Kisah Dian Ramatillah, Raih Gelar Profesor di Usia 36 Tahun

- Editor

Minggu, 20 Agustus 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta kini memiliki satu profesor baru untuk Fakultas Farmasi. Dia adalah Apt. Diana Laila Ramatillah, S.Farm, M.Farm, Ph.D. Dia dikukuhkan sebagai profesor di usia yang sangat muda, 36 tahun.

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta kini memiliki satu profesor baru untuk Fakultas Farmasi. Dia adalah Apt Diana Laila Ramatillah, S.Farm, M.Farm, Ph.D. Dia dikukuhkan sebagai profesor di usia yang sangat muda, 36 tahun.

Dia sehari-hari menjadi dosen tetap di Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 dan menjabat sebagai Wakil Rektor I bidang Akademik di universitas yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengukuhan Diana Laila Ramatillah sebagai rektor dilakukan pada Kamis (22/6/2023) di Ruang Ki Hajar Dewantara, Lantai 2 Kantor LLDIKTI Wilayah III, Cawang, Jakarta Timur, berdasar menerima Surat Keputusan Pengangkatan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen sebagai Profesor.

SK Guru Besar dari Kemendikbudristekdikti dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 29021/M/07/2023 Tanggal 12 Juni 2023 berisi tentang Kenaikan Jabatan Akademik fungsional Dosen sebagai Profesor atas nama Apt. Diana Laila Ramatillah, S.Farm, M.Farm, Ph.D dalam bidang Farmakoterapi, Farmasi Klinis, dan Interaksi Obat diterima dalam acara Penyerahan SK Mendikbudtistek tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen Profesor/Guru Besar PTS di lingkungan LLDikti Wilayah III.

Kisah Dian Ramatillah, Raih Gelar Profesor di Usia 36 Tahun–istimewa

Prof Diana Laila Ramatillah mengaku tidak mudah meraih gelar Profesor.

Banyak syarat yang harus dipenuhi seperti sudah 10 tahun menjadi Dosen.

Prof Diana mengawali karier sebagai dosen sejak 7 Februari 2013 dan pada 7 Februari 2023 genap 10 tahun menjadi dosen.

Dari jabatan sebagai Lektor Kepala maka di bulan September 2022 Prof Diana mengajukan diri menjadi Guru Besar.

Sejak 2013-2023 Prof Diana pun melakoni jabatan struktural seperti Kepala Prodi, Dekan, hingga Wakil Rektor I.

“Guru Besar itu mengumpulkan publikasi yang begitu banyak 40 publikasi (hampir 250 publikasi sejak awal masuk menjadi dosen baik publikasi penelitian maupun pengabdian) dan 2 kali di World Class Professor sehingga hari ini bersama-sama dengan 8 Guru Besar bisa terima SK Profesor. Terima kasih kepada TYME atas semua berkat dan rahmatnya dapat berkumpul di tempat ini,”kata Prof Diana Ramatillah.

Prof Diana Ramatillah merupakan guru besar pertama dari Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta di era kepemimpinan Rudyono Darsono.

Seperti diketahui Rudyono Darsono adalah pemilik kampus UTA ’45 Jakarta yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta UTA’45.

Dalam meraih gelar guru besar, Prof Diana Ramatillah juga oleh kolaborasi internasional dengan teman-teman di luar, teman-teman di kampus UTA ’45 Jakarta dan juga World Class Profesor sebanyak 2 kali.

”Pastinya teman-teman di sini yang mendukung saya baik pimpinan, dosen dan juga mahasiswa sekalian yang memang sama-sama kita membantu untuk meningkatkan mutu dan kualitas,” ungkapnya.

“Tentunya yang mendukung profesor ini pertama adalah jumlah publikasi dimana hampir 40 publikasi saya baik di jurnal nasional, internasional, baik bereputasi maupun tidak dan 4 buku saya terbitkan, juga ada sertifikat saya sebagai reviewer dan grant-grant hibah saya dari Ristekdikti dan juga rekognisi yang lainnya sejak saya mengajar 2013 dan juga penelitian yang dilakukan. Karena memang syarat untuk menjadi profesor itu harus 10 tahun mengabdi menjadi dosen, dan tidak boleh kurang dari 10 tahun,” urainya.

“Intinya adalah fokus dan konsisten. Tahun kemarin hambatannya karena belum 10 tahun jadi Dosen dan pada 7 Februari 2023 genap 10 tahun,” ungkapnya.

“Kemarin banyak banget yang disunat, maka penelitian saya tambah lagi. Intinya jangan putus asa. Faktor kecil lainnya adalah seperti administrasi, website tidak bisa dibuka dan sebagainya. Saya direject sampai 4 kali. Saya ajukan September 2022 baru diterima saat ini,” kata dia.

Ditanya apa kontribusinya terhadap UTA ’45 Jakarta hingga meraih gelar guru besar, Prof Diana Ramatillah mengatakan sudah memikirkan bagaimana memajukan kampus ini.

“Saya pernah menjabat sebagai Kaprodi, Dekan, Wakil Rektor 1. Saya orang yang pantang menyerah. Ketika saya memulai sesuatu saya pasti akan menyelesaikannya at any cost. Jadi kontribusi pertama saya mendirikan kolaborasi internasional, kerja sama internasional. Dan itu sudah terjalin sejak 2013,” ungkapnya.

“Saya menyelenggarakan seminar internasional pertama dan itu pesertanya ada 500 orang. Kita sudah berkolaborasi dengan Monash University Malaysia dan USM tahun itu. Bahkan sudah mengirimkan Summer School Student sejak 2014,” bebernya.

Lalu telah terbentuk Unit Kerja Sama yang sebelumnya belum, hibah-hibah yang sudah diraih, peningkatan IKU dan sebagainya. Lalu berdirinya S2 Farmasi dan pastinya untuk perolehan akreditasi-akreditasi yang baik sekali lainnya.

“Untuk ke depannya yang kita harapkan dengan adanya profesor ini adalah akreditasi dari prodi-prodi di sini ataupun institusi bisa menjadi unggul. Dan bisa menjadi akreditasi internasional. Kalau sudah unggul dan internasional artinya kita sudah semakin bagus,”paparnya.

Selain Prof Diana Ramatillah, pada kesempatan yang sama juga diserahterimakan SK Guru Besar untuk 7 Guru Besar lainnya dari beberapa PTS di Jakarta.

Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Dr. Lukman, S.T, M.Hum dalam sambutan mengatakan bahwa penyerahan SK ini tentunya merupakan sebuah perjalanan panjang dari Bpk-Ibu.

“Ada yang mencapai secara singkat, ada yang panjang sekali dan berdarah-darah. Ini terkait publikasi ilmiah, penelitian dan lain-lainnya. Sehingga kami sangat berharap dengan panjangnya proses dan lain-lainnya, bisa menjadi kebanggaan penerima dan juga kebanggaan LLDikti wilayah III ini. Saya dengan sangat bangga menyapa dulu satu persatu Guru Besar yang ada di wilayah LLDikti III,” ucap Lukman mengawali sambutan.

Lukman juga mengatakan saat ini terdapat 353.892 Dosen dimana ada 6.793 Guru Besar. Dari total Guru Besar tersebut 340 Guru Besar berasal dari LLDikti Wilayah III. “Jadi setidaknya ada 5 persen Guru Besar berasal dari LLDikti Wilayah III,” ujarnya.

Menurut Lukman, perguruan tinggi menjadi sebuah kampus unggul merupakan standar nasional paling tinggi dan pondasinya adalah SDM dimana salah satunya adalah Guru Besar. Satu Prodi minimal satu Guru Besar. Satu keilmuan, bukan dari satu Perguruan Tinggi. Maka, bangun kelompok keilmuan,” ungkapnya.

Semangat menjadi kampus unggul itu tambah Lukman dibangun dengan adanya pemberian jenjang guru besar. “Guru Besar itu betul-betul pengakuan dan memang prosesnya tidak mudah dimana harus menjalani tridarma Perguruan Tinggi,” kata Lukman.

“Kami sangat berharap 8 Guru Besar ini bisa memberikan keberkahan, keilmuan bagi sekitar serta bisa menginspirasi dosen-dosen muda,” tambah Lukman.

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

Sumber: TRIBUNNEWS,COM, JAKARTA – Jumat, 30 Juni 2023

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB