Momentum Memperbaiki Data Hisab

- Editor

Rabu, 24 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gerhana matahari total 9 Maret 2016 bukan hanya momentum para astronom, komunikator astronomi, astronom amatir, dan wisatawan berburu gerhana. Ahli falak atau astronomi Islam pun tak ketinggalan. Gerhana adalah momentum yang bisa digunakan memeriksa ulang akurasi perhitungan posisi Bulan untuk menentukan awal bulan dalam kalender hijriah.

“Akurasi data hisab (perhitungan) sangat penting. Salah melakukan hisab terhadap posisi Bulan bisa menimbulkan kesalahan pengambilan kesimpulan untuk menentukan awal bulan kalender,” kata anggota Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Pengurus Besar NU, Hendro Setyanto, Sabtu (20/2).

Gerhana matahari sejatinya adalah ijtimak yang terlihat. Ijtimak adalah kesegarisan Matahari, Bulan, Bumi yang menjadi batas dimulainya fase Bulan baru untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah. Namun, saat ijtimak tidak selalu terjadi gerhana matahari karena ada perbedaan kemiringan bidang edar Bulan mengelilingi Bumi sebesar 5 persen terhadap bidang edar Bumi mengelilingi Matahari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika waktu penentuan ijtimak tidak teliti, bisa salah dalam menentukan awal bulan kalender atau menentukan posisi hilal,” tambahnya.

Perbedaan 0,1 derajat dalam menentukan ketinggian hilal atau jarak sudut Matahari-Bulan bisa memengaruhi penentuan awal bulan Hijriah. Perbedaan kecil itu bisa saja diperoleh sebagai galat dari proses perhitungan yang dilakukan. Galat itulah yang berusaha diperkecil sehingga hasilnya hisab memiliki keakuratan tinggi.

Bagi NU, data hisab merupakan dasar menentukan awal bulan di luar bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah sesuai kriteria imkannur rukyat atau kemungkinan hilal bisa teramati. Selain itu, data hisab juga digunakan sebagai dasar melakukan pengamatan (rukyat) hilal di ketiga bulan itu serta menjadi landasan menerima atau menolak kesaksian melihat hilal.

Pengakurasian itu penting mengingat di NU terdapat sejumlah sistem hisab yang dikembangkan ulama-ulama NU sejak dulu. Sistem hisab itu beragam, mulai dari yang sederhana hingga sesuai perhitungan astronomi modern, seperti sistem hisab yang dikembangkan KH Ahmad Ghazali dari Pondok Pesantren Lanbulan, Sumenep, Madura, dalam kitab Darul Aniq.

Untuk membuat akurasi data hisab itu, LFNU dari sejumlah pengurus NU di berbagai tingkatan, menggelar pendidikan dan pelatihan untuk menguji akurasi hisab mereka. Mereka juga berencana mengamati gerhana matahari di sejumlah wilayah, seperti Bangka Tengah di Bangka Belitung dan Balikpapan di Kalimantan Timur.

Secara terpisah, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ma’rifat Iman mengatakan, gerhana adalah sebuah kepastian berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan. Namun, hasil perhitungan itu tidak harus dibuktikan dengan kejadian alam sebenarnya. “Gerhana adalah pertanda awal bulan. Kami yakin dengan perhitungan yang dilakukan,” katanya.

Meski demikian, Hendro dan Ma’rifat sama-sama mengimbau agar umat Islam tidak hanya menyaksikan gerhana semata, tetapi juga melakukan shalat gerhana yang disunahkan. Shalat gerhana sebaiknya dilakukan setelah mengamati terjadinya gerhana yang merupakan kekuasaan Tuhan.

“Gerhana bukanlah perkara mistis atau aneh sehingga tidak perlu ditakuti. Gerhana adalah peristiwa alam rutin yang bisa diperhitungkan,” ujar Ma’rifat. (MZW)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2016, di halaman 24 dengan judul “Momentum Memperbaiki Data Hisab”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB