Konsisten Bangun Rumah Tahan Gempa di Lombok

- Editor

Selasa, 13 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah konsisten membangun rumah tahan gempa di masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi di Lombok walaupun ada usulan untuk membangun rumah model lain pasca gempa Lombok.

“Kami masih berpegangan pada rumah tahan gempa dan memang harus seperti itu,” kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Senin (12/11/2018), di Jakarta, seusai mengkuti rapat Koordinasi Tingkat Menteri Percepatan Penanganan Rehabilitasi Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Rapat ini dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, didampingi Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Gubernur NTB Zulkifliemansyah. Hadir juga perwakilan dari kementerian lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Polri, TNI, dan sejumlah badan usaha milik negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

STEFANUS ATO UNTUK KOMPAS–Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani memimpin rapat koordinasi tingkat menteri, Senin (12/11/2018), di Jakarta. Rapat ini bertujuan mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Lombok, Nusa Tenggara Timur.

Agus mengakan, meski ada usulan dari pemerintahan daerah untuk mencari alternatif lain, namun pemerintah konsisten membangun rumah yang tahan gempa di Lombok. “Ada beberapa masukan dari Gubernur (NTB). Semua masukan itu menjadi bahan evaluasi kami,” tuturnya.

Zulkifliemansyah mengatakan, pembangunan rumah tahan gempa di Lombok tidak mudah dilaksanakan sebagaimana yang direkomendasikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR). Hal itu karena masyarakat takut menyalahi aturan yang dipersyaratkan untuk membangun konstruksi rumah tahan gempa.

“Rumah tahan gempa itu ada persyaratan-persyaratan. Persyaratan ini tidak gampang juga,” ucapnya.

Kemen PUPR telah merekomendasikan model rumah tahan gempa yang disebut RISAH (Rumah Instan Sederhana Sehat). Sistem pembangunan rumah tahan gempa ini merupakan pembangunan rumah tumbuh bongkar pasang dengan tiga panel beton tulangan pracetak untuk kolom, balok, dan sloof. Masyarakat tinggal memasang panel kerangka tersebut menggunakan baut. Sementara untuk dinding, bisa diisi sendiri dengan batu bata, batako, papan, atau pun bambu. (Kompas, 27/8/2018)

Zulkifliemansyah mengakui kendala lain yang dihadapi, yaitu sebagian masyarakat masih trauma dengan rumah beton. Di satu sisi pembanguan rumah menggunakan kayu juga dikhawatirkan merusak lingkungan dan menimbulkan bencana baru.

“Mudahan dengan rapat ini kita diberikan ruang agar fasilitator dapat dibantu daerah (pemda) mencari solusi. Kami yakin semua masih di jalur yang benar,” katanya. (STEFANUS ATO)–YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 13 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB