Manfaatkan Gen Virus agar Tahan Penyakit

- Editor

Senin, 18 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para peneliti di PT Perkebunan Nusantara XI mengembangkan tebu tahan penyakit mosaik. Caranya, mengambil satu macam gen virus penyebab penyakit itu untuk disisipkan pada tebu.

“Kami memotong gen virus untuk mengambil gen protein kapsid,” kata Nurmalasari, peneliti pada Laboratorium Bioteknologi Bidang Penelitian dan Pengembangan Usaha PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, usai berbicara pada Seminar Nasional Bioteknologi “Status Indonesia Terkini Menghadapi Komersialisasi Tanaman Bioteknologi” di Jakarta, pekan lalu. Universitas Nasional penyelenggara diskusi.

Pembicara lain, Kepala Pusat Kajian Bioteknologi Unas Retno Widowati, Ketua Komisi Keamanan Hayati Agus Pakpahan, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir, dan Direktur Corporate Affair Monsanto Indonesia Herry Kristanto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nurmalasari mengatakan, gen protein kapsid satu dari 10 gen pada virus mosaik tebu (sugarcane mosaic virus/SCMV). Jika gen protein kapsid disisipkan pada suatu tebu, SCMV tak akan masuk ke tebu karena virus berpikir sudah ada SCMV di batang tebu itu. Dengan demikian, gen protein kapsid berperan menipu virus. Peneliti menggunakan SCMV yang menginfeksi tebu di Jember.

SCMV bersifat sistemik, membuat penyakit tak bisa disembuhkan jika virus sudah masuk tebu. Apalagi perbanyakan tebu secara vegetatif lewat stek batang sehingga penyakit bisa diturunkan. Semakin banyak generasi dari tebu terjangkit mosaik, semakin parah penyebarannya.

Virus menular melalui vektor serangga, penggunaan alat mekanis (misalnya, pisau tebang) yang tak steril, penggunaan bibit sakit, serta penularan antarkelompok tanaman dalam satu familia Poaceae (tebu, sorgum, dan jagung). Nurmalasari menuturkan, gejala baru terlihat saat penyakit pada tingkat menengah hingga lanjut, bukan pada tahap awal.

Gejala itu, antara lain roset (terbentuk semacam rumpun di bagian bawah tebu) sehingga tebu tak bisa tumbuh memanjang. Gejala lain, pertumbuhan terhambat. Dengan demikian, penyakit tak mematikan tebu, tetapi merugikan petani karena produktivitas gula menyusut. PTPN XI menemukan tebu berpenyakit itu di Magetan, Lumajang, Jember, Situbondo, dan Bondowoso.

Meski demikian, proses masih panjang. Sekarang, peneliti sampai tahap mendapat asam deoksiribonukleat (DNA) rekombinan dengan sisipan gen SCMV yang sudah presisi. Dalam setahun ini, peneliti menargetkan sudah memeroleh Agrobacterium tumefaciens yang dititipi gen virus dalam jumlah cukup. Agrobacterium tumefaciens merupakan mikroba yang biasa digunakan mentransfer gen dengan cara menginfeksi tanaman dalam proses rekayasa genetik.

Agus mengatakan, bioteknologi, termasuk rekayasa genetika, salah satu jalan menekan dampak penyakit tanaman pangan. Apalagi, di daerah tropis, seperti Indonesia, hama penyakit mencapai 500-600 jenis. Di daerah subtropis hanya 50 jenis atau 10 persen dari wilayah tropis.

Sejauh ini, rekayasa genetika masih menimbulkan pro dan kontra. “Kemajuan teknologi selalu menimbulkan kontroversi,” kata Agus. (JOG)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Manfaatkan Gen Virus agar Tahan Penyakit”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB