Mobil konsep urban buatan mahasiswa Universitas Indonesia diakui sebagai kendaraan berbahan bakar bensin teririt se-Asia. Namun, capaian itu belum memuaskan mereka. Target selanjutnya, memecahkan rekor efisiensi dunia yang hingga kini masih dipegang negara maju.
Pengakuan Asia akan kreativitas tim Sadewa Otto itu diberikan saat ajang Shell Eco Marathon (SEM) Asia, Februari 2014, di Jalan Luneta Park Manila, Filipina. Mobil konsep urban karya anak-anak UI, Kalabia Evo-4, mampu menempuh jarak 301,68 kilometer untuk satu liter bensin. Itu mengalahkan 15 negara yang mengirimkan lebih dari 100 tim.
Mobil ini adalah karya unit kegiatan mahasiswa, Supermileage Vehicle Team (SMT) Universitas Indonesia. Unit SMT tak pernah absen membawa nama Universitas Indonesia saat mengikuti kegiatan ini. Pada 2012, mereka meraih juara kedua kategori mobil konsep urban berbahan bakar bensin dengan jarak tempuh sekitar 150 kilometer per liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keberhasilan mereka tak lepas dari suasana yang terbangun di kampus. Gedung Manufacture Research Center di areal Fakultas Teknik UI sudah menjadi rumah kedua sekaligus tempat belajar. Hampir tiap saat selalu ada anggota tim di gedung yang baru hampir selesai.
Meski perlengkapan yang tersedia di sana belum ideal, tetapi diskusi terjadi tanpa jarak antara mahasiswa anggota tim dan dosen atau dengan alumni. Dosen dan para senior sering menjadi sumber ide. Anggota tim kerap menginap di gedung riset itu karena diskusi berlangsung hingga larut malam.
Informasi mengenai perkembangan jenis-jenis logam baru yang kuat tetap ringan, misalnya, mereka dapat dari seorang alumni yang bekerja di Jakarta. Alumni yang lain memberi akses pada peranti lunak untuk menganalisis aerodinamika kendaraan. Perusahaan yang bergerak di bidang komputer tersebut, Autodesk, menjadi salah satu sponsor tim SMT dalam berbagai kompetisi.
UI setiap tahun memberi dana Rp 60 juta untuk riset dan melakukan inovasi. Dana ini mereka anggap cukup, meskipun untuk mengikuti kompetisi di luar negeri mereka mengandalkan sponsor. Untuk ini mereka mengandalkan jaringan alumni yang sudah terbentuk bertahun-tahun.
Modal sosial tersebut menjadi pendorong semangat berinovasi yang menurut pengakuan Dimas Cahyanegara dan Willy Chandra, anggota SMT, tidak selalu bisa tumbuh hanya karena kuliah di perguruan tinggi ternama atau berada di Jakarta yang menjadi Ibu Kota negara.
Hiu Raja Ampat
Nama Kalabia diambil dari sebutan hiu berjalan di Raja Ampat. Evo-4 menunjukkan mobil konsep itu pengembangan kendaraan sebelumnya atau generasi keempat.
Efisiensi konsumsi bahan bakar Kalabia dua kali lipat capaian sebelumnya pada ajang sama tahun 2012. Ajang itu rutin diikuti berbagai kampus di Indonesia sejak pertama kali digelar 2010.
Pada penyelenggaraan berikutnya, SMT sukses menggandakan efisiensi, meski capaian itu dinilai belum memuaskan. Ketua Umum SMT UI Willy Chandra, Senin (26/5), di Kampus UI, Depok, menuturkan, timnya masih penasaran mencapai efisiensi lebih tinggi. Itu karena rekor dunia masih dipegang tim-tim asal negara maju dengan capaian mendekati 450 kilometer per liter.
Willy, mahasiswa semester IV Jurusan Teknik Mesin, mengatakan, faktor utama yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, yakni desain dan manufaktur, terus digali.
Fokus dalam desain bodi mobil bukan pada estetika atau penampilan. Melalui penggunaan perangkat lunak permodelan, mereka berusaha membentuk lekuk bodi mobil yang mampu meminimalkan gesekan permukaan kendaraan dengan udara/angin.
Desain bodi ditambah roda dan rangka berpengaruh 60 persen pada efisiensi bahan bakar.
Intinya, menemukan cara kendaraan ini semaksimal mungkin mengubah energi bahan bakar, menjadi energi kinetik. Semakin maksimal energi kinetik didapat, logikanya akan semakin jauh pula kendaraan meluncur.
Untuk cangkang mobil, tim membuat secara manual. Di sinilah kesulitannya. Dari simulasi permodelan di komputer, diterjemahkan ke fisik dengan mencetak material karbon ke cetakan tanah liat. Permukaan cangkang mobil yang tak terbentuk sempurna berdampak menurunkan aerodinamika mobil.
Lalu, seberapa penting faktor mesin kendaraan? Willy menyebut 40 persen, yaitu mulai dari pengapian di mesin bakar hingga daya putar atau torsi.
”Kami optimistis, target memecahkan rekor dunia bisa tercapai,” kata dia.
Keyakinan diri yang besar itu diperoleh dari mahasiswa senior, dukungan dosen, alumni, pihak Rektorat Universitas Indonesia hingga beberapa perusahaan pendukung.
Unit kegiatan mahasiswa yang juga diisi mahasiswa lintas jurusan seperti Jurusan Teknik Mesin hingga Jurusan Kriminologi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat itu mengembangkan divisi mobil prototipe berbahan bakar bensin dan prototipe mobil listrik. Prototipe mobil berbahan bakar bensin (Keris RV) dan bermesin listrik (Keris EV) masing-masing menjadi juara pertama Indonesia Energy Marathon Challenge 2013. Efisiensi Keris RV mencapai 1.027 kilometer per liter dan Keris EV 252 kilometer per kilowatt jam (kWh).
Efisiensi bahan bakar itu jika diaplikasikan pada mobil komersial akan sangat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak yang mencapai 47 juta kiloliter (2013) dan diproyeksikan 48 juta kiloliter tahun 2014. Sedikitnya, Rp 210 triliun (2013) dikucurkan dari APBN untuk menyubsidi konsumsi BBM.
Manajer tim Sadewa Otto Dimas Cahyanegara, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UI, mengatakan, aplikasi teknologi mobil konsep urban pada kendaraan komersial masih butuh waktu. Salah satu yang harus diuji adalah faktor ketahanan (endurance) saat melaju di jalanan.
Saat menguji mobil Kalabia di Sirkuit Sentul selama 12 jam, baik mesin maupun komponen lain, tidak menemukan masalah. ”Riset kami terus mengerucut ke arah endurance dan durability,” kata dia. Di tangan anak-anak muda yang kreatif dan inovatif seperti itulah berbagai solusi kehidupan bisa diharapkan.
Oleh: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 27 Juni 2014