Paru-paru Miliki Kemampuan Ajaib Sembuhkan Kerusakan akibat Rokok

- Editor

Rabu, 5 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Organ paru-paru manusia ternyata mampu memulihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh rokok. Namun, kemampuan itu hanya berlaku jika para perokok berhenti merokok.

Paru-paru manusia ternyata memiliki kemampuan ”ajaib”, mampu memulihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh rokok. Namun, kemampuan itu hanya berlaku jika para perokok berhenti merokok.

KOMPAS/ALIF ICHWAN–Sejumlah tanda larangan merokok dan berdagang diletakkan di sekitar jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (19/1/2020). JPO ini menyediakan fasilitas modern, antara lain adanya kamera pemantau (CCTV) tanda larangan untuk membuang sampah, larangan merokok dan berdagang, serta dilengkapi lampu hias.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Asap rokok bisa memicu mutasi genetik yang memicu kanker paru. Ada ribuan senyawa kimia beracun dalam asap tembakau yang bisa merusak dan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel paru-paru. Diperkirakan, perubahan genetik akibat asap tembakau itu bisa mencapai 10.000 perubahan.

”Kerusakan sel akibat asap rokok ini bisa jadi seperti bom waktu mini, sel-sel paru menunggu paparan asap rokok berikutnya hingga menyebabkan mereka berkembang menjadi kanker,” kata peneliti dari Pusat Studi Paru-paru untuk Kehidupan di Universitas College London, Inggris, Kate HC Gowers, seperti dikutip BBC, Rabu (29/1/2020).

Selama ini, dampak mutasi itu diyakini bersifat permanen, tetap terjadi meski perokok sudah berhenti merokok. Namun, studi terbaru yang dilakukan sejumlah peneliti Inggris dan Jepang dan dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (29/1/2020), menunjukkan hal berbeda.

Sejumlah sel yang berhasil lolos dari kerusakan akibat asap rokok nyatanya bisa memperbaiki kondisi paru-paru. Efek itu bahkan tetap terlihat pada perokok yang sudah berhenti merokok dan sebelumnya mengonsumsi satu bungkus rokok per hari selama 40 tahun.

Meski demikian, mengapa dan bagaimana hingga masih ada sel-sel yang tidak rusak akibat paparan asap rokok itu belum diketahui. Diduga, sel-sel itu seperti berlindung dalam ”bunker nuklir” yang membuat mereka terbebas dari kerusakan genetik.

Saat seseorang berhenti merokok, sel yang tidak rusak itu akan tumbuh dan menggantikan sel-sel paru yang sudah rusak. Dari penelitian, hingga 40 persen sel paru mereka yang berhenti merokok terlihat sama seperti orang yang tidak pernah merokok.

Temuan itu sangat mengejutkan para peneliti. ”Kami sama sekali tidak siap dengan temuan ini. Sepertinya ada sejumlah populasi sel yang secara ajaib menggantikan lapisan saluran udara,” kata Peter Campbell dari Wellcome Trust Sanger Institute, Hinxton, Inggris.

Efek itu, bahkan tetap terlihat pada mereka yang telah berhenti merokok setelah sebelumnya merokok satu bungkus rokok per hari selama 40 tahun. ”Mereka memiliki proses regenerasi sel sama dengan orang yang tidak terpapar oleh asap tembakau,” katanya.

Risiko kematian
Meski memberikan hasil positif, para peneliti masih menilai seberapa banyak paru-paru yang bisa memperbaiki diri dari dampak asap rokok. Selama studi, para peneliti fokus mengamati saluran udara utama tempat oksigen mengalir menuju paru-paru. Namun, dampak dan kemampuan memulihkan diri dari asap tembakau pada struktur kecil di paru-paru yang disebut alveoli belum diketahui secara pasti.

Kanker paru menjadi jenis kanker yang paling banyak diderita dan terbanyak menyebabkan kematian di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018 menyebut ada 2,09 juta kasus kanker paru dan 1,76 juta kematian akibat kanker paru.

Selain itu, WHO juga menyebut tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama pemicu kanker. Sebanyak 22 persen kematian dari 9,6 juta kematian akibat berbagai jenis kanker dipicu oleh tembakau. Repotnya, hampir 70 persen kematian akibat kanker itu terjadi di negara berkembang dan miskin.

KOMPAS–Klinik Berhenti Merokok seperti yang ada di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, ini dapat menjadi alternatif solusi bagi perokok yang serius untuk menyetop kebiasaan merokok.

Studi ini menunjukkan berhenti merokok merupakan mekanisme utama untuk mengurangi risiko kanker paru. Berhenti merokok akan menghindarkan perokok dari mutasi lebih lanjut hingga mengurangi risiko mereka terkena kanker paru.

”Temuan ini bisa sangat memotivasi perokok untuk berhenti merokok. Dengan berhenti merokok, mereka akan mendapat manfaat ganda, mencegah kerusakan sel paru lebih banyak akibat paparan asap tembakau dan memberikan kesempatan kepada paru-paru mereka untuk memulihkan kerusakan sel paru yang sudah terjadi,” kata Rachel Orritt dari Cancer Research Inggris.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 4 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB