Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menyiapkan kawruh jiwa atau ajaran ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram sebagai sebuah teori psikologi baru. Ajaran anak ke-55 Sultan Hamengku Buwono VII ini menjadi pelopor lahirnya teori psikologi khas Jawa yang diharapkan dapat diterapkan dalam pendidikan psikologi.
Demikian diungkapkan Dekan Fakultas Psikologi UGM Supra Wimbarti saat dihubungi Kompas dari Jakarta, Jumat (14/11). ”Kami ingin membumikan teori-teori psikologi Suryomentaram karena selama ini pendidikan psikologi kita cenderung didominasi teori Barat,” tuturnya.
Psikolog UGM, Hadi Sutarmanto, menambahkan, 87 persen ahli psikologi dunia berlatar belakang Yahudi sehingga teori-teori mereka dikembangkan sesuai dengan budaya di sana.
Pada masa perjuangan, Suryomentaram secara khusus telah menciptakan teori psikologi khas Jawa karena ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Jawa, khususnya Keraton Yogyakarta. Meski muncul dari latar belakang Jawa, ajaran-ajarannya tetap relevan bagi siapa pun.
Ajaran Suryomentaram berangkat dari kegalauannya hidup dalam kungkungan tembok keraton. Suryomentaram akhirnya keluar dari keraton, melepaskan gelar pangerannya, dan bertualang sebagai rakyat biasa. Terakhir, ia menetap di Desa Bringin, Salatiga, menjadi petani.
”Ki Ageng melakukan perjalanan spiritualitas, melakukan pencarian jati diri untuk mencari makna kebahagiaan itu seperti apa? Bahagia ternyata bukan karena mendapat untung, prestasi, atau pengakuan, melainkan karena bejo (beruntung),” kata dosen Psikologi UGM, Lu’luatul Chizanah, dalam Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram di UGM.
Salah satu ajaran Suryomentaram yang menarik adalah tentang pemaknaan rasa senang dan tidak senang. Menurut dia, perasaan senang dan tidak senang bukanlah fakta, melainkan reaksi seseorang atas fakta.
Selama 10 tahun terakhir, Fakultas Psikologi UGM meneliti gagasan psikologi lokal Suryomentaram. Buku-buku psikologi tentang ajaran Suryomentaram yang ditulis para dosen UGM telah dipakai beberapa universitas luar negeri, salah satunya Universitas Santo Thomas, Filipina sebagai bahan ajar kuliah S-2 dan S-3. (ABK)
Sumber: Kompas, 15 November 2014