Proses hilirisasi riset dan penelitian terus didorong. Salah satunya melalui program pendanaan peneltian Risetdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama PT Kalbe Farma Tbk.
Pada RKSA 2018, lima penelitian di bidang kesehatan mendapatkan dana penelitian seluruhnya Rp 1,65 miliar. Lima peneliti ini diseleksi dewan juri dari 455 proposal yang masuk. Para peraih dana penelitian diumumkan pada puncak acara pemberian dana penelitian RKSA 2018 di Jakarta, Jumat (26/10/2018).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Pendiri PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan (tengah) bercengkrama dengan lima peneliti yang terpilih untuk menerima dana penelitian dari program pendanaan penelitian Risetdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018. Mereka mendapatkan dana penelitian dengan total Rp 1,65 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun peneliti yang terpilih untuk menerima dana penelitian yaitu, Anggraini Barlian dari Institut Teknologi Bandung dengan judul penelitian “Aplikasi Micropatterning untuk Peningkatan Proliferasi dan Diferensiasi Human Wharton’s Jelly Mesenchymal Stem Cells”, Dessy Natalia dari Institut Teknologi Bandung (Peningkatan Kinerja Alat Uji Cepat Deteksi Demam Dengue Melalui Variasi Komponen Antigen Dengue), dan Endang Sutriswati Rahayu dari Universitas Gadjah Mada (Pengaruh Konsumsi Probiotik Indigenous Powder dalam Mengatasi Obesitas).
Selain itu, dua peneliti lain adalah Made Astawan dari Institut Pertanian Bogor dengan judul “Pemanfaatan Tempe Segar, Semangit dan Bosok dari Kedelai Tergerminasi sebagai Pangan Fungsional Hipoglikemik” dan Rahyussalim dari Universitas Indonesia dengan judul “Efektivitas dan Keamanan Terapi Sel Punca Mesenkimal pada Pasien Degenerasi Diskus Intervertebralis”.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Tanaman sorgum hasil uji daya hasil lanjutan galur-galur mutan sorgum pangan menjadi salah satu bentuk hilirisasi hasil riset berbasis sorgum.
Dewan Juri dari RKSA 2018 adalah Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman; Bambang Setiadi, Ketua Dewan Riset Nasional; Roy Alexander Sparringa, Senior Advisor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Togi J Hutadjulu Direktur Standarisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM RI; Muhammad Dimyati, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, dan Boenjamin Setiawan, Pendiri PT Kalbe Farma Tbk.
Ketua Dewan Juri RKSA 2018 Amin Soebandrio berharap, melalui pendanaan ini hasil riset yang dihasilkan oleh peneliti dapat dihilirisasikan dan dipasarkan ke masyarakat luas. “Kami akan memonitor proses penelitian ini minimal satu kali per enam bulan sesuai milestone yang disepakati antara peneliti dan dewan juri,” ujarnya.
Boenjamin Setiawan menambahkan, kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk mendorong kemajuan penelitian di Indonesia. Saat ini, dana penelitian yang ada masih sedikit, yakni sekitar 0,3 persen dari produk domestik bruto (GDP). Berkaca dari Korea Selatan, dana penelitian yang dianggarkan mencapai 4,5 persen dari GDP.
“Kalau Indonesia mau maju, penelitian itu jadi kunci yang harus dimaksimalkan. Jadi diharapkan penelitian dan riset bisa semakin ditingkatkan untuk mencapai kemajuan bangsa ini,” ucapnya.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 26 Oktober 2018