Para Dosen UKSW Salatiga Didorong Menulis Ilmiah Populer di Media Massa

- Editor

Rabu, 10 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sedikitnya 35 dosen di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah antusias mengikuti pelatihan menulis ilmiah populer hasil kerja sama UKSW bersama Harian Kompas, Selasa (9/4/2019) di Kampus UKSW. Dari pelatihan ini, para dosen diharapkan mampu mendesiminasikan hasil-hasil penelitan melalui media massa agar dapat berkontribusi untuk publik.

Wakil Rektor V bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Suryasatriya Trihandaru mengatakan, para dosen sebenarnya dituntut menghasilkan tulisan-tulisan yang dapat memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas. “Selain memenuhi Tridharma Perguruan Tinggi dalam hal pengabdian masyarakat, tulisan-tulisan di media massa terutama yang dimuat di media sekelas Harian Kompas, juga memiliki poin atau kredit bagi dosen,” ujarnya.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO–Para dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019) mengikuti pelatihan menulis ilmiah populer. Tampil sebagai pemateri Kepala Desk Komunitas Harian Kompas Budi Suwarna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Suryasatria, selama ini, para dosen sebenarnya sudah terbiasa membuat jurnal ilmiah. Namun, untuk memindahkan karya tulisnya itu ke dalam format ilmiah popular, mereka masih kesulitan. Padahal, selain menjadi jejak akademis seorang dosen, karya tulis di media massa dapat mengangkat citra kampus.

Dia menyampaikan, pelatihan ini diikuti para dosen dari 14 fakultas di UKSW. Nantinya, setiap peserta pelatihan dibebani mengirimkan karya tulis ilmiah popular. Mereka diharapkan juga bisa mendorong dosen-dosen lain untuk belajar dan menulis karya ilmiah populer.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO–Para dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019) mengikuti pelatihan menulis ilmiah populer.

Dalam kesempatan tersebut, tampil sebagai pemateri, Kepala Desk Komunitas Harian Kompas Budi Suwarna. Menurut dia, perbedaan menulis di jurnal ilmiah dan media massa adalah pada cara penyampaiannya.

Orang awam memandang tulisan-tulisan pada jurnal ilmiah terkesan rumit. “Selain itu, jurnal ilmiah berbasis riset dan teruji,” jelas Budi. Sebaliknya, tulisan populer bersifat subyektif dan beropini. Selain itu, tulisan tersebut juga merupakan asumsi dari penulis yang belum teruji.

Adapun tulisan ilmiah popular merupakan gabungan keduanya. Menurut Budi, tulisan ilmiah popular harus bida mengomunikasikanhasil riset dengan metode akademis. “Bahasa gampangnya, tulisan ilmiah populer itu harus sederhana, tetapi kaya data dan berbobot,” ujar dia.

Dalam pelatihan tersebut, para dosen diajak mengembangkan ide tulisan dari hal-hal sederhana. Budi mengatakan, selain sederhana, tulisan ilmiah popular juga mesti menggunakan bahasa yang mudah dipahami khalayak luas. Budi menambahkan, setelah dikurasi, Harian Kompas akan coba mewadahi hasil tulisan para dosen UKSW melalui portal Kompas.Id.

Sementara itu, Wahyuni Kristinawati, peserta pelatihan yang juga dosen Fakultas Psikologi UKSW mengaku, pelatihan tersebut sangat bermanfaat karena menjawab kebutuhan para dosen. “Selama ini ada keinginan menulis, tapi kami tidak tahu bagaimana memulainya, ide datang dari mana. Lewat kegiatan ini, kami jadi tahu ternyata judul dan lead (paragraf pembuka) itu penting. Kami jadi tahu bagaimana memulai membuat tulisan,” ujar dia.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO–Para dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019) mengikuti pelatihan menulis ilmiah populer. Acara tersebut kerja sama UKSW dan Harian Kompas.

Hal senada disampaikan Dhanang Puspita, dosen Fakultas Psikologi lain. Terlebih, menurut dia, dalam pelatihan dipaparkan tips dan trik dalam menulis karya ilmiah populer di media massa. Selama ini, para dosen kebanyakan hanya menulis untuk jurnal.

“Saya berharap ke depan bisa diadakan workshop, langsung praktek bersama dan dikoreksi sehingga kami tahu letak kesalahan dan kekurangannya,” tuturnya.

Adapun peserta pelatihan yang juga Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Roos Kities Andadari, berpendapat, acara pelatihan tersebut bagus digelar untuk dosen. Menurut dia, nara sumber juga memberikan materi dengan jelas dan langsung dengan pakteknya.–GREGORIUS MAGNUS FINESSO

Sumber: Kompas, 9 April 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB