Musim Hujan Mundur, Intensitas Normal

- Editor

Sabtu, 30 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mulai Perbaiki Saluran Air untuk Cegah Banjir
Awal musim hujan 2014-2015 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Oktober-November. Dari 342 zona musim di Indonesia, awal musim hujan di hampir separuh zona musim mundur 10-30 hari dari rata-rata awal musim hujan. Awal musim di sepertiga zona sama, sisanya justru maju.

”Curah hujan di sebagian besar zona musim normal,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya, di Jakarta, Jumat (29/8). Hanya seperempat zona yang curah hujannya di bawah rata-rata dan kurang dari 10 persen yang di atas normal.

Wilayah yang lebih dulu masuk musim hujan adalah Sumatera, dari utara ke selatan. Lalu, musim hujan akan terjadi di Jawa dari barat ke timur dan terakhir di Nusa Tenggara Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistya mengatakan, awal musim hujan di beberapa daerah ada yang terjadi pada Juli, tetapi ada pula yang mulai pada April 2015.

Kondisi itu terjadi karena perbedaan iklim di tiap daerah. Awal musim hujan pada Oktober-November terjadi di daerah beriklim monsun, bagian terbesar wilayah Indonesia, seperti selatan Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan Tengah dan Selatan.

Di daerah beriklim khatulistiwa, seperti Kalbar dan Sumatera tengah, hujan bisa terjadi sepanjang tahun dengan puncak pada April dan Oktober saat Matahari di sekitar khatulistiwa.

Di daerah beriklim lokal, seperti timur Sulawesi Tengah dan Selatan serta di sekitar Ambon, musim hujan kebalikan dari Jawa. Artinya, puncak hujan terjadi saat Jawa kemarau, Juni-Juli.

Pasokan uap air
Andi mengatakan, mundurnya awal musim dan normalnya curah hujan pada musim hujan kali ini dipengaruhi tak ada tambahan pasokan uap air di Indonesia timur dari Samudra Pasifik. Sebab, El Nino cenderung lemah hingga moderat sampai Desember. Menurut Widada, jika El Nino muncul akhir tahun, dampaknya tak besar karena musim hujan di mayoritas wilayah.

Adapun dipole mode di Samudra Hindia normal sehingga pasokan uap air bagi Indonesia barat tidak bertambah. Sumber pasokan uap air saat musim hujan nanti dari perairan Nusantara. Suhu muka laut Nusantara naik hingga 1 derajat celsius dibanding rata-rata. Laut hangat membuat pasokan uap air banyak.

Namun, pada September-Maret, akan bertiup angin monsun barat atau barat laut dari Asia menuju Australia. Akibatnya, sebagian uap air itu akan terbawa ke selatan Nusantara sehingga curah hujan cenderung normal.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto menjelaskan, hangatnya perairan memicu hujan lokal di sisa musim kemarau. Hingga November, hangatnya suhu muka laut di barat Jawa dan selatan Sumatera akan menimbulkan hujan lokal di Jakarta. Hingga Februari 2015, suhu hangat laut hanya terjadi di Laut Jawa dengan intensitas melemah sehingga tidak menambah pasokan uap air secara signifikan selama puncak musim hujan.
Dampak

Maju mundurnya awal musim hujan selama satu bulan dinilai Widada tak masalah bagi petani selama irigasi baik karena awal musim sulit tiba sama. ”Jadi masalah jika mundurnya awal musim hujan 3-4 bulan karena ada kemarau panjang,” ujarnya.

Andi menambahkan, datangnya musim hujan tak perlu membuat khawatir terjadi banjir jika tanah memiliki resapan baik. ”Di Jakarta, daya serap tanah tinggal 20 persen. Akibatnya, air turun langsung memenuhi got, kali, banjir kanal, dan jalan,” ujarnya.

Di daerah beriklim monsun, puncak musim hujan Desember-Februari. Karena itu, untuk mencegah banjir, saluran air perlu segera diperbaiki agar menampung limpasan. (MZW)

Sumber: Kompas, 30 Agustus 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB