Lahan Sawit Sumatera dan Kalimantan Tambah 4,4 Juta Hektare dalam Tujuh Tahun

- Editor

Kamis, 4 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemetaan terbaru menemukan, perluasan areal kelapa sawit sejak tahun 2000 terutama terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan total 9,29 juta hektar, di mana 4,4 juta hektar terjadi dalam kurun 2010-2017.

—–Perluasan lahan sawit di Indonesia, Malaysia dan Thailand berdasarkan periode waktu. Indonesia memiliki perluasan sawit tertinggi, terutama dalam kurun 2010 -2017. Sumber: Olga Danylo, dkk. Jurnal Nature, 2021

Produksi minyak sawit global meningkat tiba-tiba dalam beberapa dekade terakhir, dengan hampir 90 persen diproduksi Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Pemetaan terbaru oleh tim peneliti internasional menemukan, perluasan areal kelapa sawit sejak tahun 2000 terutama terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan total 9,29 juta hektar, di mana 4,4 juta hektar terjadi dalam kurun 2010-2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasil pemetaan yang dilakukan para peneliti International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) ini dipublikasikan di Scientific Data jurnal Nature pada 30 Maret 2021. Pemetaan dimaksudkan untuk memahami tren perluasan perkebunan kelapa sawit dan perencanaan tingkat lanskap.

Pemetaan dilakukan menggunakan citra satelit Sentinel 1 dari European Space Agency. Selain memetakan lokasi, dalam peta dengan resolusi 30 meter ini juga bisa menentukan usia kelapa sawit dengan menggunakan pendekatan deret waktu Landsat.

Hasil kajian menunjukkan, pada tahun 2017 luasan perkebunan kelapa sawit di Sumatera mencapai 6,37 juta hektar (ha). Sebanyak 18,97 persen tanaman sawit ini ditanam sebelum tahun 2000, sebanyak 37,9 persen periode 2000 -2009, dan 43,13 persen ditanam periode 2010-2017.

Kalimantan, yang masuk wilayah Indonesia, memiliki luas areal sawit 2,92 juta ha. Sebanyak 7,01 persen ditanam sebelum tahun 2000, sebanyak 32,85 persen periode 2000-2009, dan 60,14 persen periode 2010 – 2017.

Jika ditotal, luas area sawit di Sumatera dan Kalimantan ini mencapai 9,29 juta ha. Sebanyak 4,4 juta hektar di antaranya baru ditanam pada periode 2010-2017, yaitu 1,7 juta ha di tanam di Kalimantan dan 2,7 juta ha di Sumatera. Perluasan sawit di Sumatera dan Kalimantan dalam kurun tujuh tahun ini lebih dari sepertiga luasan Pulau Jawa.

Kalimantan yang menjadi wilayah Malaysia memiliki luas areal sawit 1,72 juta ha. Sebanyak 22,34 persen ditanam sebelum tahun 2000, sebanyak 31,35 persen periode 2000-2009, dan 46,3 persen periode 2010-2017.

Semenanjung Malaysia memiliki areal sawit 2,41 juta ha. Sebanyak 17,31 persen ditanam sebelum tahun 2000, sebanyak 39,04 persen periode 2000-2009, dan 43,66 persen periode 2010-2017. Sedangkan Thailand mengalami perluasan areal sawit 1,06 juta ha. Sebanyak 10,44 persen ditanam sebelum tahun 2000, 25,51 persen periode 2000 – 2009, dan 64,05 persen periode 2010 – 2017.

—-Perluasan sawit di sejumlah area berdasarkan kurun waktu tertentu, Sumber: Olga Danylo, dkk. Jurnal Nature, 2021

Peneliti IIASA yang menjadi penulis pertama kajian ini Olga Danylo mengatakan, “Kami secara khusus ingin menentukan luas dan usia perkebunan kelapa sawit di seluruh Asia Tenggara dan melihat apakah kami dapat menggunakan teknologi seperti Google Earth Engine dan algoritma penambangan data untuk menghasilkan peta luas kelapa sawit yang akurat dari data radar Sentinel 1. Ini bisa dioperasionalkan ke dalam sistem deteksi kelapa sawit secara waktu nyata.”

Meskipun luas kelapa sawit telah dipetakan sebelumnya, menurut Danylo, kajian ini juga memberikan data yang bisa menjawab pertanyaan terkait ekspansi kelapa sawit selama dua dekade terakhir, serta kemampuan menghitung potensi produksi dari perkebunan yang ada. Seperti diketahui, hasil panen sawit meningkat selama usia prima 7-15 tahun dan secara setelahnya mulai menurun sebelum sawit diganti pada usia 25-30 tahun.

“Luasan dan usia perkebunan yang tepat di seluruh lanskap sangat penting untuk perencanaan tingkat lanskap untuk memungkinkan produksi kelapa sawit berkelanjutan dan konservasi hutan,” kata dia.

Dampak lingkungan
Menurut para peneliti, permintaan dunia terhadap minyak sawit terus meningkat, penggunaannya yang sangat luas, mulai dari produk kecantikan dan makanan, hingga proses industri dan biofuel. Namun, permintaan yang terus meningkat ini telah menyebabkan produksi kelapa sawit menjadi lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir.

Hal ini pada gilirannya berdampak sangat dalam pada ekosistem hutan alam dan keanekaragaman hayati. Selain itu, ekspansi besar-besaran juga berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim dengan melepaskan karbon dari hutan dan lahan gambut yang dikonversi.

KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO—Menurut para peneliti, peta baru ini juga dapat mendukung penghitungan perkiraan emisi dan serapan gas rumah kaca untuk wilayah tertentu, menyediakan sarana di mana statistik resmi dapat diverifikasi secara independen, dan juga dapat digunakan dalam analisis yang terkait dengan penentuan perdagangan karbon. Selain itu, peta kelapa sawit yang dikombinasikan dengan informasi spasial tentang batas-batas perkebunan dapat mengidentifikasi kepatuhan terhadap peraturan lingkungan, termasuk pemantauan kebakaran, serta kepatuhan terhadap standar keberlanjutan.

“Membeli minyak sawit bersertifikasi (RSPO) adalah cara untuk menghindari deforestasi tropis. Peta kami dapat menginformasikan situs mana yang memenuhi syarat untuk sertifikasi RSPO dan dapat membantu pembuat kebijakan seperti komisi Uni Eropa membuat kebijakan yang lebih akurat dan terarah terkait dengan minyak sawit, misalnya dengan mengecualikan minyak sawit dari area tertentu (yang baru-baru ini terdeforestasi), ” kata anggota tim peneliti dari IIASA, Johannes Pirker.

Sementara itu, data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia menunjukkan, luas lahan sawit di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 14,08 juta ha. Kenaikan luas lahan sawit mencapai 1,98 persen pada 2017 ke tahun 2018, sehingga menjadi 14,32 juta ha. Sedangkan pada tahun 2020 luas lahan sawit di Indonesia diproyeksi menjadi 14,99 juta ha.

Pada tahun 2020, Riau menjadi provinsi dengan luasan sawit terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 2,85 juta ha. Kalimantan Barat berada di urutan berikutnya dengan luasan 1,9 juta ha, Kalimantan Tengah 1,7 juta ha, Sumatera Utara 1,6 juta ha, dan Kalimantan Timur 1,4 juta ha.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 3 April 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB