Seorang remaja yang diketahui hanya makan kentang goreng, daging olahan, dan aneka makanan siap saji atau junk food lain selama bertahun-tahun menjadi buta akibat kekurangan gizi.
Konsumsi makanan cepat saji berlebihan dan kurangnya variasi pangan bernutrisi terbukti membahayakan kesehatan. Seorang remaja yang diketahui hanya makan kentang goreng, daging olahan, dan aneka makanan siap saji atau junk food lain selama bertahun-tahun menjadi buta akibat kekurangan gizi.
Jika selama ini malnutrisi akibat konsumsi makanan siap saji diketahui bisa memicu obesitas, sakit jantung, dan kanker, hal ini ternyata juga bisa mengganggu sistem saraf, dalam kasus ini terkait penglihatan. Kasus ini dilaporkan di jurnal ilmiah Annals of Internal Medicine pada 2 September 2109 oleh tim peneliti dari University of Bristol, Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/RADITYA HELABUMI–Pengunjung mencoba menyusun menu porsi makanan sehat dalam kampanye zona sehat Nestle Indonesia, di Jakarta, Kamis (10/4/2014). Penerapan pola makanan sehat menjadi salah satu upaya dalam mengatasi obesitas dan berbagai penyakit. Cara yang mudah dalam diet makanan sehat adalah perbandingan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, dan makanan sumber serat, seperti sayur dan buah.
Ilmuwan klinis dari Bristol Medical School dan Rumah Sakit Mata Bristol awalnya memeriksa seorang pasien remaja usia 14 tahun dengan keluhan kelelahan. Kaitan antara status gizi dan penglihatannya tidak diketahui sampai gangguan penglihatannya menjadi permanen.
Selain sebagai ”pemakan pilih-pilih”, pasien memiliki indeks massa tubuh (IMT) dan tinggi normal, serta tidak ada tanda-tanda kekurangan gizi. Tes awal menunjukkan anemia makrositik dan kadar vitamin B12 yang rendah, yang diobati dengan suntikan vitamin B12 dan saran diet.
Ketika pasien mengunjungi dokter umum setahun kemudian atau saat umurnya 15 tahun, gangguan pendengaran dan gejala penglihatan telah menjadi akut, tetapi tidak ada penyebab yang ditemukan. Pada usia 17 tahun, penglihatan pasien memburuk sampai mengalami kebutaan.
Penyelidikan lebih lanjut menemukan, remaja ini mengalami kerusakan sistem saraf yang menghubungkan antara mata dan otak. Pasien juga diketahui kekurangan vitamin B12, kadar tembaga dan selenium yang rendah, kadar seng yang tinggi, dan kadar vitamin D rendah yang berdampak pada kurangnya kepadatan mineral tulang.
Penelusuran riwayat pola makan pasien diketahui, sejak sekolah menengah, pasien mengonsumsi makanan terbatas berupa kentang goreng, keripik kentang, roti putih, dan beberapa daging babi olahan.
Gangguan asupan makanan
Diagnosis akhir menunjukkan, pasien diketahui mengidap ”gangguan asupan makanan yang terbatas” (sebelumnya dikenal sebagai ”gangguan makan selektif”) melibatkan kurangnya minat pada makanan atau menghindari makanan dengan tekstur, warna tertentu, tanpa memperhatikan berat atau bentuk tubuh. Kondisi itu biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan pasien sering memiliki indeks massa tubuh normal (BMI), seperti yang terjadi pada pasien ini.
Denize Atan, penulis utama kajian dan Dosen Senior Konsultan Oftalmologi di Bristol Medical School dan Clinical Lead untuk Neuro-oftalmologi di Rumah Sakit Mata Bristol, dalam siaran pers kampus ini mengatakan, ”Kasus ini menyoroti dampak diet terhadap kesehatan visual dan fisik, serta fakta bahwa asupan kalori dan BMI bukanlah indikator status gizi yang dapat diandalkan.”
Berdasarkan kasus ini, para peneliti menyimpulkan bahwa diet junk food pasien dan kurangnya asupan vitamin dan mineral gizi mengakibatkan timbulnya neuropati optik gizi. Para peneliti mengkhawatirkan, kondisi itu bisa menjadi lebih umum di masa depan, mengingat konsumsi makanan siap saji yang meluas dengan mengorbankan pilihan makanan lebih bergizi dan meningkatnya popularitas veganisme, terutama dalam hal ini jika diet vegan tidak ditambah secara tepat untuk mencegah kekurangan vitamin B12.
Sebagaimana diketahui, vitamin B12 amat penting untuk menjaga kesehatan sel darah merah sel saraf pusat. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan penumpukan produk sampingan metabolisme yang beracun dan akhirnya pada kerusakan sel-sel saraf. Makanan yang diketahui mengandung vitamin B12 di antaranya ikan, kerang, susu, daging sapi dan ayam, serta telur.
Tim merekomendasikan riwayat diet harus menjadi bagian dari pemeriksaan klinis rutin, sebagaimana pertanyaan tentang merokok dan asupan alkohol. Ini dapat menghindari diagnosis butritional neuropati optik. Kasus kehilangan penglihatan ini bisa pulih jika kekurangan gizi ditangani cukup awal.,
Oleh AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 5 September 2019