Orang Narsistik Kurang Mendukung Demokrasi

- Editor

Jumat, 7 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Narsisme dan demokrasi ternyata berhubungan. Penelitian di Amerika Serikat dan Polandia menunjukkan bahwa orang narsistik menunjukkan dukungan yang lebih rendah terhadap demokrasi. Mereka juga lebih cenderung merasa bahwa demokrasi tidak baik dalam menjaga ketertiban atau bahwa akan lebih baik jika negara-negara dijalankan oleh pemimpin yang kuat atau militer.

KOMPAS/MH SAMSUL HADI–Seorang perempuan berfoto diri (selfie) di depan barisan tentara yang berbaris rapat saat berlangsung unjuk rasa massa antikudeta di kawasan Ratchaprasong, Kota Bangkok, Thailand, Minggu (25/5/2018). Ternyata ada hubungan antara perilaku narsistik dengan demokrasi.

Penelitian berjudul “Jalan Saya Atau Jalan Raya: Narsisme Tinggi dan Harga Diri yang Rendah Meramalkan Penurunan Dukungan untuk Demokrasi” itu dimuat dalam British Journal of Social Psychology yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 5 Desember 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian dilakukan tim antara lain Kevin A Castellanos dari Universitas Maryland, Amerika Serikat; Miros?aw Kofta dari Universitas Warsawa, Polandia; dan Aleksandra Cichocka dari Universitas Kent, Inggris.

Dalam abstrak penelitian disebutkan, peneliti melihat peran kecenderungan psikologis dalam memahami dukungan untuk sistem demokrasi. Tim menganalisis hubungan antara berbagai jenis evaluasi-diri–yaitu narsisisme dan harga diri–dan dukungan untuk demokrasi. Dukungan untuk demokrasi membutuhkan kemampuan menghormati pandangan dan pendapat orang lain, bahkan jika seseorang tidak setuju dengan mereka.

Studi klasik telah mengaitkan dukungan untuk demokrasi dengan evaluasi diri yang tinggi, yang harus mengasumsikan keamanan psikologis dan kemampuan untuk mempercayai orang lain. Namun, tidak semua bentuk evaluasi diri yang tinggi aman.

“Orang narsisis memiliki perasaan harga diri yang tinggi, tetapi cenderung defensif. Mereka mudah terancam oleh kritik atau pandangan yang bertentangan. Kami kemudian berharap bahwa sementara dukungan untuk demokrasi harus diprediksi secara positif oleh evaluasi diri yang aman, non-narsistik, itu harus diprediksi secara negatif oleh evaluasi diri narsistik,” kata Kevin A Castellanos dan rekan-rekan dalam abstrak penelitiannya.

AP PHOTO/NELSON ANTOINE–Warga Sao Paula, Brasil sedang selfie. Orang narsistik cenderung kurang mendukung demokrasi.

Dalam dua penelitian, yang dilakukan di Amerika Serikat (Studi 1, jumlah responden 407 orang) dan di Polandia (Studi 2, jumlah responden 405 orang), dukungan untuk demokrasi diprediksi secara positif oleh harga diri dan diramalkan secara negatif oleh narsisisme. Studi 2 juga menunjukkan bahwa kepercayaan interpersonal memediasi efek harga diri pada dukungan untuk demokrasi.

“Orang narsisis cenderung merasa berhak dan superior kepada orang lain, yang menghasilkan toleransi yang lebih rendah dari beragam pendapat politik. Sebaliknya, orang yang mengambil pandangan diri yang positif dan tidak membela diri serta mempercayai orang lain lebih mungkin menunjukkan dukungan untuk demokrasi, demikian temuan penelitian tersebut,” kata Cichocka.

Cichocka mengatakan, peneliti ingin tahu apakah generasi baru menjadi lebih narsis daripada yang sebelumnya, tetapi penting untuk memantau bagaimana perubahan masyarakat dapat mempengaruhi diri sendiri.

“Kita perlu memastikan bahwa kita tidak membina perasaan hak atau harapan akan perlakuan khusus. Pada akhirnya, proses-proses ini mungkin memiliki implikasi penting bagi sikap sosial dan politik kita,” ujarnya.–SUBUR TJAHJONO

Sumber: kompas, 6 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Taman di Dalam Taman

Jumat, 18 Jul 2025 - 21:45 WIB

Artikel

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Kamis, 17 Jul 2025 - 21:26 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Kota di Bawah Masker

Kamis, 17 Jul 2025 - 20:53 WIB

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB