Napak Tilas Sang Putri di Jalan Astrid

- Editor

Kamis, 17 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagaimana rasanya, seorang cucu mengunjungi tempat di mana dulu kakek-neneknya berbulan madu di situ? “Sangat indah… sangat indah. Saya senang berada di sini,” kata Putri Astrid dari Kerajaan Belgia sesaat sebelum meninggalkan sejumlah wartawan di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Rabu (17/3) siang.

Putri Astrid adalah cucu dari Ratu Astrid dan Raja Leopold III. Ratu dan Raja Belgia itu mengunjungi Kebun Raya Bogor (KRB) pada 1928 dalam rangka bulan madu. Saat itu, KRB bernama Lands Plantentuin Buitenzorg.

Lima tahun setelah kedatangannya ke KRB, Ratu dan Raja Belgia meninggal dalam perjalanan menjelajah alam di Swiss. Keduanya memang peminat dan peneliti alam dengan meneliti serangga sebagai minat utamanya. Saat peristiwa itu, ayah Putri Astrid, Raja Albert II, baru berusia di bawah tiga tahun, kata Rosniati Risna, Kepala Subbagian Kerja Sama dan Informasi Pusat Konservasi Tumbuhan KRB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk mengenang kedatangan Ratu dan Raja Belgia ke Lands Plantentuin Buitenzorg, pengelola kebun raya pada 1929 membuat petak-petak tanam bunga sebanyak 29 petak dan jalan yang mengapitnya dinamai Jalan Astrid. Hingga kini, tetap ada 29 petak dan jalan tetap bernama Jalan Astrid.

“Pengisi taman ini adalah tanaman bunga tasbih atau kana (Canna hibrida) dengan warna bunga merah dan kuning, sesuai warna bendera Belgia. Untuk warna hitamnya, diwakili dengan pohon tasbih yang batang dan daunnya berwarna gelap,” kata Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan LIPI.

Enny didampingi Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan KRB LIPI Didik menerima kunjungan Putri Astrid.

Putri Astid dan rombongannya datang ketika matahari ada di atas kepala. Mereka masuk melalui Pintu III dari Jalan Raya Pajajaran setelah menghadiri seminar agrikultural di IPB International Convention Center.

Turun dari limosin, didampingi Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Enny bersama Didik mengajaknya ke Griya Anggrek. Sejenak di Griya Anggrek, Putri Astrid dan rombongan baru melangkah ke Jalan Astrid. Namun, baru beberapa meter menapakinya, ia dan rombongan melangkah masuk ke lapangan rumput yang berada di kanan Jalan Astrid. Lapangan rumput dan Jalan Astrid dipisahkan deretan pohon damar.

Di lapangan rumput itu, Putri Astrid menanam satu bibit rumpun bambu laka (Bambusa lako widjaja), bambu endemik Pulau Timor. Penanaman itu menandai koleksi tumbuhan terbaru KRB.

Dalam sambutan sebelum penanaman bambu, Enny berharap, ada ikatan emosional antara KRB serta keluarga dan pemerintahan Kerajaan Belgia yang berlanjut dengan kerja sama penelitian botani yang lebih konkret.

e83944d05e77434a93a2967130b5ae0bKOMPAS/RATIH P SUDARSONO–Putri Astrid di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/3).

Seusai acara seremonial itu, Putri Astrid yang tampil bersahaja menaiki kereta wisata biasa untuk berkeliling KRB. Ini berbeda dengan gambaran neneknya dulu yang tertangkap dalam foto tua koleksi KRB. Dulu, Ratu Astrid berkeliling kebun raya dengan menggunakan kereta roda empat tanpa atap yang ditarik empat ekor kuda. Ia berbusana megah lengkap dengan mahkota kebesarannya.

Di masa kini, dengan kereta wisata, rambut pirang sebahu sang putri tergerai bebas. Tubuhnya dibalut blus motif bunga warna hijau dan ungu dengan padanan celana palazo ungu dan blazer biru pekat. Alas kakinya sepatu model mocassim warna hitam. Sebuah tas tangan warna kecoklatan dengan tali rantai dijinjingnya.

Ia berkeliling melintasi Taman Bineka, lalu ke “Pohon Jodoh”, yaitu pohon beringin dan pohon meranti yang ditanam pada 1866. Sang putri kemudian berhenti di ujung Jalan Astrid, dekat danau teratai raksasa.

Melengkapi kunjungannya, ia mengabadikan fotonya di bawah tanda penunjuk Jalan Astrid. Sepotong jalan yang menghubungkan sang putri dengan kakek-nenek yang tidak pernah dikenalnya. (RATIH PRAHESTI SOEDARSONO)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2016, di halaman 26 dengan judul “Napak Tilas Sang Putri di Jalan Astrid”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB