Napoleon di Muka Kampung, dan Barongsay di Muka Penginapan

- Editor

Kamis, 21 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Naira tidak hanya terkenal sebagai pulau bersejarah, tetapi juga perairannya yang memiliki keindahan. Kondisi air lautnya sangat jernih dan mengagumkan dengan sejumlah banyak jenis dan kelimpahan ikan.

1cc302a3-9e85-4fe9-8b69-81ffed75ecef_jpg-720x404.jpgKOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Seekor belut laut morray (morray eel) tampak menanti mangsa dari celah karang di perairan Pulau Rhun, Banda Naira, Maluku Tengah, Maluku, Minggu (13/11/2019).

Penyelaman pada hari pertama di perairan Pulau Rhun di Banda Naira, Minggu (3/11/2019), tim pemantauan kesehatan terumbu karang yang dikoordinasi Coral Triangle Center berangkat sedikit kesiangan karena kapal yang membawa 30-an tabung selam datang terlambat. Bisa dimaklumi, saat itu merupakan puncak kunjungan wisatawan ke pulau bersejarah yang memiliki keindahan daratan dan lautan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Satu dari tiga lokasi pemantauan tersebut adalah Tanjung Pulau Naylakka, pulau kecil di sebelah timur laut Pulau Rhun, yang ditempuh sekitar 1,5 jam arah barat dari Pulau Banda Naira, pusat kecamatan dari Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Penyelaman di tengah kondisi perairan berarus sedang ini cukup menguras energi. Namun, ini sepadan dengan pemandangan bentuk kontur berupa wall atau dinding yang menyambut tim penyelam yang berjumlah 10 orang.

Mereka ada yang penyelam tenaga kasar, yakni bertugas menarik dan menggulung meteran sepanjang 5 x 50 meter di sekitar kedalaman 3 meter dan 10 meter, ada pakar karang yang mengidentifikasi jenis-jenis karang di sekitar transek meteran tersebut, ahli penyakit karang yang memperhatikan kondisi karang yang terkena serangan bakteri atau alga atau hama, dan ada pula yang melakukan photo transect untuk mengambil gambar karang-karang yang dilintasi meteran. Selain para pemantau karang, ada pula penyelam yang memiliki kemampuan mengidentifikasi ikan yang menerobos sampai kedalaman 30 meter untuk menentukan jenis spesies ikan yang ditemuinya.

Setelah penyelaman kedua, tim yang menumpang Kapal Motor Gandalf—sebuah kapal yang dibuat untuk melayani kegiatan penyelaman—merapat ke depan dekat Kampung Rhun untuk beristirahat makan siang sekaligus menyediakan waktu jeda penyelaman untuk memulihkan kondisi tubuh. Selain itu, tim juga merapat ke dekat Kampung Rhun untuk menurunkan Jason Seuc, Deputy Director Environment Office US Agency for International Development (USAID) Indonesia, yang ingin berdialog dengan masyarakat kampung.

Setelah beristirahat sejenak, persiapan penyelaman kembali dilakukan. Masing-masing personel memasang peralatan scuba-nya untuk digunakan pada penyelaman ketiga, tak jauh dari lokasi kapal berlabuh tadi. Ini merupakan titik pemantuan terumbu karang yang baru dari sejumlah rangkaian pemantauan rutin oleh CTC di Banda Naira.

Agar gampang mengingat, titik penyelaman ini diberi nama Muka Kampung. Berada dekat kampung, pada umumnya kondisi terumbu karang kurang bagus serta jumlah ikan sedikit. Ini karena perairan setempat digunakan untuk pembuangan air sanitasi rumah tangga serta berbagai kegiatan yang biasanya eksploitatif. Mungkin karena itulah Jason tampak ikhlas untuk tak mengikuti penyelaman di Muka Kampung.

Namun ungkapan underestimate ini relatif tak berlaku bagi Muka Kampung. Saat turun, perairan memang sedikit keruh karena perubahan dari arus pasang-surut. Namun, tak berapa lama, kondisi air menjadi sangat jernih dan mengagumkan dengan sejumlah banyak jenis dan kelimpahan ikan.

08ee507f-f096-4be9-8269-18dfa80ad626_jpg-720x404.jpgKOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Pemandangan terumbu karang yang sangat indah di perairan depan Kampung atau Negeri Rhun di Pulau Rhun, Banda Naira, Maluku Tengah, Maluku, Minggu (3/11/2019). Perairan ini termasuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Pulau Ay dan Rhun yang dicadangkan Gubernur Maluku sejak tahun 2016 seluas total 47.968,74 hektar.

Kontur perairan di tempat ini tak sekadar wall, tetapi hanging wall dengan celah-celah gua sempit yang ditumbuhi karang lunak berwarna-warni. Sungguh rugi Jason tak mengikuti penyelaman ini. Bisa jadi apabila penyelaman dilakukan pagi-pagi hari saat sinar matahari mulai sedikit menerobos perairan, bisa dipastikan kondisi di bawah air akan sangat dramatis melihat kilau-kilau kuning sang surya di permukaan.

Di perairan dekat kampung ini, yang mengagumkan lagi, berseliweran ikan-ikan napoleon wrasse (Cheilinus undulatus) berukuran lebih dari 1 meter serta gerombolan (schooling) ikan napoleon seukuran piring yang harganya sangat mahal sebagai komoditas ekspor untuk menu sajian ala kerajaan Tiongkok.

Setelah menjalani penyelaman-penyelaman berikutnya seperti di Pulau Hatta, perjumpaan dengan ikan napoleon ternyata bukanlah istimewa di Banda Naira. Ikan anggun pemakan bulu babi serta berbagai hama karang tersebut umum dijumpai karena tak terusik oleh pemburu maupun nelayan.

Sebagai informasi, ikan ini dilindungi terbatas oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 37 Tahun 2013. Dilindungi terbatas karena ikan napoleon tidak boleh ditangkap/dimanfaatkan pada ukuran 100-1.000 gram dan ukuran di atas 3.000 gram.

Namun, di perairan sepanjang pantai di Pulau Banda Naira—yang berhadapan dengan Pulau Gunung Api—yang menjadi pusat keramaian karena dijejali pelabuhan, pasar, dan penginapan dengan segala aktivitasnya, okupansi bulu babi yang menonjolkan duri-duri serupa landak itu tampak mencolok di perairan yang masih sangat jernih. Keberadaan jumlah bulu babi seperti ini menjadi penanda ekosistem setempat tak seimbang.

Hanya saja, kabar baiknya bagi penikmat wisata bawah laut, di pinggir-pinggir pantai yang memiliki dam berupa tumpukan batu-batu koral tersebut malah menjadi rumah bagi sejumlah besar ikan mandarin (Synchiropus splendidus). Ikan mandarin atau ikan barongsay yang saat dewasa hanya berukuran sekitar 7 cm tersebut biasanya mulai malu-malu menampakkan diri pada sore hari.

Ikan berwarna-warni dengan loreng-loreng biru, ungu, oranye, dan hijau tersebut mulai berani keluar dari bebatuan di saat petang, sesaat setelah matahari tenggelam. Karena sudah sangat gelap, penyelam scuba maupun pengguna alat snorkeling—seperti yang dilakukan Kompas di dermaga kayu penginapan setempat—harus ekstra hati-hati agar tak terkena duri babi yang seolah menjadi pelindung bagi ikan mandarin tersebut.

Pada saat petang, ikan ini berpasangan, menari, dan mencumbu untuk memulai ritual kawinnya. Sayangnya, pada 5 November lalu, usai mengikuti monitoring di Pulau Hatta, tak tampak proses ritual kawin khas ikan tersebut di bawah dermaga penginapan. Ritual tersebut yaitu usai menari-nari dan bercumbu, pasangan ikan barongsay berenang sekitar 60 cm ke arah permukaan secara cepat untuk menyemburkan sel sperma dan sel telur.

Di Hatta, pulau sebelah timur Pulau Banda Naira ini penyelaman hanya dilakukan dua kali karena satu dari dua mesin kapal tempel rusak. Sementara satu lokasi terakhir pemantuan hari itu berada di Sekaru, sekitar 40 menit lagi dari Pulau Hatta. Dikhawatirkan apabila dipaksakan ke Sekaru, penyelaman bakal terlalu sore dengan kondisi laut berarus yang membahayakan keselamatan tim.

Frederik Rijoly, pakar identifikasi ikan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, yang bergabung dalam tim monitoring CTC tahun 2012 dan 2019 ini, mengatakan, delapan dari 22 total penyelaman tersebut setidaknya menemukan empat spesies ikan yang tak ditemukan dalam pemantauan serupa tahun 2012 maupun data pembanding lain tahun 2002. Pemantauan kesehatan terumbu karang besar-besaran seperti yang dilakukan tahun ini terakhir digelar pada 2012.

Spesies ikan karang yang ditemukan tersebut yaitu Platax boersii (ikan kelelawar), Chaetodon guentheri (ikan kupu-kupu), Hoplolatilus starcki, dan Diodon liturosus. Temuan spesies yang baru terdata dalam monitoring ini setidaknya menunjukkan bahwa penghuni terumbu karang di Banda Naira sangat beragam.

Pada survei serupa pada tahun 2012 di perairan Banda Naira yang memiliki 11 pulau tersebut, tercatat 433 spesies ikan yang berbeda. Dari sisi kelimpahan karang, setidaknya terdapat 397 jenis karang. Ini belum termasuk perjumpaan dengan mamalia laut lumba-lumba dan paus biru (blue whale) yang kerap menyapa wisatawan saat melintasi perairan Banda Naira.

Hal yang menarik juga, tim monitoring tersebut berjumpa dengan ikan hiu paus anakan (Rhincodon typus) saat menyelami terumbu karang di perairan Pulau Banda Besar. Namun, selama sepekan penyelaman yang dikerjakan tim kemarin, anggota tim tak ada yang melihat seekor pun hiu martil (hammerhead shark) meski pada Oktober-November seperti ini biasanya merupakan puncak kemunculannya secara bergerombol.

Pendataan biofisik—dan juga sosial/ekonomi yang pararel dilakukan CTC—ini dilakukan untuk memperkuat kajian ilmiah kondisi perairan setempat. Data-data ini nanti menjadi modal untuk penyusunan perencanaan pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan Pulau Ay dan Pulau Rhun seluas 47.968,74 hektar yang sejak tahun 2016 dicadangkan Gubernur Maluku dan kini sedang menanti penetapannya dari Menteri Kelautan dan Perikanan.

Keberadaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Ay dan Pulau Rhun ini nanti akan menjadi jejaring kawasan konservasi bersama tetangganya, Taman Wisata Perairan Laut Banda, yang terlebih dulu eksis. ”Data-data ini nanti yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan MPA (marine protected areas). Dari sisi biodiversitas dan kelimpahan ikan yang sangat tinggi, sangat layak menjadi MPA,” kata Evi Nurul Ihsan, CTC USAID SEA Conservation Coordinator yang memimpin tim monitoring ini.

26de81e5-515c-496f-8f19-b4f7881075c3_jpg-720x404.jpgKOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Seekor nudibranch yang dikenal dengan spanish dancer (penari spanyol) tampak melayang-layang seperti menari-nari di kolom air, 5 November 2019, di perairan Pulau Hatta, Banda Naira, Maluku Tengah, Maluku.

Perbandingan data secara berkala ini bisa digunakan untuk melihat efektivitas pengelolaan perairan serta intervensi yang dibutuhkan dalam pengelolaannya lebih lanjut. Misalnya, Taman Wisata Perairan Laut Banda yang ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2009 dan beroperasi sejak memiliki rencana pengelolaan pada tahun 2014.

Dalam skala pengelolaan lebih kecil, masyarakat di Pulau Ay, yaitu Negeri (Desa) Pulau Ay, sejak tahun 2014 pun memiliki Peraturan Negeri yang memiliki prinsip konservasi di darat dan laut. Peraturan Negeri tersebut melarang penangkapan eksploitatif, serta menyediakan ruang lindung pada area tertentu sebagai ”bank ikan”. Disebut bank ikan karena areal yang biasa disebut sebagai zona inti itu sebagai penyuplai benih/bibit ikan bagi perairan sekitarnya.

Pendataan dalam perencanaan ini menjadi sebuah kebutuhan dalam pengelolaan. Ini agar kawasan konservasi perairan yang ditargetkan pemerintah seluas 20 juta hektar pada tahun 2020—bahkan kini diklaim telah tercapai—tak sekadar berstatus kawasan konservasi perairan, tanpa pengelola dan pengelolaan.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Perairan banda naira diharapkan bisa memperbanyak jejaring kawasan konservasi di Indonesia. Kelestarian alam lautnya akan menjadi pilar yang menopang kehidupan masyarakat setempat melalui sektor perikanan dan pariwisata.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 20 November 2019

08ee507f-f096-4be9-8269-18dfa80ad626_jpg-720x404.jpg

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB