Kenalan dengan Pencipta Zoom yang Duitnya Bertambah Rp 66 Triliun

- Editor

Senin, 6 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi virus corona membuat banyak pegawai kerja dari rumah dan salah satu aplikasi yang mereka andalkan untuk meeting online adalah Zoom. Popularitas Zoom memang sangat melesat, begitu juga dengan harta pendiri dan CEO Zoom, Eric Yuan.

Dalam 3 bulan terakhir menurut Financial Times, kekayaan Eric bertambah USD 4 miliar atau di kisaran Rp 66 triliun. Adapun harta totalnya diestimasi sudah USD 7,5 miliar, berdasarkan kepemilikan saham di Zoom.

–Eric Yuan pendiri Zoom. –Foto: Zoom

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Eric yang berusia 49 tahun ini lahir di provinsi Shandong, China. Orang tuanya kerja di pertambangan. Ia menyelesaikan kuliah di bidang matematika dan teknik, lalu sempat bekerja 4 tahun di Jepang.

Waktu berlalu, Eric memutuskan pindah ke Silicon Valley untuk bekerja di startup internet. Visa Amerika Eric sempat ditolak 8 kali sebelum akhirnya lolos pada tahun 1997, saat itu usianya 27 tahun. Bahasa Inggrisnya pun belum lancar.

“Pada beberapa tahun pertama, saya cuma menulis kode dan sangat sibuk,” tuturnya pada CNBC. Di waktu senggang, dia main sepakbola sebagai hobi.

Karirnya ternyata, berkat kerja keras dan kepandaian, makin moncer dan pernah menjadi Vice President di Cisco Systems. Ia juga pernah bekerja di perusahaan konferensi video WebEx.

Saat di China, Eric sudah punya pacar yang akhirnya jadi istrinya. Waktu itu, mereka harus menjalani hubungan jarak jauh. “Aku hanya bisa menemuinya dua kali setahun dan butuh waktu lebih dari 10 jam untuk ke sana dengan kereta,” begitu kisahnya.

“Saat itu aku masih muda dan berpikir fantastis jika di masa depan ada perangkat di mana cukup menyentuh tombol dan bisa melihat serta bicara padanya,” sambung Eric.

Eric mengusulkan teknologi konferensi video yang ramah smartphone pada Cisco di 2011, tapi ia ditolak bosnya. Maka ia memutuskan keluar dan mendirikan Zoom karena yakin dengan idenya. Di masa awal itu, dia sulit mendapatkan dana dan harus meminjam pada teman dan keluarga.

Istrinya juga mempertanyakan kenapa dia keluar dari pekerjaan mapan di Cisco. “Saya beritahu dia bahwa ini akan jadi perjalanan panjang dan sangat sulit. Tapi jika saya tak mencoba, saya bakal menyesal,” cetusnya.

Keyakinannya membuahkan hasil, popularitas Zoom makin meningkat. Pada 2014, jumlah penggunanya 10 juta kemudian naik jadi 40 juta pada 2015. Pendanaan mengalir, antara lain sejumlah USD 30 juta pada 2015 dari beberapa investor termasuk Horizons Ventures dan Qualcomm Ventures.

Tahun 2017, Zoom menyandang status startup unicorn. Akhirnya pada Maret 2019, mereka berjualan saham perdana atau IPO dengan valuasi sekitar USD 16 miliar.

Tahun 2020 ini dipastikan ketenaran Zoom makin bertambah. Dari pegawai sampai pejabat banyak mengandalkannya untuk membahas berbagai hal secara online. Bahkan valuasinya kini sudah USD 35 miliar.

Mereka mendapat uang dari klien korporat, dengan jumlah sekitar 30 ribu. Raksasa seperti Samsung, Uber sampai Walmart kabarnya menggunakan Zoom.

Belakangan seiring naiknya popularitas, Zoom mulai disorot karena tudingan mengirim data tanpa izin ke Facebook ataupun rentan disusupi hacker. Namun demikian sejauh ini, Zoom masih jadi favorit.

Eric sendiri mengaku tetap bekerja keras dan rendah hati. Ia termasuk CEO paling disukai karyawan. Hasil review Glasdoor, 99% karyawan senang dengan kepemimpinannya di Zoom.

Fino Yurio Kristo – detikInet

Sumber: detikinet, Jumat, 03 Apr 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB