LIPI Akan Membangun Fasilitas Pengembangan Obat Tradisional

- Editor

Kamis, 8 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hampir 95 persen bahan baku industri farmasi di Indonesia masih bergantung diimpor. Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat. Pengembangan obat alami perlu mendapatkan perhatian, mengingat praktek pemanfaatan obat tradisional mengakar di masyarakat Indonesia.

Selain itu, potensi pengembangannya amat terbuka dengan terus meninngkatnya permintaan pasar domestik maupun internasional. Untuk itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan membangun Fasilitas Pengembangan Obat Tradisional dengan Standard Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Pengembangan fasilitas riset obat tradisional bertujuan memercepat hilirisasi hasil penelitian kesehatan dan obat yang telah dikembangkan selama ini, serta memberi dukungan terkait riset dan pengembangan produk kepada mitra industri. “Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi ke-11 tentang pengembangan industri kefarmasian dan alat kesehatan,” kata Bambang Subiyanto, pelaksana tugas Kepala LIPI, dalam siaran pers.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih jauh, Bambang menjelaskan fasilitas penelitian obat tradisional diperlukan untuk menjawab soal kesehatan dan mendukung kemandirian bahan baku obat secara nasional. LIPI menaruh perhatian besar dalam penelitian dan pengembangan kesehatan obat dengan riset penggunaan tanaman obat serta bahan aktifnya untuk bahan baku obat.

Dukung industri
Indonesia memiliki 1.247 industri dan usaha obat tradisional yang 10 unit di antaranya termasuk perusahaan industri obat tradisional skala besar. Namun, industri obat tradisional (IOT), usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan usaha mikro obat tradisional (UMOT) banyak yang tidak memiliki fasilitas CPOTB sehingga mengalami kesulitan dalam membuat produk berstandar CPOTB.

–Peneliti pada bidang demam berdarah dengue (DBD) di Laboratorium DBD Tropical Desease Research (TDC = Penelitian Penyakit Topis) Universitas Ailangga Siti Churrotin memperagakan cara pengukuran konsentrasi penghambat dan efeknya pada tanaman penghambat terhadap ragam jenis spesimen herbal (tanaman obat) yang diberikan pada infeksi virus DBD, Jumat (28/10/2016). TDC masih terus menyelenggarakan penelitian pencarian tanaman herbal obat DBD itu terutama yang berbasis masyarakat.–(Kompas/Dody Wisnu Pribadi)

“Fasilitas yang akan dibangun ini diharapkan dapat menjadi percontohan laboratorium CPOTB dalam rangka memfasilitasi industri kecil dan menengah guna mempercepat pengembangan produk obat tradisional di tanah air,” ucapnya

Sementara Agus Haryono, Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, memaparkan, satuan kerjanya sangat fokus dalam pengembangan obat tradisonal. “Dari kegiatan penelitan yang kami lakukan, telah banyak ditemukan senyawa-senyawa baru dari ekstrak tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai anti kanker, anti diabet, anti malaria, serta antioksidan,” ujarnya.

Pembangunan fasilitas riset ini akan dapat lebih memfokuskan penelitian dan memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk penelitian terkait obat radisional. “Harapan kami melalui fasilitas riset pengembangan obat tradisional dengan standard CPOTB, hasil-hasil penelitian kami bisa lebih berkualitas dan mudah diterima oleh industri,” tutup Agus. Sebagai informasi, kegiatan ini akan dihadiri oleh Direktur Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan BPOM serta Kepala Puspiptek.–EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 8 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB