Bajakah, Obat Tradisional Dayak, Kembali Raih Prestasi Dunia

- Editor

Selasa, 2 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nama bajakah sempat bikin heboh dunia maya karena dikenal sebagai obat kanker. Meski penelitian bajakah belum cukup untuk disebut sebagai obat kanker, akar khas gambut ini terus meraih penghargaan internasional.

KURNIA TARIGAN/KOMPAS.COM—-Akar bajakah yang sudah diproduksi dalam bentuk teh seduh siap dikonsumsi, Minggu (28/3/2021). Produk ini mendapatkan penghargaan internasional IBIX 2020.

Khasiat akar bajakah kembali mendapatkan penghargaan internasional. Kali ini, penelitian tentang akar tanaman khas gambut itu meraih medali emas pada International British Innovation, Invention and Technology Exhibition Award 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya, bajakah (Liana Sp) pernah jadi perbincangan publik pada pertengahan 2019 karena dinilai bisa menyembuhkan berbagai penyakit kanker. Saat itu, tiga pelajar dari Kalimantan Tengah melakukan penelitian yang kemudian diikutkan dalam World Invention Creativity Olympic 2019 di Seoul, Korea Selatan. Ketiganya adalah Yajid Rafli Akbar, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani.

Penelitian serupa diikutkan lagi dalam International British Innovation, Invention and Technology Exhibition (IBIX) Award 2020 dan kembali mendapatkan medali emas. Penelitinya adalah Anjelita (16) yang dibimbing oleh Helita, guru Biologi SMAN 2 Kota Palangkaraya, Kalteng.

KURNIA TARIGAN/KOMPAS.COM—Anjelita (16), siswi SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menunjukkan sertifikat dan medali emas dari IBIX Award 2020, Minggu (28/3/2021). Ia mendapatkan penghargaan bergengsi bidang industri di kancah internasional.

Penelitian itu didaftarkan ke IBIX 2020 pada Mei tahun lalu, kemudian diumumkan mendapatkan medali emas pada Desember 2020 dari 50 negara peserta kompetisi. Oleh karena pandemi, pemberian medali emas dilakukan melalui daring. Medalinya pun baru diterima pada Minggu (28/3/2021).

Helita menjelaskan, penelitian tersebut tentang bajakah sebagai obat tradisional Dayak penyembuh kanker. Pihaknya kemudian memproduksi bajakah dalam kemasan siap seduh. ”Acaranya sempat ditunda karena pandemi, lalu dilanjutkan melalui kegiatan virtual. Karya ilmiah pun dikirimkan via e-mail saja,” kata Helita, Rabu (31/3/2021).

Helita menambahkan, kemenangan yang diraih dalam IBIX 2020 dinilai membanggakan. Ia menyebut, dalam kompetisi World Invention Creativity Olympic 2019 di Seoul, penelitian diikuti oleh kelompok-kelompok pelajar. Namun, dalam IBIX 2020, kategori produk industri diikuti kalangan umum, bukan sebatas pelajar.

”Ini berbeda dengan kompetisi sebelumnya. Kali ini, pesertanya dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar sampai profesional,” ungkap Helita.

Anjelita, peneliti bajakah dari SMAN 2 Palangkaraya, menjelaskan, dirinya tertarik meneliti akar khas gambut tersebut lantaran secara turun-temurun akar itu digunakan sebagai obat. Menurut dia, dengan penelitian lebih lanjut, bajakah bisa sangat bermanfaat bagi orang banyak.

Sejak dulu, para pemburu dari suku Dayak menggunakan air dari potongan bajakah yang melilit di pohon-pohon besar sebagai sumber air minum. Bajakah dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya kanker.

Untuk penelitian itu, lanjut Anjelita, bajakah dicari di hutan-hutan sekunder sekitar Kota Palangkaraya, seperti di Taman Nasional Sebangau. Bajakah dikumpulkan, dipotong-potong, lalu dijemur. Setelah kering, kemudian dijadikan bubuk. Bubuk ini kemudian diseduh air panas dan diminum tanpa campuran apa pun. Dalam riset, Anjelita memberikan seduhan bajakah pada tikus putih yang dibuat menderita tumor. Tiga bulan kemudian, benjolan tumor pada tikus itu pun hilang.

Bubuk dan tanaman bajakah dikirim ke laboratorium Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk diperiksa kandungan zat aktifnya. Didapati enam zat bioaktif dalam bajakah, yakni saponin, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin, dan fenolik. Tiga zat pertama dipercaya bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas.

”Saya sempat ditawarkan oleh pihak penyelenggara untuk ikut dalam ajang Special Award. Namun, karena harus ada tambahan anggaran, sedangkan saya sudah tidak memiliki anggaran lagi, akhirnya saya memilih tidak ikut dalam ajang Special Award,” tambah Anjelita.

KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO—-Kayu bajakah yang menjadi viral karena dinilai bisa menyembuhkan kanker dijual bebas di pasar dan di pinggir jalan, Sabtu (16/8/2019).

Anjelita senang bisa mendapatkan medali emas dan mengharumkan nama Kalimantan Tengah juga Indonesia di kancah internasional. Ia berharap penelitian bajakah semakin banyak dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.

Selain bajakah, terdapat produk lain yang juga mendapatkan penghargaan. Produk itu antara lain teh ukito yang disinyalir meningkatkan imun tubuh dan bisa digunakan untuk pasien Covid-19. Teh ukito diteliti oleh Anjelita dan kawannya, Amartavia Irena Monthy (15), sesama pelajar SMAN 2 Palangkaraya.

Lalu ada pula tanaman khas Kalimantan Tengah dengan nama hadipe baputi, hantuen, dan taya yang dinilai bisa menyembuhkan penyakit jantung koroner. Penelitian tentang tiga tanaman itu menyabet medali perak di IBIX 2020. Peneliti tanaman khas Dayak dari SMAN 2 Palangkaraya itu adalah Ajeng Kasih Romadhona (16) dan Johevin Blesstowi (15).

Oleh DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Editor: GREGORIUS FINESSO

Sumber: Kompas, 31 Maret 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB