Khitan yang Aman

- Editor

Senin, 21 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anak saya yang pertama laki-laki berumur 11 tahun sekarang kelas V SD. Tahun lalu saya membujuk dia untuk menjalani khitan. Namun, dia masih takut. Tahun ini tampaknya dia sudah siap. Kami merencanakan pada musim libur sekolah nanti akan mengkhitan dia. Saya dulu menjalani khitan pada perawat (mantri) di dekat rumah. Saya bahkan dikhitan di rumah dan penyembuhan berjalan cukup baik. Setelah seminggu dikhitan, saya sudah dapat bermain seperti biasa.

Dewasa ini banyak teknik khitan yang ditawarkan. Teman saya anaknya dikhitan dengan bantuan laser. Juga ada saudara saya yang anaknya dikhitan menggunakan klem, semacam gelang katanya. Padahal, setahu saya, khitan yang biasa adalah dengan dipotong selaput penis dan kemudian dijahit. Anak-anak memang merasa, dengan teknik yang saya jalani, proses khitan menjadi lebih lama sehingga ada juga yang minta dikhitan dengan cara baru. Namun, saya sendiri belum memutuskan, apakah anak saya akan dikhitan dengan cara konvensional ataukah dengan teknik yang baru.

Mohon penjelasan dokter keunggulan dan kekurangan dari bermacam-macam teknik khitan. Saya juga ingin menanyakan, apakah sekarang masih diizinkan seorang dukun atau mantri khitan melakukan khitan. Haruskah khitan dilakukan oleh dokter? Dengan maraknya rumah khitan sekarang ini, saya juga ingin mengetahui, apa bedanya layanan di rumah sakit dengan di rumah khitan. Sekaligus mohon pandangan dokter, pada umur berapa sebaiknya anak laki-laki dikhitan. Apakah ada risiko tindakan khitan yang tidak diinginkan? Apa saja risiko tersebut? Apakah sebaiknya khitan dilakukan di layanan medis (praktik dokter atau rumah sakit) atau bolehkah dilakukan di rumah? Terima kasih atas penjelasan dokter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

A di J
——————
Saya memang pernah melakukan khitan pada anak laki-laki sewaktu menjadi dokter umum. Namun, itu sudah lama karena sejak menjadi dokter spesialis penyakit dalam saya tidak lagi melakukan khitan. Tindakan khitan ternyata sudah berkembang, mulai banyak teknik baru dan terus terang saya kurang memahami. Untuk menjawab pertanyaan Anda, saya telah berkonsultasi dengan Dr Irfan Wahyudi, SpU.

Khitan atau sirkumsisi adalah prosedur untuk membuang bagian ujung dari kulit penis yang menutupi glans penis. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur bedah tertua yang dikenal di dunia. Indikasi untuk melakukan sirkumsisi bisa berkaitan dengan medis, tradisi, ataupun karena menjalankan perintah agama. Indikasi medis sirkumsisi antara lain untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih ataupun kesulitan berkemih pada anak laki-laki dan mengurangi penularan HIV di daerah yang endemis.

Banyak cara untuk membuang ujung kulit penis. Cara standar adalah memotong dengan menggunakan pisau atau gunting bedah. Ada juga yang memotong menggunakan pisau listrik (electrocauter) atau laser. Cara lain adalah dengan menggunakan klem atau semacam cincin. Klem digunakan untuk menjepit kulit penis, membiarkannya menjadi jaringan yang mati (nekrotik) sehingga akhirnya terlepas. Perlu waktu 3-5 hari sampai akhirnya kulit penis akhirnya terlepas.

Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan laser untuk sirkumsisi hanya ada di sedikit klinik atau rumah sakit di Indonesia karena biayanya relatif mahal. Sering kali yang disebut sunat dengan laser oleh khalayak umum itu sesungguhnya adalah sunat dengan pisau listrik (electrocauter). Ada berbagai macam jenis pisau listrik untuk bedah. Yang aman adalah yang daya listriknya tidak terlalu besar dan penetrasinya ke jaringan di bawah kulit tidak terlalu dalam. Pemilihan daya listrik dan jenis pisau listrik ini penting karena penis hanya disuplai oleh satu pembuluh darah utama (end-artery) sehingga apabila penetrasi pisau listrik ini terlalu dalam, dapat terjadi luka bakar dan kerusakan pada bagian penis. Karena itu, meskipun pada saat prosedur perdarahan yang lebih sedikit bila memotong kulit penis dengan pisau listrik, hal ini bukan tidak ada risikonya.

Penggunaan klem/cincin cukup banyak dilakukan di klinik-klinik sunat. Orangtua sering terkagum-kagum karena prosedurnya relatif cepat dan tidak perlu dilakukan tindakan pemotongan atau penjahitan. Secara umum, tindakan ini memberikan hasil yang baik jika dikerjakan oleh dokter yang biasa mengerjakan. Namun, perlu diperhatikan ketepatan melakukan klem pada bagian kulit penis dan memilih ukuran klem yang sesuai. Selain itu, kejelian dokter untuk mengenali variasi anatomi penis dan kelainan penyerta yang akan disirkumsisi juga amat penting. Sering kali, komplikasi akibat sunat dengan klem terjadi karena ketidakmampuan memperhatikan hal-hal yang disebutkan ini.

Karena itu, pada umumnya, dokter mengerjakan prosedur standar untuk melakukan sirkumsisi, yaitu memotong dengan menggunakan pisau/gunting bedah. Cara ini pula yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran. Pisau listrik (electrocauter) dipakai hanya untuk mengontrol apabila terjadi perdarahan. Untuk merapatkan kembali kulit, biasanya jahitan menggunakan benang yang diserap sehingga tidak perlu dibuka kembali. Ada juga yang sekarang menggunakan perekat sebagai pengganti jahitan.

Penyembuhan luka setelah sunat umumnya relatif cepat, 5-7 hari. Komplikasi sirkumsisi yang dapat terjadi berupa perdarahan dan infeksi. Perdarahan umumnya merupakan perdarahan ringan dan dapat dihentikan dengan balut tekan, sedangkan infeksi dapat diatasi dengan pemberian antibiotik. Jika tindakan khitan menggunakan bius lokal, setelah pengaruh obat bius berkurang, anak mungkin akan merasa kesakitan. Untuk mengatasi rasa nyeri, dapat diberikan obat penghilang nyeri. Dokter juga biasanya akan mengajarkan anak yang dikhitan untuk berkemih dengan benar agar air seni tak mengenai luka khitan.

Tindakan khitan sebaiknya dikerjakan oleh tenaga medis yang kompeten, menggunakan alat bedah minor yang lengkap, dikerjakan sesuai dengan sterilitas, serta dilengkapi obat-obat penunjang yang memadai. Karena itu, meski dapat dikerjakan di rumah atau di luar layanan medis, tindakan khitan lebih aman jika dikerjakan di layanan medis. Di kota-kota di Indonesia, umumnya cukup banyak dokter yang kompeten untuk mengerjakan sirkumsisi. Tindakan khitan dapat dilakukan oleh dokter umum dan pada keadaan khusus mungkin diperlukan tindakan oleh dokter spesialis urologi.

Tidak ada batasan usia tertentu yang ideal untuk dapat dilakukan khitan. Sirkumsisi dapat dikerjakan pada berbagai usia. Namun, jika ingin dikerjakan dengan bius lokal, sebaiknya sesuai dengan kesiapan si anak. Umumnya, anak bayi hingga usia sekitar 3 bulan dan anak usia di atas usia 7 tahun (sekitar usia sekolah dasar) dapat dikerjakan menggunakan bius lokal. Namun, hal itu tergantung dari tiap-tiap anak.

Saya berharap anak Anda nanti akan siap menjalani khitan dan dia dapat mengalami khitan dengan aman. Cukup banyak orangtua yang mengadakan syukuran setelah anaknya dikhitan. Itu tentu baik juga, hanya perlu dijaga agar sang anak tidak terlalu lelah karena banyak tamu yang datang. Jadi, ada baiknya acara syukuran dilakukan tidak pada hari anak dikhitan, tetapi beberapa hari sesudahnya.—DR SAMSURIDJAL DJAUZI
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Maret 2016, di halaman 25 dengan judul “Khitan yang Aman”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB