Penyebab Nyeri Kronis Ditemukan pada Lalat Buah

- Editor

Sabtu, 13 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rontgen Kanker Paru - Petugas medis menganalisa rontgen kanker paru pasien yang menjalani perawatan di Klinik Paru RSUP Persahabatan Jakarta, Jumat (3/3). Sebanyak 90 persen pasien dengan kanker paru memiliki riwayat sebagai perokok.

Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)
03-03-2017

Untuk Liputan Tematis Tembakau

Rontgen Kanker Paru - Petugas medis menganalisa rontgen kanker paru pasien yang menjalani perawatan di Klinik Paru RSUP Persahabatan Jakarta, Jumat (3/3). Sebanyak 90 persen pasien dengan kanker paru memiliki riwayat sebagai perokok. Kompas/Wawan H Prabowo (WAK) 03-03-2017 Untuk Liputan Tematis Tembakau

Nyeri kronis merupakan siksaan bagi penderita kanker dan penyakit saraf. Ilmuwan berupaya menemukan penyebabnya untuk dapat mengobatinya. Penelitian terbaru di Australia akhirnya berhasil menemukannya pada lalat buah.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Dokter spesialis bedah saraf Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Mahdian Nur Nasution, menjelaskan tentang penyakit trigeminal neuralgia di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Penelitian berjudul ”Cedera Saraf Mendorong Peningkatan Kewaspadaan dan Kepekaan Neuropatik pada Drosophila” itu dimuat dalam jurnal Science Advances yang juga dipublikasikan Science Daily, 12 Juli 2019. Penelitian dilakukan tim Universitas Sydney, Australia, dan Universitas Guangzhou, China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri persisten yang berlanjut setelah cedera aslinya sembuh. Nyeri kronis muncul dalam dua bentuk, yaitu nyeri inflamasi atau nyeri karena peradangan dan nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik terjadi setelah kerusakan sistem saraf. Pada manusia, biasanya digambarkan sebagai rasa sakit yang membakar.

Nyeri neuropatik dapat terjadi pada kondisi manusia, seperti linu panggul, saraf terjepit, cedera sumsum tulang belakang, neuralgia pada penyakit herpes zoster, neuropati diabetik, nyeri tulang kanker, dan cedera akibat kecelakaan.

Hasil penelitian yang dimuat di jurnal JAMA Oncology pada Juni 2019 menemukan, lebih dari 5 juta orang yang selamat dari kanker di Amerika Serikat mengalami rasa sakit kronis, hampir dua kali lipat dari populasi umum. Mereka menemukan bahwa sekitar 35 persen dari penderita kanker memiliki rasa sakit kronis, mewakili 5,39 juta pasien di AS.

”Studi ini memberikan perkiraan komprehensif pertama dari prevalensi nyeri kronis di antara para penderita kanker. Hasil ini menyoroti kebutuhan penting yang belum terpenuhi dari manajemen nyeri di komunitas penyintas kanker yang besar dan berkembang,” kata Changchuan Jiang, peneliti dari Rumah Sakit Santo Lukas Gunung Sinai, AS, seperti dikutip Science Daily, 11 Juni 2019.

Jenis kanker tertentu, seperti tulang, ginjal, tenggorokan, dan rahim, juga memiliki nyeri kronis dan parah yang lebih tinggi yang membatasi aktivitas sehari-hari.

Dalam penelitian di Australia, Gregory Neely dan Thang M Khuong dari Universitas Sydney merusak saraf di salah satu kaki lalat buah Drosophila. Cedera itu kemudian dibiarkan pulih sepenuhnya. Setelah cedera sembuh, mereka menemukan kaki lalat lainnya menjadi hipersensitif.

”Setelah hewan itu terluka parah sekali, mereka hipersensitif dan berusaha melindungi diri mereka sendiri selama sisa hidup mereka. Itu keren dan intuitif,” kata Neely.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN–Pendiri Cancer Information and Support Center (CISC), Aryanthi Baramuli, memaparkan pentingnya komunikasi efektif dalam pelayanan paliatif di hadapan para penyintas kanker di Jakarta, Jumat (24/8/2018).

Selanjutnya, tim peneliti membedah lalat itu secara genetika dan mempelajari cara kerjanya. Dalam penelitiannya, lalat menerima pesan ”rasa sakit” dari tubuhnya yang kemudian melewati neuron atau sel saraf sensorik ke tali saraf ventral, versi lalat dari sumsum tulang belakang manusia. Dalam kabel saraf ini adalah neuron penghambat yang bertindak seperti ”gerbang” untuk mengizinkan atau memblokir persepsi nyeri berdasarkan konteks.

”Yang penting sekarang kita tahu langkah kritis yang menyebabkan ’nyeri’ neuropatik pada lalat, tikus, dan mungkin manusia adalah hilangnya rem nyeri pada sistem saraf pusat. Sekarang kami fokus pada pembuatan terapi sel induk baru atau obat-obatan yang menargetkan penyebab yang mendasarinya dan menghentikan rasa sakit untuk selamanya,” kata Neely.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 13 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB