Nobel Kimia; Riset DNA Buka Jalan Terapi Baru Kanker

- Editor

Kamis, 8 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tomas Lindahl, Paul Modrich, dan Aziz Sancar telah memetakan pada level molekuler cara sel-sel memperbaiki DNA yang rusak sehingga informasi genetik tetap aman. Karya mereka juga menjadi pengetahuan dasar tentang bagaimana sel hidup menjalankan fungsinya dan bermanfaat bagi pengembangan terapi baru kanker. Capaian itu membuat ketiganya dianugerahi Hadiah Nobel Bidang Kimia 2015.

Anggota Komite Nobel untuk Kimia, Prof Claes Gustafsson, mengatakan, molekul genom secara berkala rusak dan bisa bermutasi. Penyebabnya, faktor eksternal seperti sinar ultraviolet dari matahari dan rokok, serta faktor internal karena reaksi dengan air. “Ketiga penerima Nobel menginvestigasi dan menjelaskan rinci proses sel mengoreksi kesalahan-kesalahan itu,” ujarnya setelah pengumuman Hadiah Nobel Kimia 2015 di Stockholm, Swedia, Rabu (7/10).

Lindahl warga negara Swedia, Paul Modrich asal Amerika Serikat, dan Aziz Sancar merupakan kelahiran Turki yang berkewarganegaraan ganda, Turki dan AS. Ketiganya menjalankan riset terpisah dan independen terkait fungsi perbaikan DNA atau asam deoksiribonukleat pada sel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

151007-modrich-sancar-lidahl-nobel-mn-0810_d40dd45bb9fb92f12254911e370cf695.nbcnews-ux-2880-1000Para ilmuwan, awal 1970-an yakin bahwa DNA merupakan molekul sangat stabil, tetapi Lindahl membuktikan DNA rusak pada tingkat yang bisa membuat perkembangan kehidupan tidak berjalan di muka bumi. Ia lalu mengkaji mekanisme molekuler, yaitu perbaikan dengan pemotongan pusat (base excision repair), yang secara konstan melawan kerusakan DNA.

Sancar, di sisi lain, memetakan perbaikan dengan pemotongan nukleotida (nucleotide excision repair), mekanisme yang dipakai sel mereparasi kerusakan DNA akibat radiasi ultraviolet. Orang dengan kelainan berupa tidak berjalannya sistem perbaikan itu akan menderita kanker kulit jika terpapar sinar matahari. Sel juga memakai mekanisme perbaikan itu untuk mengoreksi cacat akibat agen penyebab mutasi DNA.

Adapun Modrich menunjukkan cara sel memperbaiki kesalahan saat DNA bereplikasi selama pemisahan sel. Mekanisme bernama perbaikan ketidakcocokan (mismatch repair) itu mengurangi frekuensi kesalahan ribuan kali lipat selama replikasi DNA. Cacat bawaan terkait tidak berjalannya mekanisme itu diketahui menyebabkan kanker usus besar yang diturunkan.

Terapi kanker
Lindahl yang bekerja pada Britain’s Francis Crick Institute dan Clare Hall Laboratory mengatakan, perbaikan DNA berperan penting pada kesehatan manusia. Kontribusi Lindahl, Sancar, dan Modrich membuka jalan temuan terapi lebih baik menangani penyakit, terutama kanker.

“Kita harus memahami mekanisme perbaikan itu sehingga secara selektif dapat memberikan terapi yang bagus,” ujar Lindahl dari London. Menurut dia, kita bisa menghindari kerusakan DNA meski manusia terpapar agen perusak DNA setiap saat.

Pada berbagai jenis kanker, satu atau lebih sistem perbaikan yang diajukan ketiga penerima Hadiah Nobel itu secara sebagian atau menyeluruh tidak aktif. Akibatnya, DNA sel-sel kanker tidak stabil sehingga mudah bermutasi, bahkan resisten kemoterapi.

Saat ini, para peneliti berupaya menghambat sistem perbaikan pada sel kanker untuk mengembangkan obat baru kanker.
( WWW.NOBELPRIZE.ORG/REUTERS/JOG)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “Riset DNA Buka Jalan Terapi Baru Kanker”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB