neuropati; Ponsel hingga Sepatu Hak Tinggi

- Editor

Senin, 9 Juni 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jangan sepelekan nyeri, kesemutan, kebas, atau kaku pada tangan. Tanpa kita sadari, bisa jadi itu merupakan pertanda pergelangan tangan kita mengalami neuropati atau gangguan saraf. Jika dibiarkan, gangguan tersebut bisa sangat mengganggu karena muncul berulang, bahkan beberapa gejala bisa menetap permanen.

Seorang karyawan swasta di bidang komunikasi, Elizabeth, punya kisah. Tahun 2011, perempuan berusia 31 tahun yang tinggal di Jakarta itu merasakan nyeri pada tangan kirinya, terutama di sekitar telunjuk dan kelingking. Sering kali tangannya juga kesemutan dan menjadi kaku. Pada malam hari, rasa nyeri itu akan terasa lebih parah.

”Awalnya saya kira asam urat atau badan terlalu capek karena kalau sudah kesemutan dan nyeri bisa berlangsung lebih dari 30 menit. Tangan masih bisa digerakkan, tetapi jarinya enggak. Saya jadi tidak bisa memegang benda apa pun kalau kesemutan,” tutur Elizabeth.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rasa nyeri dan kesemutan tersebut sering muncul sekitar 2-3 kali dalam seminggu. Rasa nyeri dan kaku itu juga sangat mengganggunya.

Akhirnya, setelah memeriksakan diri ke dokter, Elizabeth mengetahui bahwa apa yang menimpa tangan kirinya adalah gejala carpal tunnel syndrom (CTS). Sindrom itu kerap dialami mereka yang terlalu sering mengetik menggunakan ponsel atau terlalu lama bekerja di depan komputer.

”Setelah diperiksa, kata dokter, saya mengalami carpal tunnel syndrome. Barulah saat itu saya tahu apa yang terjadi dengan tangan saya. Sampai sekarang masih terapi. Nyerinya sih jadi tidak sesering dulu lagi,” tutur Elizabeth.

Pada saat itu, ia menyadari bahwa memang dirinya sering menggunakan ponsel dan bekerja di depan komputer dalam waktu yang lama. Pada saat melakukan dua aktivitas itu, tangan kirinya-lah yang paling dominan bergerak.

Neuropati, seperti yang dialami Elizabeth pada tangan kirinya, sebenarnya merupakan kerusakan saraf tepi. Itu juga dapat mengenai saraf sensorik, motorik, dan otonom yang disebabkan penyakit, trauma pada saraf, atau juga komplikasi dari penyakit sistemik.

Berbagai gejala neuropati yang sering muncul, di antaranya nyeri, rasa baal, mati rasa, kram, kaku-kaku kesemutan, rasa terbakar, kulit hipersensitif, kulit mengilap tidak wajar, rambut rontok pada area tertentu, kelemahan tubuh dan anggota gerak, serta otot mengecil.

Aktivitas berulang
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Moh Hasan Machfoed mengatakan, umumnya masyarakat belum pernah mendengar istilah neuropati. Banyak yang masih mengasosiasikan neuropati dengan hal lain, seperti stroke, gangguan kejiwaan, atau rematik. Padahal, neuropati bisa disebabkan oleh aktivitas keseharian yang kita lakukan.

Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Manfaluthy Hakim menyebutkan, gaya hidup masyarakat saat ini berisiko menimbulkan kerusakan saraf. Misalnya, kecanduan bermain ponsel, terlalu lama bekerja di depan komputer dengan posisi memegang tetikus dan mengetik pada posisi duduk yang salah, berkendara yang lama, dan memakai sepatu hak tinggi.

”Gejala neuropati biasanya tidak diketahui dan disadari. Orang biasanya mengira gejala neuropati merupakan hal yang biasa saja. Padahal, gejala itu bisa sering terjadi dan cukup mengganggu,” ujar Manfaluthy.

Pada umumnya, kerusakan saraf yang terkait dengan gaya hidup terjadi akibat trauma pada saraf. Gerakan berulang yang tidak fisiologis (mengganggu fungsi, mekanisme, dan cara kerja organ) yang dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menyebabkan neuropati.

Gerakan berulang mengetik pada ponsel atau memegang tetikus terus-menerus dalam waktu lama dan pada posisi yang tidak fisiologis, dapat menyebabkan pembengkakan tendon dan menekan saraf medianus pada pergelangan tangan. Saraf pun terjepit. Pergelangan tangan terasa akan nyeri, kesemutan, kebas, serta kekuatan menggenggam pada tangan yang terkena akan menurun.

Saraf medianus ini berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik untuk ibu jari dan tiga jari tengah. Pada saat terjepit pada kanal, maka perintah dari otak kepada otot pergelangan tangan akan terganggu. Itulah sebabnya tangan yang mengalami CTS tidak sanggup memegang.

Selain CTS, pada pergelangan tangan juga dapat terjadi guyon’s canal syndrome, yaitu dimana saraf terjepit pada kanal guyon. Ini bisa menyebabkan pergelangan tangan bengkak dan terganggu fungsinya. Rasa baal yang muncul bisa menetap.

Operasi untuk membebaskan saraf yang terjepit di pergelangan tangan adalah salah satu pengobatan yang biasa dilakukan untuk mengatasi CTS.

Sepatu dan kursi
Gaya hidup lain yang berisiko menimbulkan gejala neuropati ialah menggunakan sepatu hak tinggi dan duduk dalam posisi lama tanpa bersandar. Memakai sepatu hak tinggi memang akan membuat postur tubuh terlihat indah, tetapi berisiko.

Akibat memakai sepatu hak tinggi bisa berupa kesemutan di ujung kaki, sakit pada pinggang bawah, hingga perubahan struktur tulang belakang. Sementara, ketika duduk lama tanpa bersandar menyebabkan otot bekerja berat menopang berat badan dan kinerjanya tidak simetris. Akibatnya, sakit pinggang.

Jika aktivitas sehari-hari yang berisiko neuropati tidak bisa dihindari, risiko bisa ditekan dengan membatasi frekuensinya. ”Misalnya, setelah duduk yang lama di depan komputer apalagi tanpa bersandar, kita berdiri sekitar 15 menit dan melakukan peregangan,” kata Manfaluthy.

Walaupun dapat mengganggu kualitas hidup, neuropati sebenarnya bisa dicegah dan ditangani agar tidak menjadi parah. Salah satu pencegahan ialah mengonsumsi vitamin neurotropik (vitamin B1, B6, B12) yang berfungsi menjaga sistem saraf bekerja dengan baik. Vitamin neurotropik banyak terdapat pada kacang-kacangan dan dalam jumlah yang lebih sedikit pada sayuran.

Oleh: Adhitya Ramadhan

Sumber: Kompas, 9 Juni 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB