Kolaborasi Antar-Media Sudah Keniscayaan

- Editor

Kamis, 3 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Semua organisasi media harus bekerja sama demi meneguhkan pentingnya peran media di dunia yang makin tidak menguntungkan. Stephen Dunbar, President International The New York Times Company, pada sesi pleno World Press Freedom Day, di Accra, Ghana, Rabu (2/5/2018), mengatakan, tantangan utama media adalah tekanan ekonomi yang ditunjukkan dengan menurunnya keuntungan finansial.

Di sisi lain, peran media arus utama cenderung berkurang pula karena perkembangan media sosial. ”Jadi, tidak bisa diatasi sendiri-sendiri oleh media, antara satu dan yang lainnya harus ada kerja sama,” ujar Dunbar.

HENDRY CH BANGUN–Suasana diskusi dalam World Press Freedom Day, di Accra, Ghana, Rabu (2/5/2018). Sesi ini tentang peran pers dalam meliput pemilu. Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, Nezar Patria, tampil sebagai salah satu pembicara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Isu pelecehan terhadap perempuan wartawan di Amerika Serikat pun menurut Dunbar adalah masalah fundamental yang harus dituntaskan. Dia yakin masalah ini terjadi di banyak nergara, tidak spesifik di negaranya saja.

Tantangan
Sejak Deklarasi Windhoek dicetuskan pada 1961, yang kemudian melahirkan World Press Freedom Day (WPFD), tantangan media terus bertambah, selain faktor ekonomi dan media sosial. Menurut Kwame Karikari, pendiri Media Watch West Africa, tidak ada pemerintah di Afrika yang ingin mereformasi Undang-Undang Pers. Mereka justru ingin mengontrol media. ”Artinya, aspek politik masih menjadi masalah meski ada yang relatif bebas,” ujarnya.

KOMPAS/HENDRY CH BANGUN–Stephen Dunbar

Salah satu hal penting yang diangkat dalam panel yang melibatkan Ferial Haffajee dari Huffington Post South Africa, Moustafa Souag dari Al Jazeera, dan Gwen Lister dari Namibia Media Trust adalah bagaimana mengidentifikasi wartawan sungguhan, yang bekerja dengan profesional, dan wartawan abal-abal. Hal ini dapat diukur dari tingkat kesejahteraannya.

”Kalau dibayar baik, pasti tidak macam-macam,” kata moderator Nadia Abdel-Masseh dari France24.

WPFD yang berlangsung hingga hari Kamis (3/5/2018) ini diadakan UNESCO bersama Kementerian Informasi Ghana, diikuti wartawan dari Afrika, Eropa, Asia, dan Amerika, serta hampir seluruh organisasi media besar; termasuk lembaga swadaya masyarakat pendukung, seperti Reporters Without Borders.

Indonesia yang tahun lalu menjadi tuan rumah diwakili Dewan Pers dengan melibatkan Universitas Multimedia Nusantara melalui program Young Journalist.–HENDRY CH BANGUN

Sumber: Kompas, 3 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB