda harus meminta izin kepada pihak apartemen untuk memasang wallbox di tempat parkir mobil Anda.

KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG–Generasi kedua mobil listrik Nissan Leaf saat diluncurkan di Gedung Konvensi Makuhari Messe di Prefektur Chiba, Jepang, Rabu (6/9/2017). Nissan berupaya mempertahankan kepemimpinan dalam penjualan mobil listrik dunia di tengah kian tumbuhnya segmen mobil jenis tersebut saat ini.

Kami juga mempunyai teknologi V2X pada sistem EV kami. Pada dasarnya sistem ini bisa mengalirkan listrik yang tersimpan pada baterai mobil kembali ke jaringan listrik regional (grid). Pada saat jaringan grid membutuhkan energi ekstra, Anda bisa memberikan kelebihan energi itu ke jaringan dan sebagai imbalan Anda akan mendapat potongan atau diskon biaya listrik.

Meskipun sistem ini belum menjadi besar saat ini, ke depan ini akan menjadi sangat penting. Industri akan sangat tertarik terhadap hal ini.

Ada satu contoh kasus di Jepang, saat terjadi banjir besar tahun lalu, banyak rumah yang listriknya dipadamkan, terputus dari jaringan listrik utama. Namun, mereka bisa memasok daya listrik untuk seisi rumah dengan baterai mobil listrik mereka. Jadi, ada keunggulan lain mobil listrik di luar fungsinya sebagai sebuah kendaraan, yakni dimanfaatkan sebagai unit penyimpan energi.

REUTERS/ISSEI KATO–Rumah yang terendam dan hancur terlihat di area banjir di kota Mabi di Kurashiki, Prefektur Okayama, Jepang, Kamis (12/7/2018).

Sudahkah Anda memulai persiapan di Indonesia untuk menyambut kedatangan Leaf?

Dalam waktu sangat dekat kami akan memulai berbagai persiapan. Selama ini yang sudah kami lakukan adalah berkomunikasi secara terus-menerus dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya.

Kami, misalnya, menggelar acara seperti di Hong Kong bulan Maret tahun ini, di mana kami mengundang para pemangku kepentingan dari semua negara pasar, dan selama dua hari kami memfasilitasi berbagai diskusi tentang visi kami terkait mobil listrik. Jadi, itu bukan acara jualan mobil, tetapi diskusi tentang apa yang bisa kami bantu untuk mengembangkan kerja sama di bidang infrastruktur.

Kami membuat berbagai persiapan di belakang layar, tidak hanya untuk meluncurkan mobil ini, tetapi juga untuk memastikan infrastruktur terkait dan penerimaan pasar terhadap mobil ini.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO–Regional Senior Vice President Nissan Motor Asia and Oceania Yutaka Sanada saat berbicara dalam acara Nissan Futures yang digelar di Hong Kong, Sabtu (9/3/2019). Dalam acara itu, Sanada mengumumkan bahwa Nissan akan secara resmi menjual mobil listrik Nissan Leaf di Indonesia pada 2020 nanti.

Saya pikir kami harus jujur mengakui bahwa kami tidak melakukan ini langsung untuk mengejar volume penjualan di awal. Saya tidak berpikir kami akan langsung menjual ribuan unit mobil. Tidak ada pemain baru mobil listrik di pasar yang langsung menjual ribuan mobil.

Kuncinya adalah mulai memasukkan teknologi ini ke pasar dan mulai membangun infrastrukturnya di sini. Dan itu butuh lebih dari satu pabrikan untuk mewujudkannya. Satu pabrikan tak mungkin bisa melakukannya sendirian.

Butuh lebih dari satu pabrikan untuk mewujudkannya. Satu pabrikan tak mungkin bisa melakukannya sendirian.

Terkait insentif, berdasarkan pengalaman Anda di luar Indonesia, seberapa besar insentif yang Anda butuhkan agar harga mobil ini akan masuk akal di Indonesia?

Ada beberapa pasar yang memberikan insentif sangat besar, misalnya Korea Selatan, yang saat ini memberikan insentif sekitar 15.000 dollar AS (sekitar Rp 210 juta) per mobil. Itu artinya, harga mobil listrik kira-kira akan sama dengan harga mobil normal bermesin ICE. Bisa sama, atau bahkan lebih murah.

Tetapi, ini contoh ekstrem karena Pemerintah Korea Selatan memang ingin sangat agresif mendorong mobil listrik ini, termasuk untuk mendorong pabrikan dalam negeri mereka, seperti Hyundai dan Kia. Itu kebijakan Korea Selatan saat ini dan mereka melakukannya dengan batasan anggaran. Jadi, saat anggarannya habis, insentif ini akan dihitung ulang tahun depannya. Jadi, jumlahnya tidak tak terbatas.

Secara umum, (besarnya insentif) ini bergantung pada struktur perpajakan yang berlaku di sebuah pasar. Jadi, jika Anda punya pajak impor atau bea masuk yang sangat besar, untuk mendorong pemasaran mobil yang didatangkan dari luar negara, insentifnya harus lebih besar.

Tetapi, kalau dengan struktur pajak yang ada, harga mobilnya sudah kompetitif (dengan mobil konvensional yang sudah tersedia di pasar), tidak dibutuhkan insentif terlalu besar. Ada beberapa negara di mana kami bahkan tidak butuh insentif karena harga jual mobilnya sudah bagus. Oke, harganya sedikit di atas mobil konvensional, tetapi konsumen akan mendapatkan sebuah mobil listrik dan selisih harganya juga tidak gila-gilaan.

Tetapi, insentif tidak harus selalu berwujud uang, ya. Insentif ini juga meliputi, misalnya, memastikan Anda memiliki tempat parkir yang bisa untuk mengecas baterai. Contoh lain, misalnya di jalan raya yang padat ada jalur khusus bus, mobil listrik diizinkan menggunakan jalur khusus bus ini. Itu juga insentif.

Atau misalnya mobil listrik dibebaskan dari membayar jalan tol. Seperti di London, pengguna mobil listrik dibebaskan dari tol sebesar 10 poundsterling untuk memasuki kawasan pusat kota itu. Itu juga insentif karena bisa dibayangkan penghematan yang dilakukan dengan tidak lagi harus membayar 10 poundsterling setiap hari untuk menuju tempat kerja.

Jadi, insentif tidak harus berwujud (subsidi) uang terhadap mobil, tetapi menurut kami lebih ke sebuah paket insentif.

GETTY IMAGES/MILES WILLIS–Sebuah mobil listrik tengah dicas di salah satu sudut kota London, Inggris, 27 November 2015.

Berdasarkan pengalaman Anda, apa tantangan terbesar saat berbicara dengan pemerintah terkait insentif-insentif ini?

Tantangannya sebenarnya tidak besar. Saya pikir hampir semua pemerintahan yang kami ajak bicara memang menginginkan perusahaan berinvestasi pada teknologi ini. Terutama di pasar seperti Indonesia yang menjadi basis produksi bagi banyak pemain industri ini, demikian juga di Thailand atau Malaysia. Mereka semua menginginkan teknologi (mobil listrik) ini dimasukkan, tidak hanya di jalanan, tetapi juga ke dalam industrinya secara keseluruhan. Agar industrinya bisa beroperasi menjadi industri dengan teknologi lebih tinggi. Ini bisa kami pahami. Jadi, sebenarnya ada banyak minat dan ketertarikan soal ini.

Masalahnya selalu terletak pada bagaimana Anda ingin memulai hal ini? Dari mana Anda ingin memulainya?

Karena sekali lagi, misalnya esok hari Pemerintah Indonesia memutuskan bahwa dalam waktu lima tahun, 5 persen dari total mobil yang dijual di Indonesia adalah mobil listrik, Anda harus melakukan sesuatu. Hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Semua membutuhkan infrastruktur dan sejumlah insentif.

Nissan selama ini menggunakan sistem pengecasan CHAdeMO, tetapi ada pembicaraan di dunia saat ini tentang perlunya satu sistem pengecasan saja untuk semua mobil. Apa pendapat Anda?

Secara teknis saya berpendapat hal itu (perbedaan sistem pengecasan yang digunakan setiap pabrikan) bisa diselesaikan secara mudah. Kita bisa memiliki dua sistem pengecasan dan mobil kita masing-masing tetap bisa dicas. Ini hanya persoalan teknologi saja.

CHAdeMO sendiri memiliki banyak keuntungan, termasuk sistem pengecasan bidirectional charging. Jadi, kalau kami harus melepas begitu saja CHAdeMO, dalam pandangan saya itu kurang tepat. Dan ini bukan karena saya bekerja di Nissan ya, tetapi ini persoalan teknologi.

Di banyak negara sudah lazim diterapkan cara untuk mengatasi masalah (perbedaan sistem pengecasan) ini. Seperti waktu saya di Belanda beberapa pekan lalu, saya menggunakan mobil listrik di sana selama sepekan penuh. Saat saya butuh mengecas mobil, saya tinggal berhenti di salah satu SPBU dan di sana tersedia charger dengan tiga model, satu untuk CHAdeMO, satu untuk CCS (combined charging sytem), dan satu lagi untuk Tesla. Jadi, satu fast charger untuk tiga sistem dan itu bisa dilakukan! Cukup mengecas selama 10 menit dan saya bisa jalan lagi. Sesederhana itu.

KOMPAS/PRIYOMBODO–Fasilitas pengisian cepat (fast charging) mobil listrik di area khusus pengisian mobil listrik di SPBU COCO Pertamina Kuningan, Jakarta, pada saat peluncuran proyek percontohan Green Energy Station oleh PT Pertamina (Persero), Senin (10/12/2018). Di SPBU tersebut telah terpasang empat unit charging station sebagai sarana pengisian daya untuk kendaraan listrik.

Masalahnya sekarang, di beberapa negara ada pemerintahan yang mendorong penerapan satu sistem pengecasan saja dan menetapkan satu-satunya standar pengecasan. Ini akan menjadi sulit dan kurang tepat dilakukan karena itu artinya sama saja dengan menutup pasar (dari kendaraan-kendaraan dengan sistem pengecasan yang berbeda).

Di Singapura, misalnya, mereka sangat mendorong penerapan sistem CCS. Saya tidak tahu apakah itu karena pihak (CCS) melakukan lobi yang lebih keras atau bagaimana. Tetapi, kami kemudian kembali ke sana dan memaparkan kembali berbagai kelebihan CHAdeMO, termasuk soal bidirectional charging, dan tiba-tiba sekarang mereka tertarik lagi dengan CHAdeMO. Jadi, saya kira tidak ada satu sistem yang kemudian dipilih dan meniadakan sistem lain. Pada akhirnya, semua harus berkonvergensi, karena kalau tidak, tidak akan efisien bagi siapa pun.

KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG–Generasi kedua Nissan Leaf, mobil listrik produksi Nissan, saat diluncurkan di Jepang, Rabu (6/9/2017). Mobil listrik murni ini akan diluncurkan untuk pasar Indonesia tahun 2020.

Oleh DAHONO FITRIANTO

Sumber: Kompas, 28 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB