Melaju Bersama Mobil Listrik

- Editor

Senin, 7 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Riset tentang kendaraan listrik terus dikembangkan. Kini tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember telah membuat mobil tipe supercar yang bisa melaju hingga kecepatan 160 kilometer per jam.

Sepeda motor listrik yang dikembangkan peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, yang dinamakan Gesits, baru diproduksi secara massal awal 2019. Kini, para peneliti melangkah untuk mengembangkan mobil listrik agar Indonesia tidak terus menjadi pasar kendaraan dari negara lain.

Kendaraan listrik diyakini sebagai alat transportasi masa depan. Selain lebih hemat bahan bakar dibandingkan kendaraan konvensional yang memakai sistem pembakaran dalam, kendaraan listrik lebih ramah lingkungan karena tak menghasilkan emisi gas buang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Mochamad Ashari melakukan uji kendara mobil listrik Lowo Ireng Reborn di Rektorat ITS Surabaya, Kamis (19/7/2019). Mobil listrik ini mampu melaju dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam dan memiliki torsi 200 Newton meter.

Maka dari itu, kendaraan listrik mulai jadi tren global. Itu ditandai dengan kenaikan penjualan mobil listrik di dunia. Badan Energi Internasional (International Energy Agency /IEA) mencatat, penjualan mobil listrik di dunia terus melejit dua tahun terakhir. Secara global, penjualan mobil listrik selama 2018 mencapai 5,1 juta unit, tumbuh 58 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3 juta unit.

Tahun 2018, China menjadi negara dengan pembelian mobil listrik terbesar dunia yang mencapai 2,24 juta unit, disusul Amerika Serikat (AS) sebanyak 1,13 juta unit, dan Norwegia 296.000 unit. Mereka tak hanya jadi konsumen mobil listrik, melainkan turut jadi pemain yang memasok kebutuhan mobil listrik di negaranya sendiri.

Di dunia, sejumlah produsen mobil menjual mobil listrik murni, antara lain Tesla dari Amerika Serikat, BMW dan Mercedes-Benz dari Jerman, Nissan dari Jepang, dan BYD dari China. Beberapa model mobil listrik itu bahkan mulai dijual di Indonesia. Di segmen sepeda motor listrik, Gesits segera mendapat penantang dari merek Cakra asal China.

Perkembangan mobil listrik sudah dibaca para peneliti dari Indonesia. Periset dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, misalnya, meneliti mobil listrik sejak 2013. Pemerintah pun menginisiasi riset mobil listrik tahun 2012 melibatkan lima perguruan tinggi, yakni ITS, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.

KOMPAS/IQBAL BASYARI—Enginer dan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Mochamad Ashari berfoto bersama mobil listrik ITS, Lowo Ireng Reborn, saat peluncurannya di Surabaya, Kamis (18/7/2019). ITS membuka pemesanan mobil listrik dengan harga mulai Rp 200 juta hingga Rp 1,5 miliar.

“Rektor ITS saat itu, Prof Triyogi Yuwono, meminta kami membuat mobil listrik. Dalam kurang dari setahun, kami bisa membuat purwarupa mobil listrik Ezzy 1,” kata Direktur Pusat Unggulan Iptek-Sistem dan Kontrol Otomotif (PUI-SKO) ITS Nur Yuniarto, Sabtu (5/10/2019) di Surabaya.

Ezzy 1 bergaya mobil perkotaan (city car) itu bisa dipacu kecepatan 130 kilometer per jam. Mobil dengan empat tempat duduk itu didukung baterai jenis lithium polimer dengan daya 20 kilowatt-hour (kWh). Mobil itu bisa melaju 100 kilometer selama tiga jam setelah pengisian baterai 100 persen selama enam jam. Di mobil pertama ini, baterai dibeli dari China seharga Rp 200 juta.

“Mobil listrik Ezzy 1 sempat akan ikut pameran mobil listrik di Kediri, tapi terbakar saat perjalanan. Itu membuat peneliti kian tertarik mengembangkan mobil listrik karena saat perjalanan arus baterai sudah diputus,” kata Nur.

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Ruang kemudi mobil listrik Lowo Ireng Reborn yang diluncurkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kamis (18/7/2019). Lowo Ireng dibangun pada 2014 dengan model kendaraan berbahan bakar bensin dan dikembangkan menjadi kendaraan listrik pada 2019.

Tim peneliti yang kini berjumlah 70 orang mengembangkan teknologi mobil listrik. Dalam tujuh tahun riset, ITS memproduksi 10 purwarupa mobil listrik. Mobil yang diproduksi antara lain mobil perkotaan, supercar, mobil rally, dan kendaraan penumpang.

Generasi terbaru
Mobil listrik terbaru dan tercanggih buatan ITS ialah Lowo Ireng Reborn. Mobil bertipe supercar itu bisa melaju hingga kecepatan 160 kilometer per jam. Mobil dua penumpang itu didukung baterai lithium ion kapasitas 20 kWh yang bisa menjejalah sejauh 100 kilometer. Untuk pengisian daya, mobil itu mendukung teknologi pengisian daya cepat sehingga hanya butuh waktu tiga jam untuk mengisi baterai dalam keadaan kosong hingga penuh.

Perkembangan antara mobil listrik generasi pertama dengan terakhir terkait peningkatan kemampuan dan magnet untuk motor listrik. Para peneliti bisa memproduksi mobil listrik dengan kandungan lokal mencapai 90 persen. Salah satu komponen yang masih diimpor yakni magnet untuk motor listrik. “Untuk baterai, kami bekerja sama dengan UNS,” katanya.

Teknologi dalam pembuatan mobil listrik dinilai lebih mudah dibandingkan mobil pembakaran dalam. Di mobil listrik, komponen yang digunakan tak serumit di mobil pembakaran dalam. Bahan yang diperlukan tidak serumit di mesin mobil pembakaran dalam karena tak mengalami proses pembakaran di suhu dan tekanan tinggi.

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Ruang mesin kendaraan listrik Lowo Ireng Reborn yang diluncurkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kamis (18/7/2019). Lowo Ireng Reborn ditenagai motor listrik 90 kW yang mampu melaju hingga kecepatan 160 kilometer per jam dengan torsi 200 Newton meter. Mobil listrik ke-9 dari ITS ini dibekali baterai lithium ion berkapasitas 20 khw yang mampu melaju hingga 100 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Perbedaan utama antara mobil listrik dan mobil pembakaran dalam yakni di mesin dan sumber energi yang digunakan. Di mobil listrik, komponen utama terdiri dari motor listrik, inverter, gearbox, dan baterai. Salah satu bagian yang sulit ialah inverter atau jika di mobil pembakaran dalam bernama electronic control unit. Alat ini digunakan untuk mengatur kecepatan motor listrik.

Untuk mengembangkan teknologi mobil listrik, ITS awalnya meniru produk dari negara lain. Saat awal riset pada 2013, motor listrik yang digunakan sebagai acuan dibeli dari Inggris seharga Rp 250 juta yang dinilai tercanggih saat itu. Kemudian mobil listrik dibongkar untuk melihat teknologi yang dipakai agar bisa ditiru dan dimodifikasi para peneliti ITS.

Nur mengatakan, Indonesia memiliki peluang menjadi salah satu pemain industri mobil listrik dunia. Sebab, riset mobil listrik dinilai cukup baik. Penguasaan teknologi mobil listrik pun tak kalah dibanding negara lain. Beberapa kampus, termasuk dari ITS mampu membuat purwarupa mobil listrik.

“Penelitian mobil listrik di Indonesia tak terlalu ketinggalan, bahkan hampir sama dengan negara lain. Beda dengan kendaraan pembakaran internal yang ketinggalan hingga 50 tahun,” ucap Nur yang juga penulis buku “Kendaraan Listrik, Teknologi untuk Bangsa”.

Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, selain bekerja sama dengan perusahaan besar dalam produksi massal mobil listrik ITS, pihaknya membuka pemesanan dari masyarakat. Untuk satu unit mobil listrik dibandrol dengan harga Rp 200 juta hingga Rp 1,5 miliar.

Kemampuan peneliti ITS mengembangkan motor listrik dikenal dan memiliki reputasi baik di Indonesia. Produk motor listrik dipakai bagi sejumlah produk antara lain sepeda motor Gesits, mobil listrik, dan penggerak trem untuk PT INKA. “Produk inovasi yang dihasilkan ITS mengikuti keinginan pasar,” ucapnya.

Karena itu riset yang dikembangkan para peneliti mobil listrik di Indonesia bisa dimanfaatkan demi mewujudkan kemandirian mobil nasional. Jangan sampai capaian penguasaan teknologi itu hanya terhenti di purwarupa. Saatnya Indonesia melangkah menjadi salah satu pemain dalam industri mobil listrik di pasar global.

Oleh IQBAL BASYARI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 7 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB