Konstruksi Bangunan Perlu Diubah

- Editor

Rabu, 10 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penambahan ratusan sumber gempa bumi baru dalam Peta Gempa Bumi Nasional membawa implikasi serius di bidang konstruksi, terutama di kota-kota besar yang dilalui jalur sesar. Standar kekuatan bangunan harus disesuaikan karena potensi ancaman gempa meningkat.

“Akibat ada peningkatan seismic hazard (ancaman gempa), gaya gempa yang harus ditinjau saat mendesain struktur bangunan lebih besar. Itu berdampak pada lebih besarnya dimensi elemen struktur yang harus didesain,” kata Iswandi Imran, Guru Besar Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga Koordinator Kelompok Kerja Struktur dalam Tim Revisi Gempa Bumi Nasional, Jumat (26/5).

Selain itu, menurut ketentuan baru konstruksi, ada syarat rinci konstruksi yang harus diperhatikan agar bangunan bisa bertahan pada gempa. “Ini meningkatkan biaya struktur bangunan untuk beberapa kota besar yang dilalui jalur sesar, seperti Surabaya dan Semarang,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya, Tim Revisi Peta Gempa Bumi Nasional menambahkan ratusan sumber gempa bumi baru, terutama di jalur sesar darat Pulau Jawa. Dibandingkan dengan peta gempa nasional 2010, jumlah sesar di Jawa hanya 4, kini jadi 34. Jalur sesar baru melintasi kota-kota di pantai utara Jawa dari Surabaya, Semarang, hingga Cirebon.

Untuk bangunan lama, idealnya ada kajian khusus melihat kinerja pada beban gempa baru. Itu untuk menentukan bentuk perbaikan dan perkuatan. “Problem utama yang kerap muncul dari bangunan di Indonesia ialah detail struktur tahan gempa tak memadai,” ujarnya.

Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, buruknya mutu konstruksi bangunan, terutama bangunan rakyat, jadi tantangan utama mitigasi gempa. Pada sejumlah kejadian, gempa berkekuatan kecil memicu banyak bangunan rusak.

Penempatan sensor
Menurut Daryono, selain berpengaruh pada sistem konstruksi bangunan, revisi peta gempa mengubah pemantauan gempa dan mitigasi bencana di Indonesia. “Temuan sumber baru gempa ini amat penting dalam mitigasi bencana,” ujarnya.

Sumber gempa baru akan jadi dasar penempatan sensor seismik agar pemantauan aktivitas gempa lebih efektif. “BMKG menata kembali distribusi sebaran alat monitoring seismik sesuai sumber gempa baru,” kata Daryono yang juga anggota Pokja Geodesi dalam Tim Revisi Peta Gempa Bumi Nasional.

“Selama ini beberapa aktivitas gempa kurang terpantau dengan baik karena sumber gempanya belum terpetakan,” kata Daryono yang juga anggota Kelompok Kerja Geodesi Tim Revisi Peta Gempa Bumi Nasional. (AIK)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Mei 2017, di halaman 14 dengan judul “Konstruksi Bangunan Perlu Diubah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 23 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB