Mereka yang Menolak Diam di Masa Pembatasan

- Editor

Kamis, 28 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Covid-19 turut memicu munculnya berbagai kegiatan pelatihan secara daring, mulai dari yang cuma-cuma hingga berbayar. Kegiatan pelatihan diharapkan dapat membantu setiap orang beradaptasi dengan situasi pandemi.
KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO—Pendiri Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra (berkaus abu-abu), sedang menunjukkan jenis-jenis tanaman kepada anak-anak muda di kebun, Sabtu (2/12/2017), di Situ Gintung, Tangerang Selatan Banten.

Nani Yulianti (39) semakin sibuk menekuni kebun kecil di pekarangan rumahnya. Rabu (27/5/2020) siang itu, dia memanen sejumlah sayuran bayam dan kangkung dari media tanam hidroponik di lahan sempit berukuran dua meter persegi.

Warga Ciawi, Bogor, Jawa Barat, ini kian rajin menggarap lahan di rumahnya untuk sarana berkebun. Di tengah situasi pembatasan sosial karena pandemi Covid-19, perempuan ini malah menemukan rutinitas baru selama berdiam di rumah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mulanya, Nani mendapat keterampilan itu dari sejumlah video di kanal media sosial. Ada beberapa video dari Youtube dan Instagram yang diikutinya. Salah satunya akun Instagram bernama @kebunkumara.

”Awalnya memang karena di rumah saya sudah punya medium tanam hidroponik. Namun, karena masa pandemi, saya dan suami jadi punya banyak waktu memperhatikan tanaman. Hasil sayurannya juga lumayan, bisa untuk dimakan sendiri dan dibagikan kepada tetangga,” ujar ibu dua anak ini.

KOMPAS/PRIYOMBODO—Ibu Rini dengan mengenakan masker, pelindung wajah, kacamata, hingga sarung tangan memilih tanaman hias di tempat penjualan tanaman di kawasan Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (27/5/2020).

Kegemaran Nani belakangan dipicu hadirnya sejumlah inisiatif berbagi keterampilan selama pandemi Covid-19. Inisiatif pelatihan tersebut berusaha mengisi kegiatan orang-orang yang berdiam di rumah karena dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Salah satu inisiatif berbagi keterampilan dilakukan oleh organisasi bisnis sosial bernama Kebun Kumara. Organisasi yang bergerak di bidang pertanian kota ini belakangan membagi serial video ”Berkebun di Rumah Aja” lewat media sosial.

Learning Coordinator Kebun Kumara, Sarah Adipayanti, bercerita kalau semakin banyak orang yang mencoba rutinitas berkebun di masa pandemi. Namun, kebanyakan dari mereka bingung harus mulai dari mana dan menanam apa. Dari situ, serial video ”Berkebun di Rumah Aja” lebih banyak membahas cara memanfaatkan sarana berkebun yang dimiliki di rumah.

”Banyak orang yang ingin mulai berkebun di rumah, sementara ruang di rumah sempit, serta tidak punya wadah tanam dan benih. Dalam serial ’Berkebun di Rumah’, kami coba mengajarkan kalau banyak sarana yang bisa dimanfaatkan untuk berkebun. Wadah plastik sisa makanan bisa menjadi wadah tanam dan benih tanaman bisa mengambil sisa sayuran atau buah di dapur” ujar Sarah.

DOKUMENTASI KEBUN KUMARA—Sarah Cassandra dari Kebun Kumara mengajarkan cara berkebun lewat serial video tutorial ”Berkebun di Rumah Aja”. Lewat video itu, penonton diajarkan untuk memanfaatkan berbagai barang yang ada di rumah sebagai sarana berkebun.

Begitu pula keterbatasan ruang, Sarah menekankan hal tersebut bisa diatasi dengan menyiasati ukuran wadah tanam. Menurut dia, rutinitas berkebun itu tetap bisa dilakukan meski hanya punya sedikit lahan bercocok tanam di rumah. Kuncinya, tanaman harus tetap mendapat sinar matahari setidaknya selama enam jam, mendapat air, dan tanaman dikelola di media tanam yang diolah sendiri.

Banyak orang salah kaprah kalau berkebun itu soal bakat dari orang terampil. Padahal, berkebun menurut saya, adalah soal menikmati proses. Hal ini juga yang ingin kami bagikan kepada teman-teman di media sosial.

Kebun Kumara juga mengadakan bincang santai bersama figur publik lewat media sosial Instagram bertema ”Pasti Semua Bisa Berkebun”. Lewat perbincangan itu, Kebun Kumara berbagi tips personal dari figur yang menggeluti hobi berkebun.

Selain Kebun Kumara, ada juga yang tergerak berbagi keterampilan serupa dalam kelompok kecil. Britania Sari bersama Komunitas Jalan-jalan Hemat (Jahe) turut membuka loka karya daring vegetable gardening atau berkebun sayuran di rumah sejak April silam.

DOKUMENTASI KOMUNITAS JAHE—Hasil budidaya tanaman di rumah oleh salah satu peserta vegetable gardening dari Komunitas Jahe.

Guru bahasa Perancis ini mengerahkan ilmu yang pernah dia dapat ketika belajar berkebun pada 2014. Lokakarya itu diadakan setiap satu bulan sekali dan dikenakan biaya sukarela. ”Awalnya karena aku pernah bikin loka\karya semacam ini tahun 2016, kemudian banyak yang minta dan akhirnya kami lakukan lagi. Pembayaran kami kenakan secara sukarela dan ada semacam subsidi silang untuk membiayai peserta yang kesulitan finansial,” ujar Sari.

Sari memanfaatkan grup Whatsapp untuk membimbing 220 peserta setiap bulan. Melalui aplikasi pesan instan itu, dia juga membagikan materi berupa dokumen digital dan video praktik berkebun langkah demi langkah.

Dalam lokakarya komunitasnya, Sari menekankan kalau kegiatan berkebun bisa memanfaatkan wadah dan benih dari mana saja. Hal terpenting adalah sinar matahari dan mengenali media tanam yang dibuat sendiri.

Dia juga menekankan, aktivitas berkebun semestinya menyenangkan dan melepas penat. ”Berkebun itu semestinya kemampuan hidup yang mengasyikkan dan membuat rilek. Janganlah terburu-buru menuai hasil yang ditanam, dinikmati saja prosesnya,” ujar Sari.

Ruang virtual
Bermacam pelatihan lewat media daring mensyaratkan penggunaan ruang virtual yang semakin sering. Selain Komunitas Jahe dan Kebun Kumara yang memanfaatkan media daring, muncul juga kehadiran kanal belajar bernama Gratisin Belajar.

Inisiator Gratisin Belajar, Faiz M Ghifari, menyampaikan, situs gratisinbelajar.com turut mengangkat budaya belajar daring di masa pandemi. Menurut dia, situasi sekarang adalah saat tepat untuk mengarahkan pembelajaran lewat kanal daring.

”Sebenarnya, mau tidak mau, arah pembelajaran kita pasti akan menuju ke e-learning. Platform Gratisin Belajar muncul sebagai kritik terhadap pembelajaran daring saat ini serta kritik terhadap pelatihan semacam kartu prakerja yang sempat marak beberapa waktu lalu,” kata Faiz.

Gratisin Belajar fokus pada sejumlah kecakapan yang wajib dimiliki pada era digital. Hal tersebut antara lain pemasaran digital, pengembangan laman daring, dan kemampuan ilustrasi digital.

PRAKERJA.ORG–Salah satu kelas pelatihan yang disediakan Prakerja.org yang dapat diikuti tanpa biaya dan proses seleksi.

Di pihak lain, kegiatan serupa digelar Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Lembaga sosial ini membuka kelas virtual gratis bagi warga yang terdampak Covid-19 secara sosial dan ekonomi. Ada program ”move on” (motivasi online) yang disiarkan secara langsung lewat Instagram dan Zoom.

Ada juga program Turis (tutorial trik and tips). Melalui program itu, para instruktur akan memberikan video-video tutorial pendek untuk mengasah kecakapan tertentu, misalkan video tutorial tentang tata cara menyervis ponsel.

Kelas virtual gratis ini bisa diikuti oleh siapa pun. Jika biasanya dalam satu kelas hanya berisi 15-20 peserta, kelas virtual ini bisa diikuti hingga 100 peserta. Di sini, para instruktur hanya akan fokus pada materi inti sehingga jam pelajaran tidak terlalu lama dibandingkan jam pelajaran reguler.

Jika sudah ditentukan segmen yang akan disasar, Institut Kemandirian akan kembali membuka kelas reguler melalui virtual. Dengan begitu, jumlah peserta yang dapat bergabung akan lebih banyak. Meski begitu, mereka tetap harus mengikuti kelas secara rutin dan ujian.

”Apabila pandemi belum segera berakhir. Kelas bisa kami selenggarakan secara virtual, tetapi ujiannya bisa diselenggarakan di kampus pusat untuk yang tinggal di Jabodetabek. Untuk yang dari daerah bisa melalui mitra kami di daerah,” ujar Usman.

Terlepas dari praktiknya yang gratis atau berbayar, ada satu niat baik yang muncul, yakni agar orang-orang mampu melalui situasi sulit di masa pandemi. Semoga berbagai kecakapan itu pun berguna untuk menghadapi kondisi yang tak menentu selama pandemi.

Oleh ADITYA DIVERANTA/FAJAR RAMADHAN

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 27 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB