Kedokteran dan Biologi Nuklir

- Editor

Kamis, 18 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Takut terhadap radiasi? Justru mungkin hanya dia yang dapat mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit anda.

Nuklir? Kebanyakan orang mungkin mengenal kata itu dari bom nuklir, ancaman perang nuklir, senjata nuklir, atau bahkan demonstrasi antinuklir. Pokoknya yang berkonotasi serba negatif. Sayang. Karena mereka tak tahu tentang tenaga nuklir, kedokteran nuklir, dan biologi nuklir, jadilah kata nuklir itu identik dengan sesuatu yang serba mengerikan. Bahkan menentangnya meski teknik nuklir ini digunakan untuk maksud-maksud damai, demi kepentingan—dan banyak manfaatnya—kehidupan manusia.

Anda pasti mengenal istilah kedokteran atau biologi. Tapi tahukah anda tentang kedokteran dan biologi nuklir? Padahal, di sini, sudah ada yang disebut Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia (PKBNI). Pertemuan ilmiah kedokteran dan biologi nuklir sudah beberapa kali diselenggarakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pertemuan terakhir, yang ke empat, baru diselenggarakan bersama oleh PKBNI dan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) tanggal 18 sampai 19 Juni 1987 lalu di Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta. Ada 17 makalah dalam bidang biologi dan proteksi radiasi, serta 23 makalah dalam bidang kedokteran nuklir, yang dibacakan di situ.

Kedokteran nuklir, di Indonesia, memang belum berkembang seperti yang diharapkan. Pelayanan kedokteran nuklir baru bisa dilakukan di beberapa rumah sakit besar saja, terbentur kemampuan kita dalam memproduksi radioisotop. Saat ini, radioisotop tersebut baru dapat diperoleh dari reaktor nuklir di Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN), Bandung, yang kemampuan produksinya masih sangat terbatas; mungkin, dengan mulai beroperasinya reaktor nuklir di Serpong nanti, kemampuan kita untuk memroduksi radioisotop mudah-mudahan akan meningkat pula, hingga peran kedokteran nuklir pun akan turut meningkat.

Indonesia sebetulnya dapat banyak mengambil manfaat dari teknik nuklir untuk tujuan damai, untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Teknik nuklir ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain: kedokteran dan biologi. Dalam bidang kedokteran, teknik nuklir berguna untuk diagnosa dan terapi. Sedangkan dalam biologi, baik untuk ilmu murni maupun terapan—seperti dalam bidang pertanian, lingkungan, dan sebagainya. Dampak positifnya sangat besar. Banyak rahasia alam yang tidak terungkap teknik-teknik penelitian konvensional terkuak berkat penerapan teknik nuklir.

Mari kita lihat kegunaannya dalam bidang biologi. Teknik nuklir berguna untuk pemuliaan tanaman, pengawetan bahan makanan, penelitian pencemaran lingkungan, dan sebagainya. India merupakan salah satu negara Asia yang berhasil menerapkan teknik nuklir di bidang pertanian. Negara ini, di awal 1970an, dinilai sangat berhasil dalam revolusi hijaunya; swasembada pangan tercapai. Pemuliaan tanaman gandum dengan teknik riuklir telah berhasil meningkatkan panen gandum negara itu.

Di samping dalam bidang pertanian, lndia juga menerapkan teknik nuklir dalam bidang petemakan untuk meningkatkan produksi daging, susu, dan telur. Selain itu, teknik ini dapat pula dipakai untuk menimbulkan kekebalan ternak terhadap cacing. Caranya: Cacing daging dilemahkan dengan irradiasi. Cacing sudah lemah ini lalu dimasukkan ke dalam tubuh ternak, hingga timbullah antibodi untuk melawan cacing dalam tubuh ternak tersebut yang membuatnya kebal terhadap cacing. Sedangkan dengan teknik biasa, selama ini belum pernah berhasil, bahkan tidak mungkin, menimbulkan kekebalan ternak terhadap cacing dan parasit lainnya.

Kemajuan teknologi dewasa ini diiringi pula oleh berbagai dampak negatif, termasuk masalah pencemaran lingkungan yang semakin rumit. Di sinilah semakin pentingnya peranan teknik nuklir. Untuk studi lingkungan, meneliti kadar pencemar saja belumlah cukup. Yang lebih penting adalah mengetahui apakah zat-zat pencemar itu diambil oleh organisme air yang kemudian, baik secara langsung maupun tidak, langsung dikonsumsi oleh manusia. Nah, untuk meneliti mekanisme pengambilan dan pengumpulan logam berat oleh organisme laut hanya bisa dilakukan dengan teknik nuklir.

Penggunaan teknik nuklir dalam bidang kedokteran, yang sering dikenal dengan sebutan kedok-teran nuklir, belum banyak dikenal oleh masyarakat kita. Bahkan dokter-dokter kita pun banyak yang belum tahu tentang pentingnya teknik nuklir dalam bidang kedokteran. Dokter ahli dalam bidang kedokteran nuklir pun masih sangat terbatas. Pendidikan yang mereka peroleh umumnya dari luar negeri. Faktor lain yang menghambat dikenalnya kedokteran nuklir, seperti dikatakan di atas, berkaitan pula
dengan terbatasnya kemampuan kita dalam memproduksi zat radioaktif. Namun jangan kecil hati. Sebentar lagi kita akan memiliki reaktor nuklir baru berdaya 30 megawatt yang dibangun di Serpong, Jawa Barat. Kalau sudah beroperasi, produksi radioisotop Indonesia diharapkan akan meningkat, hingga kesulitan yang dihadapi oleh bidang kedokteran nuklir sedikit banyak dapat teratasi.

Kenapa kita tak membeli saja obat-obatan radioaktif dari luar negeri? Sulit. Karena zat radioaktif yang digunakan dalam kedokteran nuklir hanya berumur paruh pendek, mulai dari beberapa menit sampai beberapa hari saja. Zat radioaktif yang dipilih memang sengaja berwaktu paruh pendek, berenergi rendah, dan diberikan dalam dosis yang kecil saja, mengingat pengaruh radiasi kurang baik apabila zat radioaktif tersebut tinggal terlalu lama dalam tubuh pasien.

Untuk tujuan diagnosa, pemeriksaan secara kedokteran nuklir dapat dilakukan dengan mudah, murah, serta menghasilkan informasi diagnosa yang akurat. Dari hasil diagnosa diperoleh informasi tentang fungsi organ tubuh yang diperiksa, serta gambaran anatominya. Hampir seluruh organ dalam tubuh dapat didiagnosa dengan teknik ini, seperti pemeriksaan otak, limpa, jantung, ginjal, hati, tulang, darah, pembuluh darah, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar gondok, dan lain-lain.

Kedokteran nuklir juga dapat digunakan untuk memeriksa penyebaran penyakit kanker tulang. Dan hanya dengan teknik ini penyakit tersebut dapat dideteksi semenjak dini; teknik konvensional lainnya baru dapat mendeteksinya bila telah lanjut. Selain pada tulang, kedokteran nuklir pun dapat dipakai untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner. Ringkas kata, terlalu banyak pemeriksaan yang hanya bisa dilakukan dengan kedokteran nuklir untuk disebut di sini.

Untuk tujuan terapi, pengobatan dengan kedokteran nuklir baru dilakukan bila pengobatan cara biasa mengalami kegagalan. Pengobatan ini dilakukan dengan cara memberikan obat radioaktif pada pasien. Karena radioaktif, obat ini akan memancarkan radiasi beta yang sangat berperan dalam mengobati penyakit. Berbagai macam penyakit dapat diobati dengan teknik ini, antara lain: penyakit kelenjar gondok, radang sendi yang kronis, nveri karena panyebaran kanker pada tulang, dan sebagainya.

Di samping penggunaan zat radioaktif, kini telah banyak dibuat alat-alat kedokteran yang kerjanya memanfaatkan jasa radiasi. Alat pertama yang dibuat orang adalah, pasti anda tahu, pesawat foto Roentgen atau pesawat sinar-X. Dan kini ber munculan alat-alat lebih sempurna, seperti: CT (Computed Tomo-graphy), Kedokteran Nuklir Pencitraan, USG (ultrasonografi), NMR (Nuclear Magnetic Resonance), SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography), dan PET (Positron Emission Tomography).

Dari uraian singkat di atas, kini anda tahu, betapa banyaknya manfaat radiasi ini. Takut pada radiasi? Boleh-boleh saja. Tapi satu ketika nanti, siapa tahu anda menderita suatu penyakit tertentu, nah, mungkin hanya radiasi inilah yang dapat menyembuhkan anda.

Oleh Mukhlis Akhadi

Sumber: Majalah AKU TAHU –AGUSTUS-SEPTEMBER 1987

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB