Kebutuhan internet di Indonesia semakin tinggi. Hal itu terindikasi dalam pemakaian paket data 12 juta pelanggan Smartfren yang bertumbuh hingga 100 persen pada 2017.
Analisis Big Data Smartfren menyatakan, pelanggan Smartfren rata-rata memakai kuota internet hingga 5 gigabita (Gb) per bulan selama 2017. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan rata-rata 2,5 Gb per bulan.
Pelanggan Smartfren rata-rata memakai kuota internet hingga 5 Gb per bulan selama 2017. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan rata-rata 2,5 Gb per bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Meningkatnya sampai 100 persen dalam satu tahun. Pertumbuhan itu menandakan kebutuhan internet yang semakin tinggi, khususnya untuk pengguna Smartfren,” ucap Sharizan Zaki Pondren, Head of Customer Experience and Analytics PT Smartfren Telecom, pada acara peningkatan layanan konsumen, Kamis (8/2), di Hotel Milenium, Tanah Abang, Jakarta.
KELVIN HIANUSA UNTUK KOMPAS–Tes kecepatan jaringan internet pre-5G Smartfren, Kamis (8/2), pada acara peningkatan kualitas layanan pelanggan Smartfren, di Hotel Milenium, Jakarta.
Berdasarkan analisis, kuota digunakan untuk berbagai aplikasi. Penggunaan aplikasi situs adalah yang terbesar dengan 99,15 persen, diikuti aplikasi pengirim pesan (90,52 persen), media sosial (90,39 persen), dan hiburan (89,21 persen).
Zaki mengatakan, penyumbang terbesar dalam penggunaan kuota adalah aplikasi media sosial dan hiburan. ”Yang paling banyak Instagram, lalu Youtube. Instagram sekarang sudah populer, kuota pelanggan banyak habis karena Instagram Stories,” ujarnya.
Yang paling banyak Instagram, lalu Youtube. Instagram sekarang sudah populer, kuota pelanggan banyak habis karena Instagram Stories.
Instagram Stories merupakan fitur video selama 15 detik di Instagram. Fitur ini kerap digunakan untuk menunjukkan kegiatan pemilik akun Instagram.
Dalam data analisis, penggunaan kuota didominasi 1-8 Gb sebesar 90 persen pengguna. Di peringkat kedua, penggunaan sebanyak 30 Gb ke atas sebesar 1 persen. Sisanya tidak mencapai 1 persen.
Menurut Zaki, kebutuhan pelanggan akan kuota bisa melampaui rata-rata 5 Gb. Dia menyebutkan, banyak pelanggan yang kehabisan kuota saat berselancar di dunia maya. ”Kalau tidak ada batas kuota, pasti bisa lebih dari 5 Gb. Bisa di atas 10 Gb dengan penggunaan Instagram dan Youtube,” lanjutnya.
Analisis Ericsson menyebutkan, terjadi peningkatan pemakaian paket data 10-50 Gb pada 2017. Tahun 2016, permintaan hanya mencapai 15 persen, sedangkan tahun 2017 naik menjadi 25 persen. Vice President of Network Solution Division Ericsson Indonesia and Timor Leste Ronni Nurmal mengatakan, perubahan itu menunjukkan kebutuhan paket data masyarakat Indonesia meningkat (Kompas, 18/12).
Untuk itu, Smartfren meningkatkan volume kuota guna meningkatkan konsumsi internet. Mereka menyediakan paket 4G Unlimited yang membebaskan pelanggan untuk berselancar tanpa batas.
KELVIN HIANUSA UNTUK KOMPAS–Jajaran pimpinan Smartfren
Pre-5G
Peningkatan kecepatan internet juga merupakan prioritas Smartfren. Untuk mendukung kebutuhan pengguna, akan ada 200 Massive MIMO antena yang terpasang di gedung-gedung tinggi Jakarta.
”Itu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang butuh internet lebih cepat. Kami akan mulai dari Jakarta dulu. Rencana akan ada 200, sekarang sudah terpasang 30-an. Nantinya, Massive Mimo bisa meningkatkan kecepatan internet 4G kami,” tutur Vice President Technology Relations PT Smartfren Telecom Munir Syahda Prabowo pada acara yang sama.
Massive MIMO disebut sebagai teknologi 4G+ atau pre-5G. Teknologi ini merupakan persiapan sebelum 5G. Kecepatan optimal penggunaannya bisa mencapai 1,2 Gb per detik (Gbps). Adapun teknologi 4G hanya mampu mencapai kecepatan maksimal 110 megabita per detik (Mbps).
Munir mengatakan, target utamanya adalah gedung di Jakarta. ”Kalau biasanya, kan, di gedung setelah lantai 20 sudah tidak ada sinyal. Kami sengaja pakai Massive MIMO karena pemasangannya harus di atas gedung,” ujarnya.
Pada acara itu, kecepatan Massive MIMO pun dicoba. Saat digunakan bersamaan dengan 16 gawai, kecepatan unduh berkisar 20-40 Mbps.
Angka itu lebih tinggi dari rata-rata kecepatan internet di Indonesia. Pada Speedtest Global Index, akhir 2017, tercatat kecepatan unduh pada gawai hanya mencapai 9,73 Mbps.
Menurut Munir, teknologi Massive MIMO merupakan awalan sebelum masuk ke jaringan 5G. ”Awalnya ini dulu, nanti kalau 5G masih lama, sekitar 2020 mungkin. Mencapai 5G sulit karena ketentuannya harus berkecapatan 10 kali lipat dari Massive MIMO, sampai 10 Gbps,” ucapnya.
Meski begitu, jaringan pre-5G ini baru akan terfokus di Jakarta. Jakarta, lanjut Munir, merupakan target utama Smartfren. Selanjutnya, mungkin akan menuju kota besar lain, seperti Surabaya.
Deputy CEO of Commercial Smartfren Djoko Tata Ibrahim mengatakan, prospek bisnis internet di Indonesia akan terus dimanfaatkan. Smartfren menargetkan peningkatan pelanggan mencapai 20 juta pada 2018. Adapun saat ini pelanggan Smartfren berjumlah 12 juta.
Pengguna internet Indonesia terus bertambah setiap tahun. Berdasarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika, pengguna internet berjumlah sekitar 132 juta penduduk Indonesia. Sementara tahun 2017 diperkirakan melonjak sampai 145 juta orang. (DD06)
Sumber: Kompas, 9 Februari 2018