Kompensasi Sepadan Theta SC

- Editor

Senin, 14 November 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nama Theta saat ini boleh dibilang sebagai pemimpin pasar untuk produk kamera 360 derajat. Diluncurkan pada tahun 2013, seri pertama kamera ini menawarkan perangkat yang mampu mengambil gambar 360 derajat hanya dengan satu kali pencet saja, meski dengan keterbatasan seperti hanya untuk gambar diam dengan resolusi terbatas.

Pengembangan dari produk tersebut adalah Theta M15 yang hadir pada bulan ke-11 tahun 2014, menawarkan peningkatan resolusi dan kemampuan mengambil video beberapa bulan kemudian melalui pembaharuan perangkat lunak. Itu pun masih dalam kualitas yang belum layak.

Namun, satu kendala utama dari produk ini adalah keterbatasan wadah untuk menyimpan maupun menampilkan konten yang mereka buat. Saat itu, bila ingin melihat gambar 360 derajat yang bisa diputar sekehendak hati, satu-satunya tempat yang bisa dikunjungi adalah situs resmi Theta yang menyediakan galeri bagi pengguna untuk memajang karya mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengguna tinggal membagikan tautan ke media sosial masing-masing. Tentu saja cara tersebut tidaklah praktis. Theta S yang menjadi seri ketiga dan diluncurkan pada Oktober 2015 adalah satu dari puncak pencapaian Ricoh dengan perangkat yang memudahkan siapa pun untuk membuat konten 360 derajat baik foto maupun video.

Dari sisi spesifikasi, ada lompatan yang cukup serius seperti kemampuan kamera berupa sepasang kamera 12 megapiksel yang saling membelakangi sementara di M15 resolusinya hanya 5 megapiksel. Video resolusi 1920×1080 piksel sama-sama bisa diambil Theta S maupun Theta M15, bedanya versi terbaru sudah bisa mengambil 30 frame per detik dengan durasi maksimal 25 menit sedangkan versi pendahulu hanya bisa 15 frame per detik dengan durasi maksimal 3 menit. Theta S juga memungkinkan perangkat untuk menyiarkan gambar secara langsung.

Satu alasan yang membuat Theta cukup berjaya sampai saat ini adalah dukungan perangkat yang luas baik sistem operasi Android maupun iOS. Kompas pernah memasangkan Theta S dengan ponsel pintar Android kelas menengah ke bawah maupun premium dan pengalaman saat menggunakannya tidak jauh berbeda.

Ini yang belum bisa dikejar oleh kompetitor hingga kini. Samsung misalnya, lewat kamera Gear360 hanya bisa dioperasikan oleh ponsel pintar lapis pertama seperti seri S6, S7, dan Note 5. Pun sama dengan LG 360 Cam yang hanya bisa dioperasikan oleh ponsel premium mereka seperti G5.

Dukungan
Keberhasilan Theta S didukung oleh faktor lain yang sebetulnya di luar kendali sang pembuat perangkat yakni keputusan dari layanan media sosial Facebook untuk mendukung konten 360 derajat di linimasa pengguna, baik foto maupun video. Theta S yang saat itu masih memiliki wadah terbatas bagi pengguna untuk mengunggah dan memajang karya mereka seolah mendapat pelampiasan baru.

Tidak lama sebelumnya, layanan video Youtube juga mengumumkan dukungan terhadap video 360 derajat karena terkait dengan teknologi realitas virtual yang sedang dikembangkan. Cara termudah untuk menikmatinya adalah lewat perangkat pemantau dengan memanfaatkan layar ponsel pintar atau Cardboard.

a6360c5514344969ae2d76b43543ad10KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Empat varian dari kamera 360 derajat Theta SC diluncurkan untuk pasar Indonesia menyasar pengguna awam yang ingin berekspresi di media sosial mereka menggunakan konten 360 derajat, Jumat (11/11/2016).

Dengan segera, demam konten 360 derajat dimulai dan pengguna tidak perlu repot membuat photosphere untuk pemilik ponsel pintar, atau foto panorama dengan kamera SLR digital. Semua tidak lepas dari cara kerja Theta S dengan sekali pencet tombol rana di badan kamera atau dari aplikasi pengendali jarak jauh, sepasang lensa selebar 190 derajat segera menangkap gambar maupun video dan dijahit pada saat yang sama untuk menghasilkan gambar diam maupun bergerak 360 derajat.

Upacara kenegaraan memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia juga menjadi panggung bagi Theta S. Sebanyak tiga unit kamera Theta S dipergunakan untuk menyiarkan jalannya upacara secara langsung lewat teknologi livestreaming. Penonton tidak sekadar melihat apa yang di depan mereka tetapi juga bisa mengetahui keadaan sekeliling.

Pada Oktober 2016, Ricoh kembali mengumumkan penerus dari Theta S yakni Theta SC. Namun, mereka yang tidak sabar melihat pengembangan fitur kamera 360 derajat yang sudah ada harus menahan diri karena seri baru ini bisa jadi bukan untuk itu.

Pemangkasan
Secara sederhana, Theta SC merupakan versi terjangkau dari Theta S dengan selisih harga hingga 50 dollar AS. Didistribusikan oleh PT Aneka Warna Indah untuk Indonesia, Theta S berharga Rp 5,6 juta sementara Theta SC dihargai Rp 4,8 juta.

Dan sudah hukum alam, harga yang dijual lebih murah harus datang disertai fitur yang dipangkas dari versi awalnya. Ini pun tidak bisa dihindari oleh Theta SC.

Seri SC ini memangkas durasi perekaman video dari 25 menit menjadi 5 menit, dan menghilangkan lubang mini HDMI menyisakan lubang micro-USB untuk koneksi data dengan komputer maupun pengisian daya. Fitur untuk livestreaming juga absen di varian terbaru ini.

Selebihnya, produk kamera 360 derajat itu sama seperti versi pendahulunya mulai resolusi gambar serta video yang sama, kapasitas penyimpanan internal, hingga kemampuan olah gambar seperti menghilangkan noise pada gambar dan high dynamic range.

Tidak berakhir dengan pemangkasan fitur saja, Theta SC datang dengan empat pilihan warna yakni putih, abu-abu, biru, dan merah muda sementara Theta S hanya warna hitam. Badan kamera saat dipegang pun terasa beda, Theta S sedikit kesat layaknya beludru sementara Theta SC mulus.

Genichiro Takaoka, Strategic Area Sales Department Global Sales and Marketing Division Ricoh, menyebut Theta SC adalah upaya mereka untuk menarik konsumen dari kalangan yang lebih luas dari penggemar gawai yang tahu persis kebutuhan mereka ke segmen masyarakat umum yang ingin memanfaatkan kamera 360 derajat untuk sekadar berekspresi di media sosial.

Dengan kata lain, Ricoh menghadirkan versi “ramah kantong” dari Theta S dengan asumsi kebanyakan pengguna jarang memanfaatkan fitur livestreaming, HDMI, atau membuat video 360 derajat berdurasi panjang.

“Kamera ini untuk mereka yang ingin membuat foto atau video untuk bersenang-senang. Ditambah warna-warni yang cerah, kalangan perempuan juga kami sasar,” kata Takaoka.

Dengan kompensasi tersebut, lanjutnya, pengguna tidak perlu mengorbankan hasil maupun kualitas konten yang dihasilkan Theta SC.

Kompas berkesempatan untuk mengoperasikan kamera ini beberapa saat. Sekilas tidak ada perbedaan dengan Thetha S, mulai dari dimensi produk, pengoperasian di badan kamera maupun melalui aplikasi, pengalaman mulai pengambilan gambar hingga mengolahnya.

Hanya saja, badan kamera yang licin seolah membuatnya gampang terpeleset dari genggaman. Harus diakui bahwa warna-warni kamera membuat produk ini terlihat sebagai produk yang ramah dan mudah dioperasikan bagi siapa saja.

Pertanyaan yang tersisa, bagaimana bagi mereka yang masih menanti kelanjutan dari Theta S? Takaoka menuturkan bahwa riset terus berlangsung untuk melahirkan penerus Theta S. Namun, dia sendiri merasa resolusi di atas 1080 seperti 4K sebagai hal yang masih berlebihan untuk saat ini.

“Harus diakui bahwa layar yang mendukung resolusi 4K masih terbatas. Bila dipaksa membuat gambar atau video dengan resolusi itu, yang wajib dipertimbangkan adalah ukuran file yang memengaruhi kualitas saat siaran langsung atau setidaknya saat ditransfer ke ponsel pintar,” imbuhnya.

Dengan demikian, untuk sekarang Ricoh masih berkonsentrasi untuk melebarkan pasar mereka. Tidak bisa disalahkan karena dukungan luas terhadap banyak perangkat adalah keunggulan yang sebaiknya dieksploitasi sementara kompetitornya belum bisa menawarkan hal yang sama.

Membuang beberapa fitur dan memangkas harga, itulah strategi yang sedang dijalani Ricoh.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas, 14 November 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB